Share

Bab 74 Cerita Sahabatku

Untuk menutupi rasa malu aku masuk toilet meski tak ada hajat yang ingin kutunaikan. Di toilet aku berdiri dan berusaha menetralkan detak jantungku yang tak karuan. Untung saja toilet di rumah majikanku sangat nyaman sehingga aku tak tersiksa harus diam di dalamnya.

Jadi ingat anekdot mencari toilet di negaraku. “Buat nyari toilet jangan pakai mata tapi pakai hidung, pasti lebih mudah ketemunya.” Ada-ada aja.

Kututup mukaku dengan dua telapak tangan saat sekilas tadi melihat Ummi Maimunah tersenyum geli yang cepat-cepat ditutup tangannya. Beliau pasti tadi melihat kegugupanku. Aduh kayak anak abg aja. Hingga acara berakhir aku selalu berusaha menyibukkan diri di dapur. Entah nyuci piring atau beres-beres. Lebih baik mencuci peralatan yang berat-berat, dari pada harus ke ruangan para majikan dan bertemu Baba Halim atau istrinya. Untunglah teman-teman tak ada yang menyadari masalahku.

Malam ini kami tidur larut malam setelah acara selesai dan membereskan semuanya setelah semua tamu pulan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status