Semua Bab GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL: Bab 61 - Bab 70
101 Bab
enam puluh satu
"Tapi aku salut loh, Pak, sama dia. Dia berani mengakui kesalahannya. Setidaknya dia bersikap layaknya seorang lelaki," puji Iyan."Kalau mau mengakui gitu, bisa mengurangi hukumannya nggak, Pak?" tanya Farida yang memang kurang paham dengan hukum."Tergantung, jika dia bersikap baik selama menjalani masa hukuman. Mungkin bisa mengajukan kasasi."Iyan dan Farida sama-sama menggangguk mengerti. "Andai, ini seandainya ya, Pak. Rudi ini bisa mengembalikan uang perusahaan bagaimana? Apa dia bisa lepas dari hukuman?" Rupanya Farida sangat penasaran dengan nasib karyawan putranya."Sepanjang unsur pidana terpenuhi, Rudi tetap dituntut dengan pasal penggelapan. Sendangkan pengembalian dana itu tidak termasuk dalam alasan penghapusan hak penuntutan. Dia tetap harus menerima hukuman, karena perbuatan pidananya telah sempurna." Handoko menjeda kalimatnya. "Namun, karena ada itikad baik dari tersangka untuk mengakui dan mengembalikan dana tersebut, mungkin bisa menjadi pertimbangan hakim untuk
Baca selengkapnya
enam puluh dua
"Mbak jangan pergi dari sini ya, tinggal di sini saja," pinta Vina pada Ambar. Gadis yang biasa terlihat dewasa itu sekarang merengek bak anak kecil yang akan ditinggal ibunya. Sementara Ambar masih teguh dengan pendiriannya."Kita masih bisa bertemu, Vin. Aku hanya pindah ke gang sebelah," bujuk Ambar pada gadis itu. Ambar mencoba tersenyum untuk meyakinkan Vina kalau dia hanya akan pindah ke kosannya yang baru. Ambar tak enak hati jika harus lama-lama tinggal di kediaman Handoko. Apalagi di rumah itu ada seorang lelaki yang belum menikah, Ambar hanya tak ingin terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Ambar sadar jika pesona Iyan sangat kuat, dia takut terjerat."Om Baik ...." Alif berlari ke arah Iyan. Bocah berambut ikal itu langsung memeluk pinggang Iyan. Iyan yang masih bingung dengan keadaan yang terjadi di depannya, meraih tubuh Alif kemudian menggendongnya. "Ada apa, Sayang?" tanya Iyan sambil mengelus punggung kecil Alif."Alif mau ikut Bunda, tapi Alif juga gak mau pergi diri
Baca selengkapnya
Enam puluh tiga
Santi berteriak kesal ketika sedang berasyik masyuk dengan Haris, ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Sumi terdengar seperti tengah terburu-buru dan ingin segera diangkat."Apa, Sumi?!" sentak Santi langsung ketika mereka terhubung."Ibu meninggal dunia, Mbak." Tak ada nada kesedihan di suara yang mengabarkan kabar duka itu. Begitu juga dengan Santi. Bukannya bersedih wanita berambut panjang bergelombang itu malah marah-marah pada adiknya karena telah mengganggu kesenangannya."Ibu? Sekarang? Ya udah kubur aja. Susah amat, memang kalau aku datang dia bisa hidup lagi?!" Santi berbicara tanpa berpikir lagi, dia benar-benar kesal. Hanya karena sebuah kabar kematian dia harus berhenti bermain ketika hampir mencapai puncak."Beneran Mbak nggak mau lihat ibu untuk yang terakhir kalinya?" tanya Sumi lagi, gadis yang juga ingin menjadi simpanan bos itu tak ingin disalahkan jika tidak memberi tahu kakak-kakaknya."Nggak! Udah kubur di tempat yang sama dengan bapak! Biar mereka selalu be
Baca selengkapnya
enam puluh empat
Ruang tengah itu masih sunyi, walaupun semua penghuninya berada di tempat itu. Farida duduk bersisihan dengan suaminya. Vina berdampingan dengan Alif dan Ambar. Sementara Iyan duduk di kursi yang berbeda.Farida menatap takjub pada sang putra, hari yang dinantikan telah tiba, sang jagoan kecil telah menemukan tambatan hatinya. Sementara Rahayu yang dihubungi lewat ponsel juga tak bisa menahan haru. Wanita itu terlihat berkali-kali mengusap matanya. "Bundanya Alif, maukah kamu menikah denganku?" tanya Iyan tanpa basa-basi. Lelaki itu terlihat tenang dengan tatapan yang tepat menghujam manik cokelat Ambar.Vina melotot pada kakaknya, walaupun Iyan tak melihat kearahnya. Gadis itu meremas bantal yang ada di sofa, saking gemesnya pada kakaknya yang gak ada romantis-romantisnya itu. "Bundanya Alif, maukah kamu menikah denganku?" ucap Vina mengulang kalimat Kakaknya yang menurutnya kurang greget. Membuat Handoko dan Farida melotot ke arahnya.Setelah itu semuanya kembali tegang menunggu ja
Baca selengkapnya
enam puluh lima
"Aku tak menyangka kalau Iyan dan Ambar berjodoh," ucap Rahayu ketika mereka berada dalam kendaraan. Wanita senja itu terlihat bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Rahayu mengalihkan pendanaannya keluar jendela mobil."Ada apa?" tanya Farida setelah dia menyadari perubahan di wajah sahabatnya."Anakku, Da. Dia ... mungkin dia sekarang sudah berada di penjara. Kemarin dia datang dan menceritakan semuanya. Sekarang dia hancur, Da. Hancur, sehancur-hancurnya."Farida mengelus punggung tangan Rahayu, wanita yang memakai kecamatan itu mencoba memberi kekuatan dan dukungan pada Rahayu."Setelah dia memberikan segalanya, kini dia dibuang. Istrinya menggugat cerai ketika dia hendak mengakui kesalahannya dan ingin menebus kesalahannya tersebut." Rahayu tak tahan lagi menahan beban di hatinya, selama ini dia menyimpan dukanya sendiri. Kini setelah dia menemukan orang yang tepat, dia bisa mencurahkan semuanya."Bagaimana keadaannya di tempat itu, Da?" Rahayu menangis tersedu."
Baca selengkapnya
enam puluh enam
Selepas kepergian teman-temannya, Santi masih bergeming di tempatnya. Wanita yang selalu terlihat sempurna itu masih shock, dia sama sekali tidak menyangka kalau akan dipermainkan oleh beberapa orang yang katanya teman baik tersebut. Santi mulai mengotak-atik ponselnya, pikirannya saat ini tak bisa diajak kompromi, dia seperti wanita tua yang sudah pikun, akibat kejadian yang bahkan tak pernah dibayangkan olehnya.Sementara tak jauh darinya, sang pelayan masih setia menunggunya dengan membawa bon yang harus dibayar olehnya. Gadis yang rambutnya digelung itu terus menatap ke arah Santi.Sesekali Santi memijit keningnya sambil memejamkan matanya, nampak jelas kalau saat ini wanita itu sedang bingung. Beberapa bulan menikah dengan Rudi, membuatnya terlena hingga lupa untuk menyisihkan sedikit uang di tabungannya. "Apa yang terjadi, Win?" tanya seseorang yang terdengar sampai di gendang telinga Santi. Namun, wanita itu sama sekali tak tertarik untuk sekedar menengok. Dia sudah bisa meneb
Baca selengkapnya
enam puluh tujuh
"Kamu di mana? Dari tadi tak bisa dihubungi?! Buat apa punya ponsel hah?!" tanyanya langsung setelah panggilannya diangkat oleh adik bungsunya."Aku lagi di jalan, Mbak. Ada apa?" balas Sumi."Kamu ke ATM, cek saldo dan ambil sebisanya, setelah itu langsung pulang," titahnya pada sang adik."Buat apa, Mbak?" tanya Sumi malas-malasan. Gadis itu hanya ingin menikmati harinya, setelah beberapa waktu mengurus ibunya di rumah sakit hingga wanita yang melahirkannya itu tiada."Nggak usah banyak tanya. Lakukanlah saja apa yang kukatakan tadi!" sentak Santi."Baiklah, ada lagi?" tanya Sumi, gadis itu merasa jengah dengan sikap kakaknya yang selalu memerintahkan dirinya."Udah itu saja, ambil sebisanya." Santi kembali mengingatkan. Seperti biasa, tanpa menunggu jawaban dari Sumi, Santi langsung menutup telponnya.Walaupun kesal Sumi tetap melakukan perintah Kakaknya, bagaimanapun juga Santi adalah saudara yang mengentaskan keluarganya dari kesusahan. Kartu ATM yang dibawa Sumi adalah milik Sa
Baca selengkapnya
Enam puluh delapan
Rumah sederhana yang biasanya sepi itu kini terlihat sibuk. Ambar dan Vina tengah berbincang sambil memasak, sedangkan Rahayu dan Farida, kedua sahabat itu tengah asyik mengobrol di ruang tengah, sementara Iyan dan Handoko sedang berbincang di teras samping."Bagaimana kabar menejermu? Apa sudah ada jadwal sidangnya?""Minggu depan persidangan pertama dilakukan, Pak."Handoko menatap putranya penuh dengan tanda tanya, sorot matanya menanyakan kenapa bisa secepat itu. Iyan seolah mengerti, lelaki jangkung itu melanjutkan ceritanya. "Selama penyidikan dia bersikap kooperatif, sehingga mempercepat proses persidangan. Kata Soni Rudi terlihat sangat menyesali perbuatannya, selama di tahanan Rudi tak pernah mengeluh, hanya saja dia selalu terlihat murung, dan jika malam suka berlama-lama bersujud di pojok sel, sambil menangis." Iyan mengatakan apa yang ditahu dari pengacaranya. "Rudi beruntung, mungkin ada doa tulus dari seseorang hingga Allah berkehendak membuka pintu hidayah untuknya ...
Baca selengkapnya
Enam puluh sembilan
Untuk sesaat suasana menjadi hening, Ambar menunduk sementara Iyan merasa canggung. Namun, itu tak berlangsung lama, lelaki jangkung itu duduk dan meminta Ambar untuk melakukan hal yang sama."Em ... urusan di kantor agama sudah selesai, tinggal menunggu harinya. Kurang semingguan lah, jadi masih mau keluar dari rumah ini?""Iya, Abangnya Vina, menurutku itu yang terbaik," sahut Ambar. Untuk sekilas pandangan mereka bertemu. Namun, Ambar segera mengalihkan pandangannya."Baiklah. Em ... sesuai keinginanmu, kita gak akan mengadakan pesta resepsi, tapi bolehkan kalau aku mengundang beberapa teman?" tanya Iyan sambil menatap lekat wajah calon istrinya. Tak bisa disembunyikan kalau saat ini detak jantungnya sangat tak beraturan. "Aku ingin mereka ikut merasakan kebahagiaanku," imbuhnya dengan suara tenang.Ambar melihatnya sekilas, lagi dan lagi pandangan mereka bertaut. Sebenarnya Ambar juga merasakan hal yang sama gugup luar biasa. "Silakan, Abangnya Vina. Maaf, jika keinginanku agak a
Baca selengkapnya
tujuh puluh
"Kenapa kita pergi dari sini, Bunda? Om Baik marah sama kita?" tanya Alif ketika mereka berdua tengah berada di kamar untuk mengemas beberapa pakaian miliknya."Ndak, Kak. Kita perginya hanya sebentar kok. Setelah itu akan kembali ke sini lagi," sahut Ambar tanpa menoleh, wanita yang suka dengan warna gelap itu tengah sibuk memasukkan pakaian ke dalam rangsel."Bunda, Alif sedih ...." Bocah lelaki itu tiba-tiba berkata dengan suara parau. Ambar yang mendengarnya pun menghentikan kegiatannya, wanita pemilik tinggi 159 cm itu menoleh, dia menautkan kedua alisnya ketika mendapati sang putra bermuram durja."Ada apa, Kak? Coba cerita sama Bunda, Kakak Alif sedih kenapa?" tanya Ambar setelah dia sudah duduk di sisi Alif."Alif sedih kalau berpisah dengan semuanya yang ada di sini, Bunda. Alif takut mereka semua pergi seperti Ayah." Alif menjeda kalimatnya, bocah yang badannya mulai tinggi itu menghela napas. "Bunda ... Alif janji gak nakal lagi, biar ndak ditinggal lagi," imbuhnya sambil m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status