Share

enam puluh empat

Author: Puspita852
last update Last Updated: 2022-12-27 10:34:04

Ruang tengah itu masih sunyi, walaupun semua penghuninya berada di tempat itu. Farida duduk bersisihan dengan suaminya. Vina berdampingan dengan Alif dan Ambar. Sementara Iyan duduk di kursi yang berbeda.

Farida menatap takjub pada sang putra, hari yang dinantikan telah tiba, sang jagoan kecil telah menemukan tambatan hatinya. Sementara Rahayu yang dihubungi lewat ponsel juga tak bisa menahan haru. Wanita itu terlihat berkali-kali mengusap matanya.

"Bundanya Alif, maukah kamu menikah denganku?" tanya Iyan tanpa basa-basi. Lelaki itu terlihat tenang dengan tatapan yang tepat menghujam manik cokelat Ambar.

Vina melotot pada kakaknya, walaupun Iyan tak melihat kearahnya. Gadis itu meremas bantal yang ada di sofa, saking gemesnya pada kakaknya yang gak ada romantis-romantisnya itu. "Bundanya Alif, maukah kamu menikah denganku?" ucap Vina mengulang kalimat Kakaknya yang menurutnya kurang greget. Membuat Handoko dan Farida melotot ke arahnya.

Setelah itu semuanya kembali tegang menunggu ja
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh lima

    "Aku tak menyangka kalau Iyan dan Ambar berjodoh," ucap Rahayu ketika mereka berada dalam kendaraan. Wanita senja itu terlihat bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Rahayu mengalihkan pendanaannya keluar jendela mobil."Ada apa?" tanya Farida setelah dia menyadari perubahan di wajah sahabatnya."Anakku, Da. Dia ... mungkin dia sekarang sudah berada di penjara. Kemarin dia datang dan menceritakan semuanya. Sekarang dia hancur, Da. Hancur, sehancur-hancurnya."Farida mengelus punggung tangan Rahayu, wanita yang memakai kecamatan itu mencoba memberi kekuatan dan dukungan pada Rahayu."Setelah dia memberikan segalanya, kini dia dibuang. Istrinya menggugat cerai ketika dia hendak mengakui kesalahannya dan ingin menebus kesalahannya tersebut." Rahayu tak tahan lagi menahan beban di hatinya, selama ini dia menyimpan dukanya sendiri. Kini setelah dia menemukan orang yang tepat, dia bisa mencurahkan semuanya."Bagaimana keadaannya di tempat itu, Da?" Rahayu menangis tersedu."

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh enam

    Selepas kepergian teman-temannya, Santi masih bergeming di tempatnya. Wanita yang selalu terlihat sempurna itu masih shock, dia sama sekali tidak menyangka kalau akan dipermainkan oleh beberapa orang yang katanya teman baik tersebut. Santi mulai mengotak-atik ponselnya, pikirannya saat ini tak bisa diajak kompromi, dia seperti wanita tua yang sudah pikun, akibat kejadian yang bahkan tak pernah dibayangkan olehnya.Sementara tak jauh darinya, sang pelayan masih setia menunggunya dengan membawa bon yang harus dibayar olehnya. Gadis yang rambutnya digelung itu terus menatap ke arah Santi.Sesekali Santi memijit keningnya sambil memejamkan matanya, nampak jelas kalau saat ini wanita itu sedang bingung. Beberapa bulan menikah dengan Rudi, membuatnya terlena hingga lupa untuk menyisihkan sedikit uang di tabungannya. "Apa yang terjadi, Win?" tanya seseorang yang terdengar sampai di gendang telinga Santi. Namun, wanita itu sama sekali tak tertarik untuk sekedar menengok. Dia sudah bisa meneb

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh tujuh

    "Kamu di mana? Dari tadi tak bisa dihubungi?! Buat apa punya ponsel hah?!" tanyanya langsung setelah panggilannya diangkat oleh adik bungsunya."Aku lagi di jalan, Mbak. Ada apa?" balas Sumi."Kamu ke ATM, cek saldo dan ambil sebisanya, setelah itu langsung pulang," titahnya pada sang adik."Buat apa, Mbak?" tanya Sumi malas-malasan. Gadis itu hanya ingin menikmati harinya, setelah beberapa waktu mengurus ibunya di rumah sakit hingga wanita yang melahirkannya itu tiada."Nggak usah banyak tanya. Lakukanlah saja apa yang kukatakan tadi!" sentak Santi."Baiklah, ada lagi?" tanya Sumi, gadis itu merasa jengah dengan sikap kakaknya yang selalu memerintahkan dirinya."Udah itu saja, ambil sebisanya." Santi kembali mengingatkan. Seperti biasa, tanpa menunggu jawaban dari Sumi, Santi langsung menutup telponnya.Walaupun kesal Sumi tetap melakukan perintah Kakaknya, bagaimanapun juga Santi adalah saudara yang mengentaskan keluarganya dari kesusahan. Kartu ATM yang dibawa Sumi adalah milik Sa

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Enam puluh delapan

    Rumah sederhana yang biasanya sepi itu kini terlihat sibuk. Ambar dan Vina tengah berbincang sambil memasak, sedangkan Rahayu dan Farida, kedua sahabat itu tengah asyik mengobrol di ruang tengah, sementara Iyan dan Handoko sedang berbincang di teras samping."Bagaimana kabar menejermu? Apa sudah ada jadwal sidangnya?""Minggu depan persidangan pertama dilakukan, Pak."Handoko menatap putranya penuh dengan tanda tanya, sorot matanya menanyakan kenapa bisa secepat itu. Iyan seolah mengerti, lelaki jangkung itu melanjutkan ceritanya. "Selama penyidikan dia bersikap kooperatif, sehingga mempercepat proses persidangan. Kata Soni Rudi terlihat sangat menyesali perbuatannya, selama di tahanan Rudi tak pernah mengeluh, hanya saja dia selalu terlihat murung, dan jika malam suka berlama-lama bersujud di pojok sel, sambil menangis." Iyan mengatakan apa yang ditahu dari pengacaranya. "Rudi beruntung, mungkin ada doa tulus dari seseorang hingga Allah berkehendak membuka pintu hidayah untuknya ...

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Enam puluh sembilan

    Untuk sesaat suasana menjadi hening, Ambar menunduk sementara Iyan merasa canggung. Namun, itu tak berlangsung lama, lelaki jangkung itu duduk dan meminta Ambar untuk melakukan hal yang sama."Em ... urusan di kantor agama sudah selesai, tinggal menunggu harinya. Kurang semingguan lah, jadi masih mau keluar dari rumah ini?""Iya, Abangnya Vina, menurutku itu yang terbaik," sahut Ambar. Untuk sekilas pandangan mereka bertemu. Namun, Ambar segera mengalihkan pandangannya."Baiklah. Em ... sesuai keinginanmu, kita gak akan mengadakan pesta resepsi, tapi bolehkan kalau aku mengundang beberapa teman?" tanya Iyan sambil menatap lekat wajah calon istrinya. Tak bisa disembunyikan kalau saat ini detak jantungnya sangat tak beraturan. "Aku ingin mereka ikut merasakan kebahagiaanku," imbuhnya dengan suara tenang.Ambar melihatnya sekilas, lagi dan lagi pandangan mereka bertaut. Sebenarnya Ambar juga merasakan hal yang sama gugup luar biasa. "Silakan, Abangnya Vina. Maaf, jika keinginanku agak a

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   tujuh puluh

    "Kenapa kita pergi dari sini, Bunda? Om Baik marah sama kita?" tanya Alif ketika mereka berdua tengah berada di kamar untuk mengemas beberapa pakaian miliknya."Ndak, Kak. Kita perginya hanya sebentar kok. Setelah itu akan kembali ke sini lagi," sahut Ambar tanpa menoleh, wanita yang suka dengan warna gelap itu tengah sibuk memasukkan pakaian ke dalam rangsel."Bunda, Alif sedih ...." Bocah lelaki itu tiba-tiba berkata dengan suara parau. Ambar yang mendengarnya pun menghentikan kegiatannya, wanita pemilik tinggi 159 cm itu menoleh, dia menautkan kedua alisnya ketika mendapati sang putra bermuram durja."Ada apa, Kak? Coba cerita sama Bunda, Kakak Alif sedih kenapa?" tanya Ambar setelah dia sudah duduk di sisi Alif."Alif sedih kalau berpisah dengan semuanya yang ada di sini, Bunda. Alif takut mereka semua pergi seperti Ayah." Alif menjeda kalimatnya, bocah yang badannya mulai tinggi itu menghela napas. "Bunda ... Alif janji gak nakal lagi, biar ndak ditinggal lagi," imbuhnya sambil m

    Last Updated : 2022-12-28
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   tujuh puluh satu

    Sampai malam menjelang, ponsel Santi tak bisa dihubungi oleh Sumi. Sebenarnya Sumi tak begitu khawatir karena kakaknya itu sudah terbiasa pergi dalam beberapa hari. Yang membuatnya resah adalah kedatangan beberapa lelaki sore tadi. Mereka adalah penagih hutang almarhum bapaknya. Dalam kebingungan, Sumi menghubungi Siti dan Suji. Namun, dia harus menelan kekecewaan setelah nomor yang dituju sedang tidak aktif.Dalam kepanikan, Sumi teringat dengan ATM yang dibawanya. Gadis itu pun meminta izin pada penagih hutang untuk menunggunya sebentar. Sumi meminta Mina dan seorang satpam untuk menemani 'tamunya' tersebut. Sumi bergegas turun dari ojek online yang dipesannya, tanpa basa-basi, gadis itu menyerahkan sejumlah uang pada sang penagih. "Ini masih kurang ya, Neng. Ini hanya untuk membayar bunganya. Kemarin hutang Pak Marno beserta bunganya ada 75 juta, sehari tidak bayar sudah menjadi 80 juta. Nengnya paham?" tanyanya dengan lembut pada Sumi."Hah? Sehari bunganya lima juta?!" Tanpa sad

    Last Updated : 2022-12-28
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Tujuh puluh dua

    Farida menghentikan kegiatannya setelah mendengar seseorang mengucapkan salam. Wanita yang sedang mencuci piring itu membersihkan tangannya lalu mengelap sekedarnya kemudian bergegas melangkah keluar."Assalamualaikum ...." Lagi seseorang mengucapkan salam seolah tidak sabar untuk segera dibukakan pintu."Wa'alaikumussalam," balas Farida sedikit keras, agar seseorang yang di balik pintu mengetahui kalau salamnya sudah dibalas."Mbak Miranti, apa kabar?" sambut Farida setelah pintu terbuka. "Alhamdulillah, baik, Da," sahut Miranti–sepupu jauh Farida. Miranti tak sendiri dia datang bersama dengan Kinan–putrinya."Aduh ... surprise sekali ini," ucap Farida sambil menyambut uluran tangan Kinan untuk salim. "Ayo masuk dulu," ajak Farida sambil mengelus kepala gadis berambut lurus tersebut. "Kinan udah besar ya ... dan semakin cantik, masyaallah ...," puji Farida tulus. Kemudian dia membuka pintu sedikit lebar, lalu mempersilahkan kedua tamunya masuk lebih dulu."Maaf ya, Da. Kami datang t

    Last Updated : 2022-12-28

Latest chapter

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status