Share

tujuh puluh delapan

Iyan menatap heran pada bundanya Alif yang hanya berdiri di depan kompor. Dari posisinya, wanita itu terlihat sedang kebingungan. Iyan sengaja tidak bersuara, dia memilih diam memperhatikan punggung ramping itu. "Andai sudah sah ...." Lelaki itu membatin, tanpa sadar bibirnya mengulas sebuah senyuman ketika membayangkan apa saja yang bisa dilakukan jika mereka sudah sah. Namun, itu tak berlangsung lama, Iyan segera tersadar, lelaki pemilik tubuh jangkung itu menggeleng, mengingat apa yang dipikirkannya. "Bunda ... Bundanya Alif ...?" sapanya dengan suara yang dibuat setenang mungkin.

Ambar menoleh, wanita pemilik iris cokelat itu terjingkat melihat kehadiran Iyan. "Maaf, Abangnya Vina. Ternyata kopinya habis," sahutnya. Iyan semakin gemas ketika melihat Ambar menggigit bibir bawahnya setelah berucap.

"Jadi karena itu kamu lama di dapur?" tanya Iyan sambil melangkah mendekat. Ditariknya kursi meja makan, lalu mendudukinya.

"Iya, maaf." Lagi Ambar merasa malu karena menawarkan sesuatu y
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status