Share

delapan puluh tujuh

Penulis: Puspita852
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-30 06:05:37

Iyan menatap seseorang yang datang bersama temannya itu. Lelaki berambut bela tengah itu mengulurkan tangannya. "Bayu," ucapnya. "Teman dekat Kinan," imbuhnya. Tatapan Iyan tak lepas dari lelaki yang memakai hem motif kotak-kotak itu.

"Teman dekat yang bagaimana? Kekasih?" tanya Iyan dengan tatapan tajam. Lelaki itu tak menyahut, hanya membalas tatapan Iyan. "Sayang kegagahan fisikmu tak sebanding dengan nyalimu," lanjut Iyan.

"Kinan yang menghindar, dia yang memilih pergi. Aku bahkan baru tahu kalau dia tengah hamil, karena kami sudah lost kontak beberapa bulan yang lalu," sahut lelaki bernama Bayu tersebut.

"Lalu? Apa kamu beranggapan kalau itu bukan perbuatanmu? Kamu yang lebih tahu sejauh mana hubungan kalian, jadi—"

"Aku ingin bertemu dengannya, lebih cepat lebih baik." Lelaki itu memotong ucapan Iyan, dia terlihat sangat serius. Membuat Iyan berpikir sejenak.

"Baiklah ... ikut aku, kebetulan orang tua Kinan juga ada di sini," sahut Iyan. Dia ingin tahu bagaimana reaksi kekasih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh delapan

    Wajah-wajah itu terlihat tegang ketika menunggu kesadaran Kinan. Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Entah bagaimana kebenarannya. Sementara acara besok harus tetap terlaksana. Kalau memang benar bukan Bayu yang menghamili Kinan, lalu siapa? Itulah yang berkecamuk di pikiran masing-masing. Hingga Iyan mengabaikan panggilan dari pengacara yang menangani Rudi.Gema adzan Maghrib terdengar di seantero kampung, membuat para lelaki bangkit dari tempatnya, mereka beriringan menuju musholla terdekat. Sementara para wanita memilih berjamaah di rumah. Selepas salam Miranti segera bangkit setelah terdengar rintihan putrinya. Sementara Farida dan Vina masih melanjutkan dzikirnya.Semua berkumpul di ruang tengah setelah kembali dari jamaah, termasuk Kinan. Namun, wanita yang tengah hamil muda itu masih bungkam."Kinan, katakan yang sebenarnya jangan takut, Kin," Iyan setelah tak ada yang membuka suara.Butiran bening itu lolos begitu saja melewati kelopak mata yang terlihat membengkak."

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   delapan puluh sembilan

    "Kalau begitu, kita pindah saja ke sini, Pak. Kinan itu anak kita satu-satunya. Bagaimana bisa kita lepas tangan begitu saja?" pinta Miranti, wanita itu benar-benar terpukul dengan musibah yang menimpa putrinya."Kita akan bicarakan nanti, belum tentu yang Kinan bicarakan adalah kebenaran, bisa saja dia berbohong atas apa yang terjadi dengannya," kilah Bowo."Pak!" seru Miranti, wanita sepantaran Farida itu tidak terima dengan ucapan suaminya."Kalau itu keinginan Kinan. Kita pulang sekarang!" titahnya penuh tekanan."Bapak kok jadi seperti itu? Kapan Bapak bisa percaya sama anak sendiri? Oh ... mungkin karena ini, Kinan tak ingin berbagi masalahnya. Percuma, Bapak takkan mempercayainya. Aku kecewa sama Bapak!" Setelah berubah Miranti pun bangkit, dia segera meninggalkan suaminya dan berlari ke belakang, ke tempat Kinan berada."Mas!" panggil Handoko setelah Bowo bangkit dan hendak melangkah ke arah yang sama dengan istrinya. Bowo menoleh, ayahnya Kinan itu terlihat sangat ramah, namp

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh

    "Ayah!" seru Alif memecah keheningan, bocah yang tengah duduk di sebelah Iyan itu pun bergegas bangkit, tanpa ragu dia berlari menyongsong lelaki yang berdiri tertegun di ambang pintu. Seketika semua mata tertuju mantan suami Ambar tersebut dengan penuh tanya."Ayah ...!" seru Alif sekali lagi, bocah lima tahun lebih empat bulan itu kegirangan. Melihat putranya mendekat, Rudi pun berlutut kemudian merentangkan kedua tangannya. "Ayah!" Lagi, Alif menyebut kata yang sudah lama tak terucap dari bibir mungilnya. Bocah yang belum jadi sekolah itu benar-benar bahagia bisa bertemu dengan lelaki yang telah mengukir raganya tersebut. Sementara Ambar hanya bisa menyaksikan kejadian itu dengan perasaan campur aduk. Namun, yang pasti rasa terkejut lebih besar dari rasa bahagianya saat ini.Di sisi lain, Rahayu yang duduk berdampingan dengan Farida tak langsung bangkit, mata senja itu mengembun melihat kehadiran sang putra yang kini tengah melepas rindu dengan cucunya."Dia ... dia putraku?" tany

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh satu

    "Apa yang terjadi dengan kakak saya, Suster?" tanya Sumi sambil terus mengikuti langkah seorang perawat ketika mereka berpapasan di koridor rumah sakit, sesekali tangannya menarik wanita yang memakai seragam putih tersebut. Malam hari, lorong rumah sakit itu terlihat menakutkan. Namun, itu tak jadi alasan untuk seorang perawat menunda tanggung jawabnya."Tolong jangan menghalangi kami berkerja, Mbak. Nanti ada dokter yang menjelaskan kondisi pasien ini," sahut perempuan satunya dengan ketus karena merasa terganggu dengan sikap Sumi.Sumi sendiri terlihat tegang, ketika seorang perawat menghubunginya dan mengatakan kalau Santi mengamuk dan melukai Mina, wanita setengah baya itu sudah tak sadarkan diri ketika mereka sampai di ruangan Santi. "Katakan dulu apa yang terjadi dengan Kakak saya, Suster?" Sumi masih bersikeras bertanya karena melihat Santi didorong di kursi roda dengan tangan diikat, rasa khawatirnya semakin menjadi ketika melihat kondisi kakaknya yang sangat berantakan."Su

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh dua

    Malam itu rumah yang tadinya sepi menjadi gaduh akibat kedatangan Alif. Bocah bermata bulat dengan bulu lentik itu merajuk ingin tidur bersama dengan bundanya. Ambar tak habis pikir, kenapa putranya bisa seperti itu, karena biasanya dia juga tidur sendiri. Sementara Iyan seperti mati gaya, lelaki yang biasanya selalu bisa mengatasi masalah itu terlihat bingung, tak tahu harus berbuat atau berkata apa."Kakak mau tidur sama Bunda? Kenapa, Kak? Bukannya Kakak sudah terbiasa tidur sendiri?" tanya Ambar setelah mengajak Alif duduk di sofa. Sementara yang lainnya hanya berdiri sambil menatap heran pada Ambar yang masih memakai mukenah. Termasuk Rudi yang mengantarkan Alif."Kan tadi Alif tidur sama Ayah." Bocah berambut ikal itu menoleh pada Rudi, "terus Alif ingat sama Bunda, karena dulu kita kan sering tidur bertiga," sahut Alif dengan polosnya. Ambar menghela napas mendengar penuturan sang buah hati, begitu juga dengan orang-orang yang ada di tempat itu, termasuk Rudi. Lelaki yang dulu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30

Bab terbaru

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status