Share

Enam puluh delapan

Rumah sederhana yang biasanya sepi itu kini terlihat sibuk. Ambar dan Vina tengah berbincang sambil memasak, sedangkan Rahayu dan Farida, kedua sahabat itu tengah asyik mengobrol di ruang tengah, sementara Iyan dan Handoko sedang berbincang di teras samping.

"Bagaimana kabar menejermu? Apa sudah ada jadwal sidangnya?"

"Minggu depan persidangan pertama dilakukan, Pak."

Handoko menatap putranya penuh dengan tanda tanya, sorot matanya menanyakan kenapa bisa secepat itu. Iyan seolah mengerti, lelaki jangkung itu melanjutkan ceritanya. "Selama penyidikan dia bersikap kooperatif, sehingga mempercepat proses persidangan. Kata Soni Rudi terlihat sangat menyesali perbuatannya, selama di tahanan Rudi tak pernah mengeluh, hanya saja dia selalu terlihat murung, dan jika malam suka berlama-lama bersujud di pojok sel, sambil menangis." Iyan mengatakan apa yang ditahu dari pengacaranya.

"Rudi beruntung, mungkin ada doa tulus dari seseorang hingga Allah berkehendak membuka pintu hidayah untuknya ...
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status