Share

Chapter enam

Mobil putih yang Fang kendarai meluncur membelah jalan kota X dengan kecepatan sedang, Dibelakangnya berderet beberapa mobil yang mengiringi. Bastian yang duduk di jog belakang memangku wajahnya menatap keluar jendela. Sesekali Fang melirik tuannya melalui kaca.

Apa yang tuan Bastian pikirkan? Dia terlihat sedikit gusar. Apakah dia gugup akan bertemu dengan nona Vio? Ohohoho.... Fang membatin dengan senyum lebar.

"Berhenti."

Fang melirik kebelakang, lalu menghentikan laju mobilnya.

Bastian keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran Korea. Fang tertegun, menatap tuannya lalu menatap plang restoran itu.

Oohoooo... sengaja berhenti untuk membeli makanan korea kesukaan nona Vio, manis sekali tuan. Fang membatin lagi dengan senyum sumringah.

Setelah menunggu sesaat. Bastian kembali dengan beberapa bungkusan ditangannya. Fang mengulas senyum.

"Hmmmppp......"Fang terkekeh

"Apa yang lucu?"Bastian duduk di jog belakang bertanya datar.

"Tidak ada tuan."jawab Fang menstater mobilnya."kita lanjutkan perjalanan."

"Heemm...."

"Eehheeehh....." Fang kembali terkekeh di dalam hati.

Fang memelankan laju mobilnya, saat sudah sampai di jalan dekat rumah Vio. Dari sana Fang melihat koper yang diturunkan dari lantai atas. Fang sedikit tertegun. dan menghentikan mobilnya.

"Ada apa?"Bastian yang memangku wajahnya itu melirik asistennya yang tiba-tiba menghentikan laju mobilnya.

"Itu... sepertinya nona Vio." Fang menunjuk Vio yang sedang melongok keluar jendela.

Bastian mengalihkan pandangannya pada arah yang Fang tunjuk. Jantung Bastian berdetak lebih cepat, ia girang bukan main, namun sebisa mungkin menyembunyikannya. Disaat ia melihat Vio sedang akan melompat dari jendela. Namun urung dan berbalik kedalam dengan cepat. Tak terlihat lagi sosok wanita itu.

"Ambil kopernya." titahnya tegas masih dengan mata yang menatap ke arah jendela.

'Apa yang membuatnya berbalik? Apa yang dia takutkan? Kenapa gadis itu ingin kabur lewat jendela? kehidupan macam apa yang dia alami di rumah itu?' batin Bastian bermonolog.

"Baik tuan."

Fang menghubungi seseorang melalui earpone yang terpasang ditelinganya.

"Ambil koper dihalaman rumah Nona Vio dengan tenang dan bersih." ujarnya.

Fang keluar dari mobilnya melangkah cepat kearah lain.

Bastian yang tertinggal di dalam mobil memilih keluar dan bersandar pada body mobil berwarna putih itu. Matanya masih tertuju pada jendela dimana Vio menghilang tadi.

****

Vio melangkah keluar halaman rumah itu, Vio tertegun. Melihat ada banyak mobil yang terparkir disana.

Apa ini? Apa area ini sekarang sudah jadi lahan parkir? batin Vio memperhatikan mobil-mobil yang berderet rapi itu.

Vio langsung menyembunyikan dirinya dibalik tamanan begitu melihat pria yang dia temui, dan menghabiskan waktu semalaman dengannya sebelumnya. Siapa lagi kalau bukan Bastian.

Sialan! Apa yang orang itu lakukan disekitar sini? Aku berharap tidak bertemu lagi dengannya. Malah dia disini! batin Vio kesal.

Vio mengintip lagi dari balik tanaman setinggi 100cm itu.

Kosong. Hanya ada sederet mobil hitam dan putih disana.

Apa? Kemana dia? Vio celingukan.

"Apa yang anda lihat nona Vio?"

Vio menoleh kearah sumber suara. Fang membungkuk kearahnya dengan tersenyum lebar.

Apa? Siapa pria yang kelihatan bodoh ini? Kenapa dia bisa tau namaku? batin Vio sedikit bingung.

Aahh, abaikan saja. Mungkin hanya kebetulan. batin Vio lagi, membalikkan tubuhnya dan mengintip kearah mobil putih dan rumahnya.

"Nona Vio?" panggil Fang lagi.

Uugggghhh... si bodoh ini masih saja. batin Vio menoleh dengan kesal.

Pria itu masih terlihat membungkuk kearahnya masih dengan senyum lebarnya juga. Vio kesal, meibaskan tangannya naik turun.

"Berjongkoklah! Jangan seperti ini!" bisik Vio menarik lengan Fang kebawah.

"Wuuuaaaaa.... Nona jangan sembarangan menyentuhku." pekik Fang kengerian menarik tangannya.

Haaa?? Kenapa reaksinya berlebihan begitu? batin Vio dengan mata membulat.

"A-pa yang ka-li-an la-ku-kan disini?" suara dingin menusuk yang membuat bulu kuduk merinding.

Vio dan Fang melihat kearah balik tanaman setinggi 100cm itu bersamaan. Fang terlonjak melihat Bastian berdiri disana dengan tatapan membunuhnya.

Tuan, semoga anda tidak salah paham. batin Fang begidig dengn senyum canggung.

A-apa yang orang ini lakukan disini? Batin Vio kesal.

"Tuan Bastian,, sebenarnya....."

'Haaa? Jadi mereka saling kenal? Habislah.' pikir Vio melemas.

Dalam mobil putih yang melaju, Vio duduk di jog belakang, disamping Bastian, yang memangku wajahnya.

Vio menghela nafasnya.

Kenapa aku jadi ikut mereka. batin Vio kesal.

Vio melirik pria disampingnya. Lalu menghela nafas lagi.

kenapa dia jadi ada disekitar sini? Apa dia mencariku? Tapi kenapa? Batin Vio.

Vio melirik Fang.

"Hei supir! siapa namamu?"

"Fang Nona Vio."

"Aaaahh, Fang!"

"Aku harus pergi ke kosan Lembayung dijalan xx."

"Baik Nona, Ini masih terlalu sore, bagaimana kalau jalan-jalan dulu ketaman bunga..."

"tidak."

"Ya."

ucap Vio dan Bastian bersamaan.

Vio menoleh menatap protes pria yang duduk disampingnya. Yang masih menatap keluar jendela.

"Fang! Bisakah kau mengantarku lebih dulu ke lokasi yang kusebutkan? Tidak jauh dari sini." ucap Vio memajukan badannya hingga di samping punggungan kursi kemudi, menunjuk belokan depan.

"Haaa, depan itu belok ke kiiii..."

Mobil putih itu berlalu begitu saja,

"Ri..."

tanpa memperdulikan apa yang Vio katakan. Vio hanya memandang belokan yang sudah terlewat itu.

Haaaaaaahhh....

Vio menyentak nafasnya keras-keras.

"Fang! Aku mau turun disini saja." ucap Vio menepuk pundak Fang dari belakang.

"Nona bisakah anda duduk diam dibelakang."pinta Fang yang sudah merasakan aura tidak mengenakan dibelakang sana.

"Aaahh, tidak nyaman disana." bisik Vio sedikit pelan.

"Nona Vio tolong jangan terlalu dekat." pinta Fang lagi, masih dengan senyuman canggung. walau dalam hatinya berucap."tolonglah nona, tak bisakah kau rasakan hawa membunuh dibelakang sana?"

"Eeheemmm..." Dehem suara dibelakang sana menggelegar. Membuat Fang terkejut. Taulah maksud tuannya.

"Nona duduk diamlah dibelakang!" seru Fang membanting stirnya ke kiri hingga Vio yang tak berpegangan dengan benar terlontar kearah Bastian.

Aaaaaarrggg!

Kepala Vio tepat berada diantara paha Bastian. Vio melongok keatas, begitupun Bastian yang melihat ke bawah. Posisi yang membuat canggung.

Gegas Vio berpindah dan duduk tenang di samping Bastian.

Memalukan! batin Vio dengan muka memerah. Begitupun dengan seseorang disebelahnya yang juga memerah hingga ke telinganya.

Tibalah mereka disebuah taman bunga. Vio duduk dibangku taman bersama Bastian.

'Akhirnya berakhir seperti ini juga.' batin Vio melirik Bastian. 'Kenapa dengan orang ini, tidak bicara juga tidak melakukan sesuatu. Tapi seperti memaksaku kemari . Aneh!'

Bastian mengulurkan bungkusan yang tadi sempat dibelinya tanpa mengatakan apapun.

"Untukku?"

Vio menerima bungkusan itu.

"Baiklah mari kita lihat apa isinya." Vio membuka bungkusan makanan itu.

"Makanan korea.."berbinar senang.

Vio menoleh, 'Orang ini mencurigakan. Bagaimana jika dia menyampurkan sesuatu disini.' batin Vio curiga.

"Itu hanya makanan."ucap Bastian yang seolah mengerti maksud tatapan Vio.

"Kalau begitu kita makan bersama." Vio masih sedikit curiga.

Setidaknya jika kami makan bersama, kami sama-sama kena. batin Vio.

Bersambung.....

___€€€____

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status