Semua Bab Love You Aleea : Bab 81 - Bab 90

124 Bab

Santet

81Matahari sudah naik sepenggalah saat aku menumpang di motor tukang ojek. Perjalanan menuju rumah kali ini terasa sangat lambat karena lalu lintas padat. Kala tiba di perempatan jalan, barulah aku mengetahui penyebab keramaian itu. Dua mobil berbeda jenis tabrakan dan para korban tengah dievakuasi. Aku meringis saat melihat dua orang penumpang yang terjepit di bagian depan mobil. Aku tidak sanggup terus melihatnya dan memutuskan untuk mengalihkan pandangan ke kanan. Selain itu aku juga berdoa setulus hati agar tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Sesampainya di rumah, ternyata banyak ibu-ibu tetangga yang tengah berbincang di teras. Aku menyalami mereka satu per satu sebelum memasuki ruangan dan bergabung dengan kedua adikku yang tengah menonton film kartun. "Bang, lihat kecelakaan nggak?" tanya Kai di sela-sela mengunyah kue. "Iya, ada yang kejepit rangka mobil," jelasku dengan suara pelan agar tidak didengar Khanza. "Salah satu korbannya anak Pak RW." "Iyakah?" "
Baca selengkapnya

Pesan Rahasia

82Waktu terus bergulir. Setiap minggu aku harus rekaman pada akhir pekan. Selain karena waktunya lebih santai, hal itu juga sebagai ajang latihan tambahan lagu yang akan dilantunkan di kafe dan kedua kelab. Jadwal padat merayap membuatku kesulitan menghabiskan waktu bersama keluarga. Hanya pada hari Senin, barulah aku bisa bercengkerama dengan Kai dan Khanza. Seperti hari ini, seusai kuliah aku buru-buru pulang dengan membonceng Aleea yang ingin ikut jalan-jalan bersama keluargaku. Sesampainya di rumah, Mama meminta kami makan siang dan salat terlebih dahulu. Kemudian bersiap-siap berangkat menuju pusat perbelanjaan dengan menumpang di mobil Papa. "Kamu harus belajar nyetir, Ken," tutur Aleea, sesaat setelah kami berada di jalur utama kompleks. "Waktunya nggak ada, Lea. Bukannya nggak mau," sanggahku. "Iya, sih. Karena setelah ujian nanti, kamu harus promosi gencar dan kita semua sibuk," imbuh Aleea."Mas Fa lagi bikin jadwal anggota tim yang menemaniku nanti kalau harus melakuk
Baca selengkapnya

Demi Cinta

83"Aku nggak ngeh dia udah pulang," tuturku sebelum menyuapkan es krim ke mulut. "Aku ada dengar dari Mama, tapi nggak nanya-nanya. Nggak ada urusannya juga denganku," jawab Aleea. "Mama penasaran, Sarah ditinggal untuk kedua kalinya karena nggak direstui orang tuanya Ryan. Alasannya apa nggak direstui?" tanya Mama. "Dulu, Kang Ryan pernah cerita. Orang tuanya nggak mau punya menantu yang kehidupan strata sosialnya berbeda," terang Aleea. "Maksudnya lebih miskin, gitu?" sela Papa. "Iya, Pa. Mbak Sarah itu yatim. Dia sama kakaknya yang berjuang cari nafkah buat Ibu dan kedua adiknya. Sekarang Mbak Sarah sering sakit, adiknya, Mas Farhan yang sering bantu di kafe. Persiapan bantuin Kak Hasna kalau Mbak Sarah cuti," imbuhku. "Ya, Allah. Kasihannya, Sarah." Mama menggeleng pelan, kemudian berkata, "Tapi ini mungkin hukuman buatnya yang udah ngebohongin kamu, Lea. Harusnya mereka jangan selingkuh, dulu, mending ngaku ke keluarga biar Ryan nggak perlu nyakitin kamu juga." Aleea terd
Baca selengkapnya

Malu

84Hari Rabu sore, aku tiba di kafe yang masih belum ramai dengan tubuh sakit-sakit. Aku meminta waktu istirahat pada Bang Ali yang menjadi ketua pelaksana hari ini. Pria berkumis itu bahkan menemaniku ke ruangan khusus karyawan di lantai dua selama beberapa menit, sebelum dia berpamitan untuk salat. Entah kenapa hari ini rasanya badanku lemah sekali. Benar-benar tidak bersemangat, tetapi tetap memaksakan diri bekerja. Beberapa belas menit sebelum jam tujuh, aku hendak berdiri tetapi nyaris jatuh karena pandanganku gelap. "Ken, kenapa?" Suara khas Linda terdengar tidak jauh. "Aku mau ke toilet, tapi nggak bisa bangun," jawabku sambil memegangi perut yang tiba-tiba mual. "Aku papah, ya." "Aku lebih berat dari kamu, Lin. Nanti kita jatuh.' "Ehm, tunggu. Aku cari bantuan dulu." Aku mengerjap-ngerjapkan mata. Pandanganku mengabur seiring dengan perut yang kian bergejolak. Tak berselang lama, aku merasa tubuh ditarik dan dipapah keluar oleh dua orang. Sesampainya di kamar mandi, seo
Baca selengkapnya

Mau Ke Mana, Sayang?

85Pagi-pagi Mama sudah tiba dengan membawa berbagai pembekalan buatku dan Papa. Seusai menghabiskan bubur ayam, Mas Fa berpamitan dan berjanji akan datang ke rumah sakit yang dekat dengan rumahku nanti sore, karena siang ini rencananya aku akan dipindahkan ke sana. Seusai kunjungan dokter dan tim, Mama membereskan barang-barang, sementara Papa mengurus administrasi. Jam sebelas lewat para sahabat datang bersama Aleaa. Kami sempat berbincang sesaat sebelum seorang perawat mengabarkan bila aku sudah diizinkan keluar. Aleea mendorong kursi rodaku yang masih belum kuat untuk perjalanan jauh. Sementara yang lainnya menyusul di belakang dengan mengangkut semua barang bawaan. Setibanya di bagian depan, dua orang petugas ambulans membantuku naik dan berbaring di brankar kecil. Aleea dan Mama ikut di ambulans, sementara yang lainnya ikut di mobilnya Papa dan mobilnya Aleea yang dikemudikan Willy. Aku meringis ketika pergelangan tangan kiri dipasangi infus. Terpaksa dipindah dari tangan kan
Baca selengkapnya

Teramat Sangat Cinta

86"Ken. Ken!" seruan seseorang yang diiringi tepukan di pipi dan lengan membuatku terbangun. "Kamu mimpi buruk kayaknya," sambungnya yang akhirnya kukenali sebagai Ijan. "Astagfirullah," ucapku sambil mengusap bagian tengah tubuh beberapa kali. "Mimpi apa, sih? Sampai teriak-teriak gitu?" "Dicium Tante." "Tante yang mana?" "Pemilik salon tuh." Ijan cengengesan, kemudian tergelak. Tak peduli aku bersungut-sungut karena mimpi itu seolah-olah nyata. Ijan baru berhenti tertawa setelah aku memukuli lengannya sambil menggerutu. Matahari sore menggantikan siang. Aku meminta bantuan Ijan untuk diantarkan ke kamar mandi. Berbeda dengan tadi pagi, kini aku tidak menggigil dan bisa membersihkan tubuh lebih teliti walaupun tangan kiri masih terpasang infus. Setelah mengenakan celana dalam dan celana pendek, aku memanggil Ijan yang segera memasuki bilik termenung. Dia membantuku menggunakan kemeja dengan hati-hati agar tidak menyentuh jarum infus. Setelahnya, aku berdiri dan melangkah pel
Baca selengkapnya

Bodyguard Lady Paling Killer

87Setelah tiga hari terkurung di ruang perawatan, akhirnya siang ini aku diperbolehkan pulang. Papa, Ijan, Aleea, Sandy dan Willy bergerak cepat membereskan barang-barang, kemudian keempat pria itu keluar terlebih dahulu, sedangkan aku dan Aleea menyusul dengan langkah pelan. Aku menyempatkan diri berpamitan pada para perawat yang selama beberapa hari ini membantuku. Tak lupa untuk memberikan bingkisan kue titipan Mama sebagai ungkapan terima kasih. Setelahnya, kami menyusuri koridor sambil bergenggaman tangan hingga tiba di depan pintu utama. Mas Fa dan Mbak Yeni juga telah tiba, kemudian mereka ikut ke mobilnya Papa. Sedangkan Ijan menemani Willy yang mengemudikan mobil milik Aleea. Sementara Sandy mengendarai motornya Mas Fa.Matahari terik di luar sana seakan-akan menyuntikkan semangat agar aku bisa segera pulih dan kembali beraktivitas. Sepanjang perjalanan kami membahas tentang jadwalku yang terpaksa dibongkar untuk disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Sesuai kesepakatan s
Baca selengkapnya

Mati Gaya

88Kumandang azan asar menghentikan pembicaraan. Kami menunaikan salat empat rakaat secara bergantian. Para pria melaksanakan salat di kamarku, sementara yang perempuan salat di kamarnya Khanza. Selanjutnya kami meneruskan pekerjaan rumah hingga selesai beberapa menit sebelum azan magrib. Sesuai kesepakatan, teman-teman ikut makan malam bersama seusai salat Magrib. Kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing. Aku menyandar ke sofa sambil menatap televisi. Rasa kantuk yang menyergap setiap usai mengonsumsi obat membuatku memaksakan diri berpindah ke kamar. Tanpa berganti pakaian dan memadamkan lampu, aku berbaring di kasur dan segera terlelap. Suara ribut dari depan rumah membuatku terjaga. Spontan mata melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Aku menajamkan pendengaran untuk memastikan asal suara. Kemudian menggeser badan ke jendela dan menyibak gorden sedikit buat mengintip. Tampak beberapa orang yang bisa dipastikan pria tengah berdiri di dekat pagar rumah.
Baca selengkapnya

Karma

89Hari berganti. Penghujung minggu aku meminta diantarkan Aleea dan Ijan ke kafe. Teriakan dan pelukan para sahabat band serta para pekerja menyambut kedatanganku bak pahlawan yang baru pulang dari medan laga. Kang Ryan serta Kak Hasna juga ikut memeluk, bahkan Kak Hasna sampai menangis, mungkin karena terlalu kangen. Setelahnya, aku dan para sahabat serta Kang Ryan dan Kak Hasna berbincang santai sambil menikmati hidangan di meja terbesar. Sementara rekan-rekan pekerja dan bagian dapur kembali ke habitat asli. "Kang, makasih udah membantuku di toilet," ucapku pada Kang Ryan yang duduk di kursi seberang meja. "Nggak perlu berterima kasih, Ken. Aku cuma nganterin dan ngintip kamu di kloset," selorohnya yang menciptakan tawa rekan-rekan, sementara aku cengengesan. "Lain kali kalau mau pingsan itu pengumuman dulu. Nyaris aja kemarin kepalamu nabrak kloset. Untung cepat ketangkap," sambungnya yang kian mengeraskan tawa yang lainnya. "Manalah sempat, Kang. Semua tiba-tiba gelap gitu,"
Baca selengkapnya

Genghis Khan

90Pertunjukan malam ini cukup sukses, walaupun aku hanya dua kali tampil membawakan dua belas lagu berirama lambat dan sedang. Hal itu sesuai arahan rekan-rekan yang tidak mengizinkanku menari, hingga terpaksa hanya menggerak-gerakkan tangan dan kaki sekali-sekali.Tepat pukul 23.00 aku pulang bersama Papa dan Mama yang sengaja datang menjemput. Aleea telah pulang terlebih dahulu jam sembilan tadi diantar Ijan. Aku berpamitan pada rekan-rekan band dan berjanji akan datang Rabu nanti untuk latihan sekaligus tampil di awal pertunjukan. Pada awalnya Mas Fa bersikeras bila aku hanya boleh tampil hari Sabtu. Namun, aku beralasan hendak latihan untuk menstabilkan suara sekaligus tarian Rabu nanti. Sebab tidak mungkin aku latihan di kelabnya Mas Benigno ataupun kelab N. Lebih nyaman latihan di kafe. Setelah Aleea turut merayu akhirnya Mas Fa mengizinkanku tampil Rabu mendatang. Walaupun hanya satu jam, tetapi itu sudah cukup bagiku untuk mempersiapkan diri menghadapi hari-hari panjang saa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status