Share

tujuh puluh lima

Di dalam kamar utama rumah tersebut, Farida sedang berdiskusi dengan Handoko. Orang tua Iyan itu memikirkan cara agar pernikahan Iyan dan Ambar tetap berjalan sesuai rencana. Farida merasa tidak nyaman dengan sikap Kinan yang kekanak-kanakan juga egois itu.

"Bagaimana kalau akad nikahnya dilakukan di apartemen saja, Pak? Aku khawatir Ambar marah dan tak mau menikah dengan Iyan."

"Sabar dulu, Bu. Kita tunggu Iyan pulang. Nanti kita bicarakan dengannya. Apa benar dia telah berjanji pada Kinan."

"Pak, janji itu diucapkan ketika dia masih kecil, mereka sedang bermain, Pak. Bapak bicara seperti itu seolah mendukung keinginan Kinan. Itu terjadi beberapa tahun yang lalu, Pak. Bagaimana Bapak bisa berkata seperti itu?"

"Jangan emosi dulu, Bu. Masalah kalau dihadapi dengan hati yang marah tak kan menemukan jalan keluar yang baik. Percayalah sama Bapak. Sudah, kamu tenang dulu. Aku mau telpon Vina, mau tanya sekarang mereka di mana?"

Belum juga Handoko menekan nomor anaknya, ponselnya terlebih
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status