Share

Enam puluh sembilan

Untuk sesaat suasana menjadi hening, Ambar menunduk sementara Iyan merasa canggung. Namun, itu tak berlangsung lama, lelaki jangkung itu duduk dan meminta Ambar untuk melakukan hal yang sama.

"Em ... urusan di kantor agama sudah selesai, tinggal menunggu harinya. Kurang semingguan lah, jadi masih mau keluar dari rumah ini?"

"Iya, Abangnya Vina, menurutku itu yang terbaik," sahut Ambar. Untuk sekilas pandangan mereka bertemu. Namun, Ambar segera mengalihkan pandangannya.

"Baiklah. Em ... sesuai keinginanmu, kita gak akan mengadakan pesta resepsi, tapi bolehkan kalau aku mengundang beberapa teman?" tanya Iyan sambil menatap lekat wajah calon istrinya. Tak bisa disembunyikan kalau saat ini detak jantungnya sangat tak beraturan. "Aku ingin mereka ikut merasakan kebahagiaanku," imbuhnya dengan suara tenang.

Ambar melihatnya sekilas, lagi dan lagi pandangan mereka bertaut. Sebenarnya Ambar juga merasakan hal yang sama gugup luar biasa.

"Silakan, Abangnya Vina. Maaf, jika keinginanku agak a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status