“Ya Allah, Agi … akhirnya kamu pulang juga, Nak!”Mama yang tengah berjemur di terlas sambil ngobrol dengan tetangga menyambutku dengan antusias. Kerinduan terpancar jelas dari sorot mata wanita nomor satu di hatiku itu. Mama menghambur ke pelukanku dengan mengabaikan lawan bicaranya, yang menatap ke arahku dengan ekspresi sulit diterjemahkan. Kemeja mahalku basah oleh air mata Mama, hangatnya tembus hingga ke dalam hati. “Alhamdulillah ya Allah, akhirnya Mama bisa berjalan lagi dan sehat seperti sedia kala.” Aku memegang kedua pundak Mama dan memandangnya dengan takjub. Kembali kurengkuh wanita terkasihku. Rasanya hidupku kini sangat sempurna.“Alhamdulillah, Gi. Perawat yang disewa istrimu telaten sekali sehingga Mama sembuh dengan cepat.”Kerinduan begitu pekat melingkupi kami hingga tanpa sadar beberapa orang tetangga mendekat dan menyapaku. Heran, padahal dulu mereka selalu mencibirku.“Tuan, koper sama kantong-kantongnya mau ditaruh di mana?” Mang Toha, salah satu sopir Meilia
Read more