Mungkin karena terlalu banyak beban pikiran, netraku sudah terbuka pada pukul enam pagi. Padahal, hari ini aku ingin bangun lebih siang karena sedang libur bekerja. Terlebih lagi, aku membutuhkan kondisi fisik dan mental yang sehat agar bisa menghadapi sang raja drama, yaitu Mas Yoga. Aku pun berjalan ke dapur untuk mengambil sarapan pagi yang disediakan oleh Narti, si penjaga kos. Hampir setiap pagi, aku memesan sarapan darinya, supaya tidak perlu repot-repot membeli sarapan di luar sana. “Mbak Arista, sudah bangun? Hari Sabtu tetap masuk kerja, Mbak?” tanya Narti. “Aku libur, Nar, tetapi setelah ini aku mau pergi.” Narti yang sedang bersantai lantas duduk di depanku seraya bertopang dagu. “Wah, mau kencan dengan pacarnya, ya? Saya doakan Mbak Arista cepat-cepat nikah. Lagian Mbak Arista beruntung banget punya pacar yang ganteng, kaya lagi. Saya pengennya juga punya calon suami yang mirip seperti itu,” ujar Narti tersenyum simpul. Aku hanya terkekeh mendengar perkataan Narti. Ta
Read more