Lidahku menjadi kelu seketika, apalagi saat Elden juga ikut menatap lamat pada jari manisku. Pastilah kedua sejoli itu bisa mengambil kesimpulan sendiri atas apa yang terjadi antara aku dan Mas Reindra.“Malam, Davina, Elden, apa kalian jalan-jalan di sekitaran taman?” balas Mas Reindra tanpa beban. Sekilas aku melirik kepadanya yang nampak begitu santai saat berbicara.“Iya, Pak, kami mencari udara segar karena belum bisa tidur,” jawab Elden mewakili kekasihnya.“Sama kalau begitu, saya dan Arista juga belum mengantuk. Tetapi karena ini sudah hampir tengah malam, lebih baik kita istirahat. Kami duluan, ya,” ujar Mas Reindra.Tanpa mempedulikan Davina dan Elden, Mas Reindra menyentuh bahuku dan mengajakku ke kamar. Sungguh, tindakan Mas Reindra kali ini sangat berani sampai aku tidak habis pikir. Ketika kami menaiki anak tangga, aku berusaha menegurnya supaya besok dia tidak berbuat lebih jauh lagi di depan para staf.“Kenapa Mas berbuat seperti itu?”“Berbuat apa, melamarmu?” tanyany
Baca selengkapnya