All Chapters of Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya: Chapter 151 - Chapter 160

282 Chapters

Bab 151

Kedua mata Wisnu membulat penuh. Ia segera bangkit dan menarik kasar tangan Natasya pergi ke arah pintu kantin."Kenapa Mas!" Gadis cantik yang masih duduk di bangku kuliah itupun terkejut. "Ayo ikut denganku!" Paksa Wisnu. Baru kali ini ia melihat lelaki selembut Wisnu bisa bersikap kasar. Selama ini Natasya telah dibuat jatuh hati oleh sikap lembut Wisnu kepadanya.Wisnu menarik Natasya hingga keluar dari dalam kantin. Wajah gadis itupun bersunggut-sunggut. Ia memegangi pergelangan tangannya yang terasa sakit oleh cengkeram Wisnu."Kenapa Mas? Aku hanya bercanda? Aku tidak serius!" debat Natasya memasang wajah kesel. Sesaat kemudian menatap pada pergelangan tangannya.Wisnu menyugar rambutnya kasar. Sesekali melongokkan tubuhnya pada pintu kanti, menatap pada Asma yang masih terdiam."Maaf, Nat, aku minta maaf!" Wisnu berusaha menjelaskan. Ia sadar jika sikapnya telah salah. Tapi ia terpaksa harus melakukannya.Gadis berambut panjang menjuntai itu membuang wajahnya ke arah lain. Bi
Read more

Bab 152

"As, tolong buka pintunya!" teriak Wisnu. Ia berusaha mendorong pintu kamar Asma. Tapi usahanya percuma. Karena Asma sudah mengunci pintu kamarnya dari dalam.Sementara suara benda terjatuh dan amukan dari dalam kamar terdengar begitu ramai. Bahkan diikuti tangisan Asma yang histeris. Wisnu semakin panik, takut sesuatu buruk terjadi pada Asma."A ...!" teriak Wisnu kesal karena tidak dapat melakukan hal apapun.Wisnu memutar tubuhnya menuju lantai atas. Ia ingat jika semua pintu di rumah barunya memiliki kunci cadangan. Langkah Wisnu tertuju pada nakas yang berada di samping ujung ranjang. Dengan cepat ia menarik laci nakas. Di dalam tempat itulah ia menyembunyikan kunci-kunci cadangan itu.Dengan langkah cepat Wisnu menuruni anak tangga. Membawa beberapa kunci yang terikat menjadi satu menuju kamar Asma. Ia mencoba satu persatu kunci itu hingga akhirnya pintu kamar Asma dapat terbuka."Astaghfirullahlazim!" Wisnu terkesiap, semua benda berserakan di atas lantai. Sementara Asma terdu
Read more

Bab 153

"Bagaimana Miss?" Wisnu segera bangkit dari bangku saat wanita berambut kecoklatan dengan kuncir kuda itu muncul dari balik pintu kamar Asma."Kita bicara di ruang tamu saja, Tuan Wisnu!" balas Mis Sisi diikuti senyuman kecil. Setelah menutup daun pintu kamar Asma. "Baiklah!" Wisnu mengangguk lembut mengikuti langkah Miss Sisi menuju ke arah ruang tamu."Sebenernya apa yang telah terjadi, Tuan?" tanya Miss Sisi menjatuhkan tatapan serius pada Wisnu yang duduk pada bangku di depannya."Aku tidak tahu Miss." Wisnu mengendikan bahunya. "Apa mungkin karena kejadian kemarin di kantin kantor?" ucap Wisnu dengan wajah menerka. "Memangnya apa yang telah terjadi di kantin kantor?" Mis Sisi berusaha mendengar cerita Wisnu dengan seksama. Ia ingin mengetahui penyebab Asma mengamuk."Saya bertemu dengan teman perempuan saya. Itu saja!" balas Wisnu."Nah, mungkin itu yang menjadi penyebabnya, Tuan Wisnu." Miss Sisi mengangguk lembut. Akhirnya ia menemukan penyebab Asma kembali kambuh."Ibu Asma
Read more

Bab 154

Hanya mesin pendingin yang terdengar mendengung. Suasana di dalam ruangan Wisnu begitu hening. Hamzah dan Wisnu sama-sama saling terdiam satu sama lain dengan wajah berpikir. Mencari jalan keluar atas masalah yang sedang mereka hadapi."Harusnya Tuan mengatakan yang sejujurnya kepada Nyonya Asma!" celetuk Hamzah memecah keheningan yang tercipta. Netranya menatap pada Wisnu.Wisnu mengalihkan tatapannya kepada Hamzah. "Aku tau aku salah Hamzah. Aku hanya ingin bersama Asma. Tapi itu adalah hal yang mustahil. Karena dia sangat membenciku dan jalan satu-satunya adalah Akbar," jelas Wisnu dengan wajah risua. Ia membuang tatapannya dari Hamzah. "Jika aku tidak mengatakan kalau Akbar masih bersamaku, Asma tidak akan mau kembali padaku," imbuh Wisnu.Lelaki bertubuh tinggi besar itu hanya terdiam. Tanpa menjawab apapun."Lalu ke mana kita akan mencari anak yang mau menyelamatkan anda, Tuan?" tutur Hamzah dengan wajah berpikir. Mencari anak seusia Akbar bukanlah hal yang mudah. Apalagi untuk
Read more

Bab 155

Kepulan asap rokok menyeruak saat Danil masuk ke dalam kamar apartemen. Wanita yang mengenakan pakaian seksi sudah menunggunya sejak beberapa menit yang lalu."Kenapa malam sekali, Tuan Danil!" sapa wanita bertubuh sintal dengan bibir merah cabe itu. Ia kembali menyesap sebatang rokok yang tinggal bersisa setengah di sela-sela jemarinya. Lalu meniupkan asap putih ke udara."Maafkan aku, ada sedikit urusan yang belum aku selesaikan," jawab Danil melepaskan jas yang ia kenakan. Lalu berjalan menuju kamar.Tiba-tiba wanita cantik itu menghadang langkah Danil di ambang pintu kamar. Menyodorkan segelas wine di depan wajah Danil. Netranya menatap menggoda dan begitu nakal."Aku pikir, kamu membutuhkan ini!" ucap janda muda bernama Bianca itu. Sekilas Danil mengalihkan tatapannya pada minuman di dalam gelas yang berada di depan wajahnya. Lelaki itu mengambil gelas tersebut laku meneguknya hingga tandas."Sekarang biarkan aku mandi dulu!" Danil menaikkan kedua alisnya, menjatuhkan tatapan na
Read more

Bab 156

Wisnu tampak ragu, tapi ia tetap tidak tega melihat wajah gadis cantik itu. Ia sangat menyesali telah berjanji menawarkan kebaikan kepadanya. Kebaikan yang telah disalah artikan oleh Natasya."Jika ada apa-apa datanglah kepadaku, aku akan selalu ada untuk kamu!" ucap Wisnu kala itu pada Natasya yang hendak melakukan bunuh diri.Wisnu segera menyadarkan diri. Ia mengusap lembut wajahnya yang gusar."Hanya beberapa hari Mas ke Bandungnya!" rengek Natasya. Suaranya terdengar serak seperti sedang menahan tangisan. Gadis itu memasang wajah iba di depan Wisnu."Bukan begitu, Nad, tapi bagaimana bisa aku meninggalkan pekerjaanku ini!" Wisnu berusaha menolak permintaan Natasya dan terus mencari alasan.Gadis cantik dengan rambut kuncir kuda itu membuang nafas berat. Kesedihan terlukis jelas di wajahnya. Perlahan ia menundukan sedikit wajahnya dari tatapan Wisnu."Padahal aku sangat berharap sekali Mas mau menolongku. Ini adalah impianku sejak dulu. Berjalan di catwalk dan dilihat banyak orang
Read more

Bab 157

Natasya melonjak senang. Ia tidak perlu melakukan apapun untuk mendapatkan uang dari Danil. Cukup bersikap manis di depan lelaki yang cinta mati kepadanya. Maka Danil akan memberikan apapun yang ia inginkan. Gadis dengan rambut kuncir kuda itu melangkahkan kakinya melenggang menuju mobil yang terparkir di halaman kafe. Mobil berwarna hitam yang ia pakai adalah mobil pemberian Danil saat Natasya merayakan ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu.Teen ....Natasya melambaikan tangannya pada mobil Danil yang pergi lebih dulu meninggalkannya. Ia segera masuk ke dalam mobil setelah memastikan mobil Danil pergi."Ternyata mudah sekali mendapatkan uang dari Danil!" guman Natasya senang. Ia segera menyalakan mesin mobil dan menjalankannya.____Lelaki pemilik lesung pipi itu berjalan mondar-mandir. Sesekali ekor matanya melirik pada Asma yang sedang sibuk berkebun di halaman belakang rumah. Miss Sisi menyarankan kepada Asma untuk melakukan kegiatan yang berpositif. Hal itu demi mempercepat
Read more

Bab 158

Sepertinya wanita yang berada di luar mobil Natasya tidak cukup jika gadis itu hanya menurunkan kaca mobil miliknya. Ia terus-menerus mengetuk pintu mobil dengan kasar."Cepat turun kamu gadis sialan!" umpat wanita dengan rambut berwarna kecoklatan itu menatap tajam pada Natasya yang membuang tatapan sinisnya ke arah depan mobil. Tepat di mana Danil berada beberapa saat yang lalu."Hey, turun!" sentak Bian meradang pada Natasya yang mengacuhkan. Kobaran api di dalam hati Bianca semakin menyala-nyala.Bianca yang kesal menarik kasar rambut Natasya. Hingga kepala gadis cantik itu sedikit tertarik ke belakang bangku mobil. Natasya berteriak kesakitan. Tapi sayangnya, tidak ada satupun orang yang mendengar jeritannya. Karena kini mobilnya berada cukup jauh dari kerumanan orang-orang."Lepaskan sialan!" umpat Natasya menjegal pergelangan tangan wanita yang menjambak rambutnya."Kenapa? Sakit? Sakit kan?" Bianca geram. Melihat rintihan Natasya cukup membuatnya senang. Wanita itu semakin ge
Read more

Bab 159

Pukul sepuluh malam mobil yang Natasya kendarai tiba di Bandung. Udara dingin seketika memperangkap Natasya dan Wisnu yang baru turun dari atas mobil. Tulang-tulangnya terasa membeku."Nat, kenapa kita menginap di vila? Bukankah katamu, kita akan tinggal di hotel?" Wisnu menjatuhkan tatapan heran pada Natasya yang berjalan santai menuju vila berlantai dua di depannya.Gadis itu menoleh. "Rencananya menang seperti itu, Mas, tapi team management membatalkan itu semua. Jadi semua cast tidak mendapatkan fasilitas tempat tinggal seperti yang di janjikan," dusta Natasya."Apa?" Wisnu mengeryitkan dahi. Seperti tidak percaya. "Bagaimana bisa mereka membatalkan perjanjian secara sepihak seperti itu, Nat?" cebik Wisnu yang masih berdiri di samping mobil."Entahlah Mas, aku juga tidak paham!" Natasya mengendikan bahunya. "Mungkin karena mereka tidak memiliki biaya terlalu banyak untuk mengadakan perlombaan ini," tutur Natasya memasang wajah lugu.Wisnu mengangguk lembut dengan wajah mengerti. K
Read more

Bab 160

Seorang bocah lelaki dengan cepat menghampiri Asma. Ia melepaskan jaket yang ia kenakan. Lalu menutupi tubuh Asma dengan jaket itu. Sekuat tenaga, ia berusaha untuk mendekap tubuh Asma yang sudah jatuh di atas tanah."Tenang Bik, Tenang!" suara itu masuk dalam indra pendengaran Asma. Sama seperti ketika Hanum berusaha untuk menenangkannya setiap kali Asma mengalami hal yang sama."Tenang, semuanya akan baik-baik saja!" suara-suara itu memenuhi indra pendengaran Asma.Tubuh Asma masih bergetar hebat. Ketakutan dan kekhawatiran seolah membuatnya lepas kendali. Sepersekian detik bocah lelaki itu terus mendekap semakin erat tubuh Asma. Hingga lelaki berkumis tebal itu datang membelah kerumunan. "Ya Allah, Nyonya, ada apa ini?" Pak Sardi terkejut. Lelaki itu hendak menarik tubuh bocah kecil menjauh dari Asma. Dengan cepat, bocah kecil yang tidak lain adalah Gala menghalau langkah Pak Sardi. Memberikan isyarat agar Pak Sardi menghentikan langkah kakinya."Tenang Bik! Tenang. Percayalah sem
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
29
DMCA.com Protection Status