Semua Bab Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami : Bab 81 - Bab 90
195 Bab
Bab 81. Kebaikan Tante
“Tante, ayo istirahat ke kamar, Maaf ya, Tante bila kamarnya sempit,” Ajakku ke Tante. Tante pun langsung merespon dan berpamitan ke emak. “Ini wedang jahenya bawakan ke kamar, Sherly. Biar Mbak Yanti bisa minum nanti.“Aku mengangguk lalu mengambil gelas itu dan mengantarkan Tante ke kamar. “Tante, maafkan kondisi rumah ini yang tidak layak dan membuat Tante tidak nyaman,” ungkapku setulus hati.“Kata siapa? Tante nyaman saja, kok. Tante kerasan di sini, sudah sana keluar, temu kangen sama orang tuamu. Ceritakan sejujur-jujurnya tentang Pram juga keluarganya! Mereka berhak tahu yang sebenarnya, Sherly.““Baik, Tante. Makasih ya.“ Aku memeluk sebentar ke Tante sebelum beranjak.“Sudah sana!“ suruh Tante sambil menepuk punggungku.Akupun segera melepas pelukannya dan beranjak. Tante ikjt beranjak untuk menutup pintu.Aku melangkah keluar menghampiri emak dan Bapak yang sudah duduk di kursi kayu itu.“Bapak.“ Aku menyalami dan mencium takdzim Tangan Bapak.“Mana suamimu?“ tanya Bapak
Baca selengkapnya
Bab 82. Rakus
.POV Sherly.“Nak Sherly, bangun! Salat subuh dulu!“ Aku menggeliat merubah posisi lalu meringkuk ke samping saat mendengar suara ibu.“5 menit lagi, Bu.““Ayo, segera bangun, Nak. Habis salat kita ke pasar ajak Mbak Yanti, buat jalan-jalan.“Setelah mendengar kata mbak Yanti aku pun langsung terbangun, tentu saja aku tidak enak kalau ditunggu Tante Yanti.Aku lekas ke luar dari kamar ibu untuk mengambil wudhu di belakang. Lalu segera menunaikan salat subuh. Setelahnya aku keluar.Tante Yanti rupanya juga sudah bangun, beliau duduk di depan tungku dengan nyala api dari kayu. “Tante sudah bangun?“ tanyaku ikut duduk setelah mengambil kursi pendek yang terbuat dari kayu. “Sudah, Jam 4 tadi sudah bangun. Tante kok merasa nyaman sekali berada di sini ya, kemarin malam pun bisa pulas banget tidurnya.““Alhamdulillah, Tante.“ Aku mengulaskan senyum ke arahnya.“Owh ya, Tante. Di sebelah kampung ada pasar sayur, juga beberapa jajanan tradisional. Mau ke sana? Tadi emak ngajakin jalan ke sa
Baca selengkapnya
Bab 83. Tante si sultan
“Mak, rumah dia sudah besar begitu kenapa masih menginginkan tanah kita sih, Mak?! Rakus banget.““Katanya butuh kandang baru, beliau ingin memelihara kelinci jadi dia membangun bangunan di halaman rumah kita itu untuk kandang kelinci, Nak.““Pantas, Mak. Saat melewati halaman bau Pesing. Astaghfirullah kok ada orang seperti itu.““Sudah, ayo lekas jalan lagi, nanti beli mie ongklok di sana!“ Ajak emak dengan melajukan langkahnya panjang-panjang.Aku pun mengikutinya langkahnya pun dengan Tante. ,“Mbak, nanti tolong antar aku ke rumah tuan tanah di sini ya! Yang biasa buat perantara jual beli tanah,” ucap Tante Yanti tiba-tiba.Emak menghentikan langkahnya lalu menoleh ke Tante dengan raut wajah penasaran.“Mau apa, Mbak Yanti?““Pengen memiliki tanah daerah sini, Mbak. Aku tengok tanahnya subur, kayaknya bagus.“ “Emang gak kejahuan kalau mau ngeceknya, Mbak? Dari Jakarta lho kok malah beli tanah di sini?“ tanya emak lagi.“Gak papa, Mbak. Besok kalau mau tengok sekalian tengok yan
Baca selengkapnya
Bab 84. Jalan sore
Akhirnya kami usai sarapan dan aku segera membayarnya dan tidak lupa membungkuskan untuk bapak.Lalu setelah ini kita berniat bertamu langsung ke rumah pak Wibowo.Kami pun berjalan pulang dan akan mampir ke rumah pak Wibowo. Tidak lama kami sudah tiba di depan halaman rumah pak Wibowo. Rupanya Pak Wibowo sedang bersantai ria bermain Ponsel dan duduk nyantai di teras.Kami pun segera masuk menghampiri lelaki yang berkumis tebal itu.“Assalamualaikum, Pak Bowo,” sapa Emak.“Waalaikumsalam, ayo masuk-masuk! Wah anaknya lagi mudik dari kota ya?“ sapa pak Bowo. Sambil menyuruh kami masuk ke rumahnya.Aku masuk dan menggaruk leher yang tidak gatal ini, antara sungkan dan malu.“Lusi! Buatkan teh, kita ada tamu!“teriak Bowo mengarah ke belakang. Sementara kami sudah duduk di kursi sofa yang berwarna merah ini.“Begini, Pak Bowo. Maksud kedatangan kami, saya mau mengantarkan saudara saya ke sini karena ada hajat ingin membeli tanah di daerah sini,”ungkap Emak menunjuk Tante Yanti.Tante Ya
Baca selengkapnya
Bab 85. Mencari pekerjaan
POV Pram5 bulan kemudian ....Aku menatap lembaran kertas yang bertuliskan akta perceraian aku dengan Sherly. Aku tidak menyangka selama 4 tahun aku bisa bertahan dengan wanita iblis macam dia. Rumah yang dibangun bersama-sama dengan mudahnya ia menjual tanpa persetujuan denganku dan tidak memberi uang sepeserpun hasil jual rumah.Aku mencari ke mana-mana keberadaannya yang tidak kunjung ketemu dan tiba-tiba sebuah kertas tiba di rumah kontrakan.Kurang ajar sekali dia mempermainkanku. Belum cukup dia mempermainkanku kini dengan sombongnya melayangkan akta cerai kepadaku. Aku kehilangan semua secara bersamaan, Mobil kesayanganku sudah ditarik oleh leasing. Bahkan aku sudah menjadi pengangguran satu bulan yang lalu setelah tanggunganku lunas. Aku melemparkan akta cerai itu asal. Semua adalah masa lalu. Setidaknya dibalik ini ada keuntungan untukku agar bisa segera menikahi Clara secara sah Agama ataupun hukum.Aku menghela napas ini panjang lalu mengeluarkannya perlahan.Aku pun me
Baca selengkapnya
Bab 86. Merasa beruntung
Aku sangat beruntung memiliki Clara, setidaknya dia bisa memiliki anak juga bisa bekerjasama seperti ini. Aku berhutang banyak dengan Clara. Sejauh ini dia membiayaiku dan ibu selama aku tidak bekerja. Kulirik jam dinding. Ternyata sudah jam 11 siang, waktunya memberi makan Mpasi untuk Amira. Aku sudah belajar banyak tentang cara membuat Mpasi sesuai umur, semua itu aku lakukan dengan senang hati. Setidaknya mengisi kegabutanku karena tidak ada aktivitas lagi.Aku pun mengambil nasi tim ayam yang aku buat tadi pagi dari pengukus lalu memindahkan ke piring saji Amira lalu membawa keluar di mana Amira sedang bermain.Aku melirik ke arah Ibu yang selalu duduk di teras menanti kehadiran Bapak. Ibu selalu menghabiskan waktunya dengan melamun. Bahkan kondisi ibu kini lebih memprihatinkan, terlihat dari ceruk leher yang semakin dalam. Bahkan ibu lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri. Mandi pun kalau tidak dipaksa tidak pernah mau. Aku menghela napas ini. Lalu melangkah lagi
Baca selengkapnya
Bab 87. Ibu ikut Bapak
“Bapak! Bapak njemput ibu?!“ tanya ibu yang bangkit dan menghamburkan badannya ke bapak. Terlihat sangat girang sekali.Bapak hanya menatapnya lalu melepaskan pelukan ibu. Ia sedikit mendorong ibu lalu berjalan masuk.Di dalam rumah hanya ada tikar yang digelar belumm ada kursi ataupun apa. Sangat sederhana berbeda jauh dengan rumah lama.Bapak langsung menjatuhkan badannya di atas tikar dengan menyenderkan badannya di tembok yang langsung disusul ibu. “Bapak, kenapa lama sekali datangnya, Pak? Aku tersiksa di sini, Clara tidak memperlakukanku dengan baik. Ibu gak kerasan tinggal di sini, Pak,” keluh ibu.Aku menatapnya, dulu saat bersama Sherly aku pasti akan memarahi Sherly dan selalu membela ibu. Tapi sekarang melihat di depan mata. Sepertinya ibu yang salah di sini.“Kamu memang wanita egois, Lin. Bahkan di kondisi seperti ini masih saja menjelekkan orang. Sampai kapan akan begini? Cobalah untuk menerima kehadiran seseorang.““Pak, bahkan ibu belum menceritakan kejadian yang sebe
Baca selengkapnya
Bab 88. Hendak protes
POV PRAMAku menekuri lantai yang belum berkeramik ini, hari ini entah mengapa aku malas mengerjakan apapun semenjak kedatangan bapak tadi. Aku membiarkan Amira bermain seorang diri. Sedangkan Ibu juga daritadi Mondar-mandir sendiri. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan ibu secara intens. Entahlah aku juga tidak tau. Bapak memberikan 2 pilihan ke ibu. Bila ibu mau ikut tinggal dengannya, aku disuruh mengantarkan ke rumahnya dan masih menjadi istrinya tapi bila tidak mau maka, Bapak akan menceraikannya.Itu adalah pilihan yang sulit menurutku.Sementara aku juga sudah minta ijin sama bapak tadi kalau bulan depan akan menyelenggarakan pernikahan kecil-kecilan dengan Clara dan Bapak mengijinkan juga akan ikut meramaikan nanti. Aku menilik ke atas dinding, sudah jam setengah 5. Seharusnya Clara sudah sampai rumah tapi ini kok belum juga terlihat batang hidungnya.Biasanya jam segini aku sudah memandikan Amira dan memasak untuk nanti malam. Tapi hari ini tidak ada yang tersentuh satu p
Baca selengkapnya
Bab 89. Antar Ibu
“Tapi, Dek?““Mas coba pikir sekarang, umur ibu sudah berapa tahun sekarang? Apa ya pantas sudah tua masih ada acara bercerai? Apakah, Mas mau para tetangga mengecap keluarga Mas itu bukan orang baik. Lihat rumah tangga, Mas saja pernah gagal, masak rumah tangga ibu juga akan gagal, Mas?“ jelas Clara yang langsung membuatku diam seribu bahasa. Bagiamana pun penjelasan Clara ada benarnya, toh di sana tinggal bersama Bapak. Pastinya akan aman-aman saja, lagian bapak pasti akan menjaganya. Aku menghela napas ini panjang lalu mengeluarkannya perlahan.“Ini demi kebahagiaan kita semua, Mas,” ucapnya lagi.“Baiklah nanti Mas bicarakan dengan Ibu dulu.““Iya, Mas, Clara mau mau mandi dulu.“ Aku bangkit berjalan menuju kamar Ibu. Di sana Ibu sedang memainkan kuku-kukunya. Kuurungkan niat ini untuk menghampirinya. Sepertinya lebih aku menidurkan Amira dulu baru ke kamar Ibu. Kurasa semenjak tinggal di sini aku belum pernah mendapatkan Ibu bahagia dan tertawa lepas. Yang ia lakukan hanya me
Baca selengkapnya
Bab 90. Merasa terbuang
Ibu bangkit ia meraih tas besar lalu memasukkan bajunya lembar demi lembar, baju yang aku beli dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit sisa duit belanja. Hatiku terasa meremas begitu saja. Secepat itu kemewahan dan kejayaan hilang dalam sekejap. Aku pun ikut bangkit lalu bersiap diri untuk memakai jaket serta mengganti celana yang lebih panjang agar tidak kedinginan saat perjalanan nanti.“Clara, aku mengantarkan ibu dulu, Kamu di rumah ya jaga rumah juga Amira!“ suruhku ke Clara yang sedang sibuk mengaplikasikan masker ke wajahnya.Tidak ada sahutan, hanya anggukan semata, pun Clara tidak ada niatan untuk menyalami sebagai tanda perpisahan.Aku mendesah, membuang napas ini berat lalu berbalik dan menutup pintu kamarnya.Aku sejenak menatap ibu. Sebentar lagi kehidupanku akan berbeda karena tanpa kehadiran ibu. Semoga saja di tempat baru, ibu menemukan kebahagiaan dan lebih nyaman.Aku melangkah keluar dan mengambil tas ibu lalu membawanya ke arah di mana motor roda dua terparkir. L
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status