All Chapters of Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami : Chapter 41 - Chapter 50

195 Chapters

Bab 41. Ibu yang tidak menyayangi anaknya.

POV Sherly Pagi yang cerah secerah harapanku, pagi ini setelah salat Subuh aku mau joging keliling kampung sini. Segera kupakai pakaian khusus untuk olahraga jangan lupa memakai sepatu. Aku segera keluar kamar, namun sudah disambut dengan tangisan Amira. Aku mendekat, apa gerangan yang bikin menangis? Aku ingin melihat pintu kamarnya. Namun belum sempat kulihat hasil karya di dalam selain suara Amira. “Dek. Cepat disusui, panggang dia. Ini tidak ada hubungannya dengan jalan-jalan.” Suara Mas Pram yang terdengar. Jalan-jalan? Sebenarnya mereka lagi bahas apa di dalam? “Tidak mau, Mas. Aku tidak mau ngasih asi.” Sayup terdengar suara Clara yang menolak untuk memberi Asi. Gemas aku bertanya dengan sufor? Kebanyakan Drama. “Dek. Kasihan. Jam segini toko belum buka. Sudah tidak punya stok susu lagi, jangan egois gitu lah, Dek,” ujar Mas Pram. “Iya, tapi, Mas bilang dulu. Ajak aku ke Bali!” Astaghfirullah, hanya demi jalan-jalan tega membiarkan anaknya menangis lagi. Tok! tok!
Read more

Bab 42. Mobil Baru

Aku mengangguk lalu duduk di sofa ruang tengah. Tidak lama Tante keluar lagi membawakan 2 mangkok kosong juga sendok. Akupun langsung meraihnya dan menuangkan bubur itu ke mangkok 1 per 1.Tidak menunggu lama, Tante keluar lagi membawakan 2 gelas teh, lalu ia duduk di depanku dan meraih mangkok yang aku sodorkan.Kami pun sarapan bersama, jujur dalam hati ini, aku merasakan kehangatan saat bersama Tante Yanti. Beliau begitu supel, bawaannya ramah tidak bikin jenuh. Awalnya aku begitu canggung saat pertama kaki ini melangkah masuk ke rumah segede dan megah ini. Jujur aku suka minder saat berhadapan dengan orang kalangan atas. Tapi pembawaan Tante Yanti yang begitu ramah membuatku nyaman berada di sini.“Kemarin Suamimu ke sini membawa beberapa sembako untuk Tante,” ujar Tante menunjuk dua kantong yang masih teronggok di samping pintu depa setelah selesai menghabiskan buburnya.“Ke sini? Ngapain, Tante?“ tanyaku pura-pura tidak tahu.“Dia bilang untuk tidak mempercayai dan mendengar ka
Read more

Bab 43. Ditinggal

Nampak ibu sedang mengelus body mobil itu dengan senyuman mengembang. Bahagia sekali nampaknya. Aku melangkah lagi, menengok ke dalam mobil. Sudah ada bapak mertua di dalam sedang memainkan stang bulat itu. Juga dengan raut bahagia.Aku pun ikut tersenyum dan pura-pura bahagia lalu menghampiri mas Pram yang sedang berdiri menghadap ke mobil barunya. “Ikut senang ya, Mas.“ “Iya, Mas juga makasih sama, Adek.“ Ia menyambutku dan meraih tanganku lalu mengelus pundak tanganku.Aku tersenyum dan mencari keberadaan Clara yang tidak nampak. Lalu Aku pura-pura terkejut.“Mas, kok sudah beruban ya, sini menunduk biar aku cabutin.““Masak?“ tanyanya penasaran tapi langsung menundukkan kepalanya. Akupun langsung mencabut beberapa helai di kepala bagian belakang. Tentu saja untuk memudahkanku menyembunyikan helai rambut yang aku dapatkan.Setelah selesai memasukkan helai rambut itu ke dalam kantong celanaku. Akupun langsung tersenyum ke arah mas Pram. “ Sudah, Mas. Sudah aku buang juga.““Adek m
Read more

Bab 44 Terkikis

Aku menghela napas untuk menetralkan perasaan, segera ku raih ponsel yang tergeletak di balas. Lalu aku menjatuhkan badan ini ke ranjang dan segera kunyalakan ponsel untuk berjalan-jalan ke sosmed. Tidak ada pesan masuk satu pun. list Pesanan endorse pun masih ada yang belum aku kerjakan. Aku akan melakukan diujung dateline saja. Sekalian biar mood lebih baik lagi. Pikiranku berkelana, langkah apa yang aku lakukan setelah keluar dari rumah ini. Akhirnya setelah beberapa menit, aku baru menemukan sebuah ide brilian. lebih baik uang hasil jual rumah aku belikan sebuah ruko di tengah kota. Terus belakangan di dalamnya dibuat studio untuk konten. Semoga uangnya cukup. Tidak sabar aku langsung menghubungi Herman, semoga saja dia bisa membantu dan mencarikan kios yang pas. Aku segera memencet tombol panggil dan tidak lama panggilan tersambung. “Halo, Pak Herman. Maaf mengganggu, lokasi besok sudah ready ya, Pak. Kalau mau survei,” ucapku langsung ke inti. “Oke, siap nanti aku terusk
Read more

Bab 45. Tertegun

POV Sherly.Aku terbangun dari tidurku, setelah kepulangan mas Pram tadi lalu aku beranjak masuk ke kamar merebahkan diri, dan ternyata aku tertidur cukup lama.Aku beranjak, segera kuraih handuk untuk membersihkan badan. Stelah ini aku ingin sekali nongkrong di kafe yang sempat tertunda. Aku keluar kamar, tatapanku mengernyit saat ada sebuah kertas yang teronggok di samping TV. Aku meraihnya dan segera membuka setelah tau siapa pemiliknya dan ternyata untuk diriku.Akhirnya aku buka dengan sangat jelas, pengajuan balik nama yang kemarin sudah jadi dan baru STNK nya. Alhamdulillah tidak perlu menunggu lama. Setelah ini aku esok aku harus kembali ke kantor Samsat lagi untuk mengurus BPKB. Kuedarkan pandangan, sangat sepi. Aku rasa semenjak kedatangan Clara, Mereka lebih banyak menghabiskan waktu hanya di kamar dan aku seorang diri.Aku melangkah lagi, mandi. Lalu pergi jalan-jalan. Ah, sepertinya lebih baik ajak Tante Yanti saja, hanya itu temanku saat ini, daripada seorang diri ke ka
Read more

Bab 46. Kebaikan Tante

“Coba, Sherly. Kamu akan sangat pantas memakai Ini,” suruh Tante Yanti menyodorkan sebuah baju yang berwarna putih tulang dan ada beberapa mutiara yang terlihat.Aku membuka resleting pembungkus itu. Lagi, aku dibuat terkejut. Aku sangat yakin pakaian ini harganya pasti mahal, dan manik-manik pun sepertinya di Payet menggunakan tangan bukan mesin. Aku merabanya. Jujur sangat kagum dengan desainnya. Sangat simpel tapi elegan terlihat mewah. Maniknya ada di pinggang berbentuk kupu-kupu kecil. Juga ada lagi manik di bahu. Sangat cantik.Aku pun pamit ke toilet seraya mau ganti baju juga di sana. Tante Yanti mengangguk akupun langsung beranjak. Aku berjalan sesuai telunjuk Tante yang mengarahkan.Setelah menggantinya, aku sedikit terperanjat memandang diri ini dari pantulan cermin. Merasa kagum sendiri dengan tubuhku saat memakai gamis yang sedikit longgar. Aku melangkah keluar, Bu Yanti tersenyum ke arahku. Membuatku jadi tersipu malu, bahkan orang lain bisa berbuat baik. Tapi kenapa k
Read more

Bab 47. Terpana

“Kamu sudah pernah berjumpa dengan Zen, Sherly?“ tanya Tante yang membuyarkan lamunan.Aku menoleh tertegun sejenak untuk menerima pertanyaannya. Aku mengernyit bagaimana mungkin aku pernah bertemu, bentuknya seperti apa? Tubuhnya kecil atau besar? Sungguh aku tidak penasaran dan tidak ingin tahu Apalagi menerka siapa dia. Ditambah aku juga jarang keluar dan nimbrung dengan tetangga membuatku kudet dengan kehidupan termasuk nama-nama para tetangga.Aku menggeleng menjawab pertanyaan Tante. Aku menoleh ke arahnya, ia tersenyum ke arahku lalu pandangannya kembali ke kaca depan.Aku pun melajukan lagi, mengikuti arah Google Maps yang sudah aku stel ke arah tujuan. 20 menit perkiraan Maps akan sampai. Kami pun kembali diam. Hingga tidak lama kami sampai di tempat tujuan.Tante turun lebih awal, ia menantiku di pintu gerbang pondoknya. Sementara mobil diparkir di depan Parkiran masjid yang terletak di samping Pondok.Kami pun masuk dan memberi tahu kan tujuan kamu untuk menjenguk putra T
Read more

Bab 48. Prepare

POV Ibu mertua.Aku menatap jam yang terpasang di dinding ruang tamu. Angka sudah menunjukkan pukul setengah 10. Sherly tidak Juga kunjung pulang. Rasa lapar yang mendera sedari siang membuat perut ini serasa kram melilit. Aku beranjak mondar-mandir. Bapak pun habis sarapan langsung pergi dan belum pulang bahkan tidak meninggalkan uang serupiah pun. Aku bisa saja memakai uang pribadiku, tapi uang itu buat nambah besok ke Bali. Aku tidak ingin sampai di sana kekurangan uang. Bisa payah nanti.Sebentar. Jangan-jangan Sherly mau menipu?Lekas aku bangun dan beranjak menghampiri Pram yang sedang asyik bermain game di ponselnya.“Pram? Besok benar kan mau ke Bali?“ tanyaku memastikan.Pram menoleh setelah memencet tombol di ponselnya yang aku tidak paham apa itu.“Ya jadilah, Bu. Kita tunggu Sherly aja dulu untuk memastikan berangkat jam berapa.“Aku bergeming, aku menatap koper yang sudah siap, selimut bahkan bantal yang akan dibawa pergi besok. Andaikan Sherly membohongiku dan tidak ja
Read more

Bab 49. Ada apa dengan suamiku?

Tanpa menjawab dia berjalan masuk melaluiku, aku pun langsung menahan lengannya, enak saja! Sudah seharian tidak ngapa-ngapain sekarang pulang mau langsung ke kamar. Tidak akan aku biarkan. “Jangan durhaka, Kamu Sherly! Hanya telur saja tidak mampu. Gitu kok pengen jadi anak berbakti. Ngimpi! Ini alasan ibu gak suka sama, Kamu Sherly!“ “Lah! Ibu yang gak tau diri. Sudah tahu aku baru pulang langsung disuruh ini itu. Yang lapar siapa kenapa aku yang direpotin!“ sungutnya tidak terima. Aku menatap wajahnya. Kurang aja sekali, sudah mulai berani menjawab. Daritadi aku menunggunya demi terisi ini perut. Eh ternyata malah sama saja. “Lagian, Kamu pergi ke mana saja, Sherly. Bisa-bisanya sudah larut malam baru pulang. Jangan-jangan, Kamu lagi menggoda para lelaki di luar sana ya? Makanya sekarang kecapekan,“ tebakku dengan menatapnya tajam. “Astaghfirullah ... jahat sekali mulut, Ibu. Itu sudah termasuk fitnah, Bu!“ ucapnya melengking membuat Pram yang asik main game pun menoleh. “Kam
Read more

Bab 50. Berangkat ke Bali

POV SHERLY.Aku terbangun jam setengah 4 sesuai alarm yang aku stel kemarin malam. Aku tidak ingin mereka gagal berangkat ke Bali hanya karena bangun kesiangan. Bisa gagal rencana yang kususun sedemikian rupa.Setelah duduk sejenak, akupun segera keluar kamar. Mengetuk pintu kamar Ibu sampai pintu dibukakan oleh sang empu.Tidak menunggu lama pintu itu dibuka, kepala Ibu dengan wajah yang ditutup masker putih menyembul keluar. “Ada apa sih! Menggangu saja!“ sungutnya tidak terima.“Ayo, Bu. Lekas siap-siap. Jangan sampai terlambat, kita juga harus berangkat ke bandara dulu.““Iya, Ibu tahu.“ Dia berbalik dan menutup pintunya kembali.Aku mengedikkan bahu lalu berjalan meninggalkannya dan menuju kamar Clara yang sudah dihuni bersama Mas Pram calon mantan suamiku.Aku mengetuknya. Mas Pram keluar setelah membukakan pintu. “Sudah bangun, Mas. Ayo lekas mandi! Baju sudah aku siapkan di koper, tinggal barang penting yang aku tidak tahu, Kamu simpan di mana,” jelasku sambil melirik ke dal
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status