Share

Delapan puluh satu

Penulis: Puspita852
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-29 10:06:11

Sejak kesadarannya Miranti menangis tak kunjung henti, dia begitu terpukul dengan apa yang menimpa putrinya, rasa kecewa dan malu kini menjadi satu.

Setelah mendapatkan perawatan, malam harinya Kinan sudah diperbolehkan pulang. dan semenjak sadar Miranti belum mengajaknya bicara. Wanita baya itu terlalu kecewa dengan putri yang sangat dibanggakan dan disayanginya.

Sesampainya di rumah, Vina memapah Kinan ke kamar belakang, keduanya melangkah tanpa sepatah kata. Vina pun tak ingin banyak bertanya. Biar itu menjadi urusan Kinan.

"Istirahatlah dulu," ucap Vina setelah mereka sudah berada di dalam kamar. Adiknya Iyan itu tak tega melihat kondisi Kinan yang sangat lemah apalagi sejak tadi Kinan didiamkan oleh ibunya, tentu itu sangat menyakitkan. Di saat seperti ini, orang yang seharusnya memberi dukungan mala bersikap cuek.

"Bagaimana ini, Da?" tanya Miranti sambil terisak. Wanita yang biasanya terlihat tegas itu nampak tak berdaya. Mereka saat ini tengah duduk di ruang tengah.

"Bagaimana
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Delapan puluh dua

    Rahayu menatap heran pada Kinan ketika pintu terbuka dengan sempurna. Mata senjanya langsung bisa melihat ada yang tak beres dengan wanita yang berdiri sangat dekat dengan calon suami Ambar itu."Assalamualaikum, Bu," ucap Iyan, lelaki jangkung itu memperlihatkan giginya yang rapi dan putih, setelah mendapat balasan salam, Iyan segera menunduk dan meraih tangan Rahayu kemudian menciumnya dengan takzim. Melihat ekspresi keheranan dari sorot mata senja Rahayu, Iyan langsung sadar dan memperkenalkan wanita yang bersamanya. "Ini Kinan, Bu. Saudara jauhku," imbuhnya.Rahayu tersenyum mendengar penuturan Iyan. "Vina ndak ikut, Yan?" tanyanya setelah menunggu uluran tangan Kinan yang tak kunjung dilakukan wanita muda itu, bahkan sedari tadi wanita itu kebanyakan menunduk."Tidak, Bu. Dia lagi sibuk di rumah, persiapan untuk acara besok."Rahayu mempersilahkan Iyan dan Kinan masuk, keduanya beriringan menuju sofa sedangkan Rahayu melangkah di belakang mereka. "Bagaimana keadaan Alif?" tanya I

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh tiga

    "Sumi, apa semua baik-baik saja? Rumahku?" tanya Santi tiba-tiba. "Rumah itu masih menjadi milikku kan?" imbuhnya sambil melangkah mendekati adiknya."Rumahnya sudah dijual, Mbak," sahut Sumi takut-takut. Saat ini Santi terlihat seperti seorang monster, sorot matanya tajam dengan bekas luka dan tubuhnya, benar-benar menakutkan. "Bagaimanapun mungkin kamu bisa melakukannya? Kamu tidak berhak melakukan itu Sumi!" bentaknya."Mbak, semua itu kulakukan demi kamu! Kamu terluka parah dan butuh biaya untuk semua ini! Lalu ...." Sumi mendekati kakaknya. "Kakak ingat dengan orang-orang yang selalu datang untuk menagih hutang bapak? Mereka meminta untuk segera dibayar, Kak. Kalau tidak, rumah akan beralih menjadi milik mereka. Lalu, hutang kakak di kafe itu, dari mana aku punya uang untuk membayarnya kalau tidak menjual rumah, Kak?!" Sumi ikut emosi melihat kemarahan kakaknya, perhatiannya selama ini ternyata tidak berarti sama sekali bagi Santi. "Untung Om Haris mau membantu mencarikan pembel

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh empat

    Melihat calon istrinya tertunduk malu, ingin sekali Iyan menggodanya. Namun, sayang mereka belum sah secara hukum dan agama, jadi Iyan belum bisa mengekspresikan keinginannya tersebu, lelaki jangkung itu hanya bisa mengulum senyum karena gemas."Ini Ibu bawain tahu bulat," ucap Rahayu sambil meletakkan tas kresek yang sedari tadi ditentengnya ke meja. Alif segera membuka tas kresek tersebut dan mengambil satu buah makanan yang digoreng dadakan di mobil tersebut."Ini buat Bunda." Bocah yang semakin tinggi itu menghampiri lalu menyuapi Ambar. "Bismillah," ucap Ambar sebelum membuka mulutnya. "Enak, Bunda?" tanyanya sambil memperhatikan Ambar menguyah makanan tersebut. Tanpa sadar Alif ikut mengunyah dan menelan ludahnya."Masyaallah ... sedap sekali, Kak. Kak, Kakak tahu nggak? Apapun makanannya kalau Kakak yang nyuapin rasanya jadi enak loh," ujar Ambar membuat Alif tersenyum saat mendengarnya. Alif kembali mengambil makanan tersebut, kali ini bocah dengan rambut ikal itu mendekati

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh lima

    "Mau kemana kamu Kinan? Duduk di sini," titah seseorang. Mendengar seseorang menyebut namanya wanita itu menghentikan langkahnya. Jantungnya berdetak lebih cepat, ketika menyadari siapa pemilik suara berat itu. Wanita itu menutup mata untuk mengurangi debaran di dalam dada karena takut. "Om, sudah lama?" tanya Iyan yang baru masuk. Abangnya Vina itu mendekat lalu mengulurkan tangannya."Lumayan, dari mana kamu, Yan?" balas Ayahnya Kinan sambil menyambut uluran Iyan."Dari rumah calon istri," sahut Iyan tanpa ragu. Lelaki itu ingin menegaskan jika dirinya sudah ada yang memiliki. Ayahnya Kinan mengangguk."Kinan, duduklah di sini," titah kelaki berbadan agak berisi itu. Kinan menurut, perlahan dia melangkah ke sofa di mana ibunya duduk. Tanpa diminta, Miranti mengeser bokongnya, memberikan sedikit ruang untuk putrinya."Sekarang katakan semuanya, sejujur-jujurnya. Siapa ayah anak yang kadung itu?" Suami Miranti itu bertanya dengan suara tertahan, terlihat jelas kalau dia sedang menaha

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh enam

    Santi terkulai tak berdaya ketika beberapa perawat menolongnya. Wanita itu berusaha mengakhiri hidupnya dengan menyayat pergelangan tangan, sehingga membuat ranjang tempatnya berbaring berwarna merah penuh dengan darah. Mantan istri Rudi itu benar-benar mengalami depresi hebat semenjak mengetahui kalau sekarang dia sudah tidak punya apa-apa, ditambah dengan kondisi fisiknya saat ini. Santi benar-benar tidak bisa menerima kenyataan. Ini adalah kali kedua dia melakukannya. Namun, Allah masih belum mengizinkannya meninggalkan dunia ini, hingga setiap usahanya yang ingin mengakhiri hidupnya selalu gagal."Tolong, pasiennya jangan ditinggal sendirian ya, Mbak. Dia benar-benar depresi. Kalau hal ini masih terjadi lagi, kami akan mengikatnya di ranjang," ucap perawat itu. Sambil melilit pergelangan tangan Santi menggunakan perban.Sumi hanya mengangguk, lidahnya seakan keluh untuk sekedar mengucapkan kata 'iya'. Gadis yang tak lagi perawan itu terlihat sangat terpukul mengetahui keadaan kaka

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh tujuh

    Iyan menatap seseorang yang datang bersama temannya itu. Lelaki berambut bela tengah itu mengulurkan tangannya. "Bayu," ucapnya. "Teman dekat Kinan," imbuhnya. Tatapan Iyan tak lepas dari lelaki yang memakai hem motif kotak-kotak itu."Teman dekat yang bagaimana? Kekasih?" tanya Iyan dengan tatapan tajam. Lelaki itu tak menyahut, hanya membalas tatapan Iyan. "Sayang kegagahan fisikmu tak sebanding dengan nyalimu," lanjut Iyan."Kinan yang menghindar, dia yang memilih pergi. Aku bahkan baru tahu kalau dia tengah hamil, karena kami sudah lost kontak beberapa bulan yang lalu," sahut lelaki bernama Bayu tersebut."Lalu? Apa kamu beranggapan kalau itu bukan perbuatanmu? Kamu yang lebih tahu sejauh mana hubungan kalian, jadi—""Aku ingin bertemu dengannya, lebih cepat lebih baik." Lelaki itu memotong ucapan Iyan, dia terlihat sangat serius. Membuat Iyan berpikir sejenak. "Baiklah ... ikut aku, kebetulan orang tua Kinan juga ada di sini," sahut Iyan. Dia ingin tahu bagaimana reaksi kekasih

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh delapan

    Wajah-wajah itu terlihat tegang ketika menunggu kesadaran Kinan. Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Entah bagaimana kebenarannya. Sementara acara besok harus tetap terlaksana. Kalau memang benar bukan Bayu yang menghamili Kinan, lalu siapa? Itulah yang berkecamuk di pikiran masing-masing. Hingga Iyan mengabaikan panggilan dari pengacara yang menangani Rudi.Gema adzan Maghrib terdengar di seantero kampung, membuat para lelaki bangkit dari tempatnya, mereka beriringan menuju musholla terdekat. Sementara para wanita memilih berjamaah di rumah. Selepas salam Miranti segera bangkit setelah terdengar rintihan putrinya. Sementara Farida dan Vina masih melanjutkan dzikirnya.Semua berkumpul di ruang tengah setelah kembali dari jamaah, termasuk Kinan. Namun, wanita yang tengah hamil muda itu masih bungkam."Kinan, katakan yang sebenarnya jangan takut, Kin," Iyan setelah tak ada yang membuka suara.Butiran bening itu lolos begitu saja melewati kelopak mata yang terlihat membengkak."

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh sembilan

    "Kalau begitu, kita pindah saja ke sini, Pak. Kinan itu anak kita satu-satunya. Bagaimana bisa kita lepas tangan begitu saja?" pinta Miranti, wanita itu benar-benar terpukul dengan musibah yang menimpa putrinya."Kita akan bicarakan nanti, belum tentu yang Kinan bicarakan adalah kebenaran, bisa saja dia berbohong atas apa yang terjadi dengannya," kilah Bowo."Pak!" seru Miranti, wanita sepantaran Farida itu tidak terima dengan ucapan suaminya."Kalau itu keinginan Kinan. Kita pulang sekarang!" titahnya penuh tekanan."Bapak kok jadi seperti itu? Kapan Bapak bisa percaya sama anak sendiri? Oh ... mungkin karena ini, Kinan tak ingin berbagi masalahnya. Percuma, Bapak takkan mempercayainya. Aku kecewa sama Bapak!" Setelah berubah Miranti pun bangkit, dia segera meninggalkan suaminya dan berlari ke belakang, ke tempat Kinan berada."Mas!" panggil Handoko setelah Bowo bangkit dan hendak melangkah ke arah yang sama dengan istrinya. Bowo menoleh, ayahnya Kinan itu terlihat sangat ramah, namp

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30

Bab terbaru

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status