Home / Romansa / Bukan Istri Pilihan Suamiku / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Bukan Istri Pilihan Suamiku : Chapter 151 - Chapter 160

264 Chapters

Bab 151

Hana memajukan bibirnya memandang punggung lebar suaminya. "Katanya rindu tapi buktinya mana," batinnya.Sedih dan kecewa, ketika melihat Daffin pergi tanpa ingin menikmati malam berdua bersama dengannya. "Tadi, Hana nolak diajak muter-muter sampai pagi. Tapi kalau misalnya, abang temanin di kamar sampai pagi, bahkan pagi lagi, Hana nggak nolak." Hana tidak ada henti-hentinya berkata di dalam hatinya dengan mata yang berkaca-kaca.Surya dan Mita memandang putranya yang keluar dari rumah. Ada rasa kasihan ketika melihat raut wajah putra mereka, yang tampak lemas. Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi. Surya, dengan sengaja memerintahkan pengawal khusus untuk melindungi putranya. "Kenapa nggak disuruh aja, dia nginep di sini, bila masih rindu." Mita mengusap punggung Hana. Senyum mengembang di bibirnya."Hana nggak rindu kok." Bagaikan tomat masak, seperti itulah wajahnya saat ini. Ia begitu sangat malu ketika mama mertuanya, bisa mengetahui apa yang dirasakannya. Dengan cepat
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Bab 152

Begitu selesai melakukan ibadahnya, Hana keluar dari dalam kamar untuk mencari sarapan. Senyum mengembang di bibirnya, ketika melihat mama dan papa mertua yang sudah memakai setelan baju olahraga yang sama. Ia, begitu sangat mengetahui kebiasaan kedua mertuanya yang selalu melakukan olahraga rutin, setiap pagi. "Apa mau sarapan?" Mita tersenyum dan mengusap perut menantunya. Mita dan Surya baru saja keluar dari kamar mereka dan berencana untuk lari pagi di halaman depan."Iya ma." Hana tersenyum memandang stelan baju olahraga yang dipakai oleh papa dan Mama mertuanya. "Baju olahraga opa dan oma, unyu-unyu ya nak." Hana mengusap perutnya."Ya mau gimana lagi, papa nurut selera Mama. Mama ngajak pakai baju pink ya wajib pakai baju pink." Surya terlihat awet muda dengan mengenakan baju serta celana olahraga berwarna pink yang sama dengan isterinya. Pria itu bersyukur, karena tidak diberi sepatu berwarna pink.Mita tertawa lepas ketika mendengar ucapan suaminya. "Kita selalu pakai baju
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Bab 153

Duduk dihalaman depan, sambil menikmati udara di pagi hari seperti ini, terasa begitu sangat menyegarkan paru-parunya. Hana duduk di kursi santai sambil memandang mertuanya yang sedang melakukan olahraga pagi. Hampir setiap hari ia melihat aktivitas kedua mertuanya seperti ini. Apalagi hari ini, hari libur jadi mereka bisa menikmati liburnya bersama di rumah. "Apa sudah selesai sarapannya?" Mita yang sudah merasa lelah, akhirnya memilih untuk menyudahi olahraga paginya. Wanita itu mengusap keringat di keningnya, dengan handuk kecil yang di bawahnya. Ia kemudian duduk di kursi santai, di sebelah Hana."Tadi cuman makan roti selai ma, sama minum teh." Hana tersenyum."Lumayan itu untuk menenangkan si kembar." Mita tahu, bahwa Hana tidak bisa menahan rasa laparnya, disaat hamil seperti ini."Apa, papa sudah selesai larinya." Mita memandang suaminya yang saat ini sudah berdiri di dekatnya."Papa udah capek, mau istirahat." Surya tersenyum memandang Hana dan juga Mita."Iya, ini sudah m
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Bab 154

Surya diam ketika mendengar ucapan istrinya. Pria itu memandang wajah Mita dengan kening yang berkerut. Namun tetap tidak bertanya apa-apa."Mama kok gak cerita mau ke Bandung?" Hana memandang Mama mertua."Undangannya Minggu semalam, rencananya mau kasih tahu Hana, pagi ini." Mita tersenyum dan meminum susu kalsiumnya."O." Mulut Hana membulat. Bila kedua mertuanya pergi keluar kota, itu artinya, ia hanya berdua bersama dengan Daffin. Baru saja membayangkan, sudah membuatnya, merasa gugup dan canggung seperti ini. "Enggak apa-apa dek, kalau mama sama papa ke Bandung. Soalnya ada abang di sini. Abang bakalan jagain adek." Daffin tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. Sungguh tidak diduganya, bahwa ia akan mendapatkan kesempatan emas berdua dengan istrinya.Melihat sikap Daffin yang seperti ini, membuat Hana semakin gugup dan salah tingkah. Kini jantungnya, berdegup dengan hebatnya."Hana sudah kenyang." Ia menolak ketika Daffin kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. "Kenap
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Bab 155

Begitu banyak yang ingin ditanyanya namun pertanyaan itu belum juga terucap dari bibirnya. Hana sibuk mengatasi degup di jantungnya. "Rindu dek, rindu sekali." Pria itu mengungkapkan perasaannya.Hana hanya diam dan sedikit menganggukkan kepalanya. Ia bisa merasakan kejujuran yang diungkapkan, dari sorot mata suaminya yang dalam."Rindu nggak dek sama Abang?" Daffin menatap wajah istrinya. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ia sangat ingin mendengar istrinya berkata jujur.Ditanya seperti ini, membuat Hana bingung untuk menjawab. "Nggak," jawabnya dengan gaya sombong dan melengos, memperhatikan sikap acuh tak acuh. Bila Daffin dengan mudahnya untuk berkata jujur, bertolak belakang dengan dirinya, yang begitu sangat sulit untuk berkata jujur. Daffin beranjak dari pangkuan istrinya. "Ya sudahlah kalau nggak rindu, Abang mau pergi." Pria itu merajuk seperti anak kecil.Dengan cepat Hana memeluk suaminya dan menempelkan wajahnya di punggung Daffin. "Nggak boleh pergi.""Katanya nggak rindu."
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Bab 156

Hana menganggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan suaminya, memang benar. Susi dan Berliana, harus belajar untuk bertanggung jawab. Mereka harus belajar dari kesalahan yang telah diperbuat. Daffin memeluk istrinya dan kemudian mencium pipinya. "Abang, terima kasih ya, Abang sudah mau bantu Hana, untuk membersihkan nama papa. Apa yang sudah dijual mereka, nggak mungkin bisa balik lagi. Tapi setidaknya nama baik papa bisa bersih lagi. Selama ini Hana berusaha untuk ikhlas, agar papa tenang di sana. Hana mencoba untuk mengikhlaskan harta peninggalan keluarga, yang sudah dijual mama Susi. Namun Hana tidak pernah bisa ikhlas, ketika papa di fitnah." Hana menangis. Betapa tidak berdaya, diri ini, ketika tidak bisa mempertahankan harta warisan yang menjadi peninggalan kedua orang tuanya. Betapa lemahnya dirinya di waktu itu, ketika mengetahui bahwa papanya difitnah, sedangkan ia tidak bisa melakukan apa-apa. "Iya sayang, Abang tidak akan pernah bisa diam begitu saja, dengan apa yang merek
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Bab 157

Mita memandang Daffin dan juga Hana secara berganti-gantian. Wajahnya tampak sedang memperhatikan dengan seksama.Hana salah tingkah, ketika melihat cara Mama mertua memandangnya. Ditundukkannya kepala, guna menghindari tatapan mata dari mama mertuanya."Papa sama Mama mau ke Bandung. Kalian ingat ya, selama papa dan Mama pergi, jangan ada yang berantem." Surya memperingati anak serta menantunya."Iya pa," jawab Hana dan Daffin secara bersamaan."Istri kamu lagi hamil Fin, jadi kamu itu harus banyak mengalah sama istri kamu." Surya menasehati putranya."Nggak ada yang berantem pa, ini aja yang merajuk, main langsung pergi aja." Daffin melingkarkan tangannya di pinggang Hana. Pria itu tersenyum menatap wajah istrinya.Hana memandang Daffin dengan pipi gelembung dan bibir yang maju ke depan.Daffin tersenyum menatap wajah istrinya. "Lain kali nggak boleh langsung main pergi-pergi, harus tanya dulu permasalahannya." Ia tidak ingin kesalahpahaman seperti ini, terulang lagi. Dalam permas
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Bab 158

"Apa Abang beneran nggak mau makan?" Hana bertanya ketika memasukkan seblak ke dalam mulutnya."Baru habis sarapan dek, mana mungkin bisa makan lagi." Daffin tersenyum memandang istrinya. "O, iya." Hana tersenyum dan meniup seblak di dalam sendok dan memasukkan ke dalam mulutnya."Abang aja yang suapi." Daffin mengambil sendok di tangan istrinya. Bila cara Hana makan seperti ini, bisa lama menunggu. Istrinya hanya memasukkan sebelak seujung sendok saja. Hana hanya diam ketika Daffin mengambil sendok di tangannya. Daffin meniup terlebih dahulu dan memasukkan sendok kedalam mulutnya, guna untuk memastikan bahwa makanan sudah dalam keadaan tidak begitu panas. Kini ia menyuapi istrinya seperti sedang menyuapi seorang bayi."Jorok, masa dimasukkan ke mulut Abang, dah itu baru masuk ke mulut Hana." Hana protes dan memasukkan sendok kedalam mulutnya."Kalau nggak dicicipi dulu, takutnya panas dek. Lidah adek bisa terbakar. Lagi pula, kita sudah terbiasa saling bertukar enzim. Jadi apan
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Bab 159

"Bagaimana mungkin dia bisa tidur dengan nyenyak seperti ini." Daffin memandang istrinya, yang tertidur dengan damai, tanpa memiliki rasa bersalah terhadapnya. "Benar-benar pandai nyiksa ya dek." diusapnya kepala Hana dan kemudian mencium pipi. "Lihat ya sayang, nanti abang balas dendam." Daffin mengulum senyumnya. Pria itu kemudian mencium bibir istrinya dengan lembut dan kemudian melepaskannya."Enaknya tidur, sampai gak tahu di cium seperti ini." Senyum mengembang di bibirnya ketika istrinya, tidak bergerak sedikitpun saat di ciumnya.Ia kemudian berbaring di sebelah istrinya, tanpa melakukan apa-apa dan hanya menatap wajah cantik milik Hana. Semakin di pandang, semakin cantik dilihatnya. Daffin begitu sangat malas untuk melakukan apapun termasuk mengerjakan pekerjaannya. Saat ini, ia tidak bisa berkonsentrasi. Pada akhirnya Daffin memilih untuk berbaring saja. Setelah puas menatap wajah cantik istrinya, Daffin mengeluarkan ponsel dari dalam saku bajunya dan membuka kunci ponse
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

Bab 160

"Apa mau tambah?" Daffin tersenyum ketika memasukkan suapan terakhir ke dalam mulut istri nya."Sudah kenyang, Abang, Hana mandi dulu ya. Panas, gerah juga." Hana mengusap keringat di pelipis keningnya."Iya dek, Abang juga lagi nggak selera kalau baru selesai makan dan berkeringat seperti ini." Daffin tersenyum.Mulut Hana membulat. "Hana kirain mau langsung tancap gas.""Hahaha, yang sudah gak sabar. Mentang-mentang jablay beberapa hari." Dengan sengaja menggoda istrinya. Hana hanya diam dengan memajukan bibir bawahnya ke depan. "Perasaan dari tadi, dia yang mendesak-desak, sekarang malah ngetawain Hana," batinnya. Daffin tersenyum saat melihat wajah istrinya yang cemberut. "Beneran mandi ya bang, Hana nggak mau kalau main di kamar mandi.""Kenapa?" tanya Daffin."Perut Hana besar, kamar mandi sempit." Hana menjelaskan dengan kesal."Masa sih sempit, sebesar itu kamar mandinya." Hana mencubit pinggang suaminya hingga pria itu sedikit meringis. "geraknya susah.""Istri, Abang pan
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status