“Clara! Jangan membantah!““Bu. Yang berhak mengambil emas ini hanya ibunya, yaitu Clara, Bu.““Halah. Kuaduin Pram nanti biar gak jadi nikahin, Kamu,” ancamnya dengan menuding ke arahku.Bisa-bisanya mengancam seperti itu. Aku pun diam, tidak merespon pun tidak memberikan apa yang dipintanya.Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, melihat ibu yang terus menggerutu membuat mata ini sepet rasanya. Tidak lama mobil yang ditumpangi Pram sudah terlihat di ujung jalan. Ibu yang melihat itu pun langsung menyambut dengan sedikit berlari di mana putranya memarkirkan mobil itu.“Mana Bapak, Pram?“ Suara ibu masih terdengar olehku, ibu antusias mendatangi Pram yang hendak turun dari mobilnya, lalu ia melongok ke dalam, mungkin untuk mencari suaminya itu. Duh kasihan sekali nasibnya.“Bu, bapak berpesan kalau isterinya berkenan akan menjemput, Ibu. Kalau tidak mungkin dia akan mengunjungi kita dan terpaksa menceraikan, Ibu,” jawab Pram.Aku melihat mimik ibu yang berubah langsung, bahkan bib
Read more