Aku melihat ada yang berbeda dari sorot mata Pak Reindra saat dia mengucapkan hal itu. Aku jadi merasa cemas apabila ia salah mengartikan janji yang telah kuucapkan. “I-iya, Pak, selama saya mampu, saya pasti melaksanakan perintah Bapak,” imbuhku. “Saya akan menagih janjimu itu suatu hari,” ucapnya. Pak Reindra melirik jam di tangannya, lalu mulai mengemudikan mobil menuju ke kontrakanku. Ketika kami tiba di depan gapura, aku melihat seorang pria berkulit sawo matang sedang berdiri di samping motorku. Aku menebak bahwa pria tersebut adalah Pak Sam, supirnya Pak Reindra. “Sam, ternyata kamu sudah sampai duluan,” sapa Pak Reindra lantas keluar dari mobil. “Iya, Tuan, saya baru saja akan menelepon Bu Arista,” jawab Pak Sam sembari menganggukkan kepala kepadaku. Aku yakin Pak Reindra sudah memberitahunya mengenai nama dan ciri-ciri fisikku. Aku bergegas mengulurkan tanganku untuk berkenalan dengan Pak Sam. “Saya Arista, Pak, terima kasih karena sudah mengantarkan motor saya.” Pak S
Baca selengkapnya