Semua Bab Terpaksa Menikahi: Bab 1 - Bab 10

77 Bab

chapter satu - cinta satu malam

"Ibu!" "Kau sudah berikan obat perangsang itu kan pada minuman Violita?" Bisik wanita cantik dengan gaun pengantin."Tentu saja. Malam ini, akan ku lemparkan dia pada Direktur Marsal." balas wanita separuh baya dengan baju kebayanya.Seorang pria dengan pakaian tuxedo masuk keruang rias pengantin. Pria tampan berjalan dekat."Oohh, menantuku Felix. Kau tampan sekali." puji wanita paruh baya begitu menyadari felix Masuk.Felix Ferdinan Alexandre 27tahun. Seorang pria dari keluarga yang cukup ternama di kota. Dia awalnya adalah kekasih Violita Kaka dari wanita bergaun pengantin, Morena. Karena hati Felix mudah tergoda, akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan Morena. Karena orang tua Felix juga lebih setuju dia menikah dengan gadis yang jelas, asal usulnya. Dari pada Violita, yang sudah menjadi rahasia umum, jika dia hanyalah anak haram di keluarga Hendrawan. Anak yang dilahirkan oleh ibunya, tanpa seorang ayah. Hingga, akhirnya, menikah dengan Hendrawan. Ayahnya saat ini, pria yang
Baca selengkapnya

Chapter dua - setelah malam itu

Bastian mengusap wajahnya, Dia duduk termenung di atas ranjang kamarnya. Bastian menutup sebagian wajahnya yang memerah dengan telapak tangannya."Akhirnya aku justru melakukannya dengan wanita asing yang tak kukenal."gumam Bastian heran sendiri."Siapa dia?" kenapa dia begitu menggangguku?""Aku yang tak suka dengan hal merepotkan seperti wanita, bagaimana bisa terjebak begitu saja pada wanita asing." Gumam Bastian lagi."Tadi itu rasanya....." Bastian membekap mulutnya sendiri. Wajahnya merona mengingat hal besar yang baru saja terjadi.Hening sesaat.."Aku.... ingin mencobanya lagi..."Sepuluh menit berlalu. Hp Bastian berdering. Telpon dari asistennya, Fang.Bastian menempelkan benda pipih itu ke telinganya tanpa mengatakan apapun."Nama gadis itu Violeta Govinda. Dua puluh dua tahun. baru saja lulus dari univ X. dan dua bulan bekerja di perusahaan Hongfang sebagai engenering product di wilayah X. Anak tertua di keluarga Hendrawan." ucap Fang diseberang sana, "Perlukah saya menyam
Baca selengkapnya

Chapter tiga - bagaimana semua itu terjadi

Vio bersungut mendekati pintu. Membuka pintu depan dan, tiba-tiba semua menjadi terang, sangat terang hingga membutakan matanya. Dan hilanglah seluruh kesadarannya.Tangan Bastian sudah menangkap tubuh Vio sebelum menyentuh lantai."Wanita? Kau kenapa?" Bastian menepuk-nepuk pipinya.Panas!? batin Bastian tersentak, wajahnya berubah panik dan khawatir. Apa dia sedang sakit? batinnya lagi."Tuan Bastian, sepertinya nona Vio sedang sakit. Wajahnya sangat pucat. Bagaimana jika kita bawa ke rumah sakit dulu?"saran Fang Asistennya."Kau benar." Bastian mengangkat tubuh Vio menggendong, dan berbalik."Kalian siapa?"pekik seorang wanita dari balik orang-orang pengikut Bastian yang ada belasan itu.Davi sahabat Vio menerobos dan melihat Vio dalam gendongan Bastian."Vio?" pekiknya panik."Apa yang terjadi?" Davi menatap tubuh dan wajah Vio yang pucat dan tak sadarkan diri."Maaf! Anda siapa nona?" tanya Asisten Fang menghalangi."Aku Davi! sahabat Vio. siapa kalian? Dan mau apa?"seru Davi membe
Baca selengkapnya

Chapter Empat - Bastian Zoe

Di lokasi lain, di rumah sakit.Davi menunggu di luar ruangan dimana Vio dirawat. Di luar ruangan itu, ada beberapa orang tegap yang berdiri didepan pintu menjaga.Davi melirik mereka.Apa-apaan mereka ini? Apa Vio tahanan? Kenapa harus dijaga seperti ini. Siapa pria misterius itu? Bagaimana caraku masuk."Permisi!" Davi melangkah hendak memasuki ruangan dimana Vio dirawat. Namun ditahan oleh tangan menjaga yang berdiri didepan pintu."Biarkan aku masuk! Kalian ini siapa? Apa yang dilakukannya didalam sana dengan temanku!"pekik Davi kesal."Maaf nona Davi, mohon duduk tenang. Ini di rumah sakit."ucap Fang dengan senyuman ramah,"Apa kau ingin berada disini sebagai pasien?""A-apa?"Davi sedikit gentar."Ta-tapi temanku....""Tenang saja. Nona Vio baik-baik saja, Tuan Bastian kami menjaganya.""Uuugghh.. Bagaimana ini?" Davi celingukan berharap bisa menerobos masuk."Biarkan aku masuk! Aku mohon."sambungnya memelas.Asisten Fang menghela nafasnya panjang. Fang mengetuk pintu,tak ada sahuta
Baca selengkapnya

chapter lima - pelarian

Vio berjalan memasuki rumahnya yang tampak masih sepi. Vio bernafas lega."Sepertinya Ibu dan yang lainnya belum kembali. Syukurlah."gumam Vio pelan.Vio mengendap-endap memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Vio mengemasi barang-barangnya.Memasukkan bajunya ke dalam koper. Setelah semua terkemas. Vio bersiap keluar dari kamarnya dilantai dua. Perlahan Vio menggeret kopernya yang memang tidak terlalu berat dan kecil itu.Vio menuruni tangga, belum sampai setengah tangga terlewati, terdengar suara mesin mobil. Vio menghentikan langkahnya. Jantung Vio berdegup kencang. Habislah jika itu benar ibu tirinya. Tak lama terdengar suara pintu depan dibuka."Sialan! Ibu sudah datang!"gumamnya pelan dengan kekesalan. Vio bergegas naik kembali ke kamarnya. Vio mengunci pintu kamarnya. Vio berfikir keras, Sudah pasti dia tak akan bisa keluar mengingat perangai Mariah dan kejadian malam terakhir diantara mereka."Pertama sembunyikan dulu kopernya."gumam Vio menyembunyikan koper dikolong temp
Baca selengkapnya

Chapter enam

Mobil putih yang Fang kendarai meluncur membelah jalan kota X dengan kecepatan sedang, Dibelakangnya berderet beberapa mobil yang mengiringi. Bastian yang duduk di jog belakang memangku wajahnya menatap keluar jendela. Sesekali Fang melirik tuannya melalui kaca.Apa yang tuan Bastian pikirkan? Dia terlihat sedikit gusar. Apakah dia gugup akan bertemu dengan nona Vio? Ohohoho.... Fang membatin dengan senyum lebar."Berhenti."Fang melirik kebelakang, lalu menghentikan laju mobilnya.Bastian keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran Korea. Fang tertegun, menatap tuannya lalu menatap plang restoran itu.Oohoooo... sengaja berhenti untuk membeli makanan korea kesukaan nona Vio, manis sekali tuan. Fang membatin lagi dengan senyum sumringah.Setelah menunggu sesaat. Bastian kembali dengan beberapa bungkusan ditangannya. Fang mengulas senyum."Hmmmppp......"Fang terkekeh"Apa yang lucu?"Bastian duduk di jog belakang bertanya datar."Tidak ada tuan."jawab Fang menstater mobilnya."kita lan
Baca selengkapnya

chapter tujuh

Makanan dalam bungkusan sudah habis tanpa sisa.Uueeeeeeekkk...Vio bersendawa. Bastian menutup mulutnya."Ahahaha... Biasanya juga aku bersikap sopan tanpa sendawa, dan makanku tidak sebanyak ini. Ini karena aku memang belum makan sejak aku keluar dari rumah sakit." ucap Vio beralasan dengan senyum canggung.Aaaaa.. Tunggu! wajah Vio berubah menjadi tak sedap dipandang. Rumah sakit mengingatkannya pada pria misterius yang membawanya, seperti yang Davi katakan.Kelebatan kehadiran orang disampingnya muncul dibenaknya.Puluhan mobil berderet disekitar rumahnya, Lalu makanan yang dia makan sekarang, juga waktu di dalam mobil.Bayangan wajah Davi dengan apa yang dikatakannya. saat dirumah sakit terlintas dibenaknya."orangnya sangat berpengaruh. Dan punya pengikut." suara Davi."Kupikir dia pacarmu, dia sangat perduli sekali padamu" suara Davi."Namanya Bastian." suara Davi.Dengan wajah canggung dan senyum yang dipaksakan, Vio menoleh ke samping menatap pada pria disampingnya."Namamu B
Baca selengkapnya

chapter delapan

Morena pagi itu melangkahkan kaki nya memasuki ruangan manager perencanaan. Setelah dia menikah dengan Felix Ferdinan Alexander, Rena langsung dipercaya menjadi manager perencanaan. Rena menangani beberapa project baru.Rena duduk di kursi kerjanya. memeriksa beberapa berkas."Aku harus menarik perhatian Neno Alkatiri agar bisa menang tender." gumam Rena, "bagaimana caranya?""Vio, mungkin aku harus memanfaatkannya." Rena tersenyum licik. "Cukup untuk menyingkirkannya dari Felix. Jika aku bisa membuatnya terlihat sebagai gadis murahan yang menjual tubuhnya pada pria hidung belang.""Hmmmpppp... hihihi... hahahah...."****Vio menatap pantulan diri di cermin. Hari ini hari pertama dia kerja setelah mengambil cuti untuk resepsi acara pernikahan adiknya Rena dengan Felix."Vio? Masih belum siapkah?" seru Davi dari luar kamar mandi."Iya." Vio keluar disusul suara siulan dari Davi.Suuiitt.. suuiitt... Cantiknya engener kita." goda Davi, Vio tersenyum malu."Sudahlah, ayo berangkat. Nanti
Baca selengkapnya

Chapter sembilan

"Ingatlah untuk makan malam dengan direktur Marsal besok." tegas Mariah dengan mendominasi."Kalau aku menolak?"tantang Vio dengan tatapan menantang."Kau akan kehilangan Nenekmu! Aku akan hentikan pengobatannya, hingga dia mati perlahan." ancam Mariah dengan mata mendelik penuh ancaman."Coba saja!"Vio menggeretakan gigi. Mariah tersenyum menang. Dia sudah lama menggenggam kelemahan Vio. Yaitu neneknya yang teramat disayanginya. Hanya Neneknyalah yang paling baik padanya. Selalu memberinya kasih sayang. Berbeda dengan anggota keluarga yang lain.Dengan kekesalan penuh Vii keluar dari rumah itu dan pergi ke warung tenda pinggir jalan."Bibi! makgauli dan pajeon."seru Vio yang masih kesal.Tak lama Bibi pemilik warung datang dengan seteko makgauli dan sepiring pajeon.Vio langsung menuang makgauli pesanannya dan meminum habis. Lalu memakan Pajeonnya dengan cepat. Vio menepuk-nepuk dadanya karena sesak yang semakin menghimpit dadanya. Rasa marah masih bergemuruh di sana. Dia ingin menge
Baca selengkapnya

Bab sepuluh

Vio duduk dimeja makan. sendirian. mengunyah makanan dengan perasaan dongkol."Apa-apaan ini? kenapa aku sampai mabuk segala? sudah sesiang ini tak mungkin aku kerja." gedumelnya sambil menjejalkan makanan kemulutnya."Mana hp ku mati lagi."lanjutnya bergedumel pelan."Tunggu, mungkin aku bisa minta bantuan bibi Ana.""Eeehhheeemmm!" Dehem Vio melirik sekilas pada bibi Ana."Ada apa Nona ?" tanya Ana yang cepat tanggap."Hp ku mati..""Biar saya uruskan." bibi Ana menengadahkan tangannya."Mohon bantuannya bibi Ana." Vio tersenyum menyerahkan hpnya."Suatu kehormatan melayani anda Nona Vio."tersenyum ramah"Bibi Ana,""Iya nona.""Dimana orang itu?""Siapa orang itu?""Yah, itu, tuan mu." Vio sedikit memainkan kepalanya. "Bastian.""Ohoho... Anda sudah kangen yaaa?" goda bibi Ana dengan kekehan kecil."Siapa yang kangen?" kesal Vio dengan mulut monyong kedepan lalu melanjutkan makannya."Tuan Bastian sedang bekerja. Mari saya antar berkeliling jika anda bosan"tawar bibi Ana."Biar anda t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status