Vio tersadar namun belum membuka matanya. Membalikkan tubuhnya."Kenapa kasur ini rasanya tidak biasa? ng? keras-keras apa ini?" batin Vio meraba tubuh Bastian yang berbaring disampingnya.IIiiinniiii... Vio membuka matanya lebar-lebar. Melihat wajah Bastian didepannya.Apaaa?? Maniak sampah ini lagi? jerit batin Vio.Vio langsung duduk terbangun. Selimut yang menutupi tubuh nya melorot.Aaarrggg.... kemana bajuku? jerit batinnya lagi terkejut melihat penampilan nya yang polos.buru buru Vio menutup dadanya dengan Selimut yang melorot itu.Maniak sialan. Apa yang sudah dia lakukan padaku? Umpat Vio dalam hati.Vio bangkit dan membungkus tubuhnya. Turun dari ranjang. Mendapati pakaiannya yang berserakan dilantai.uuugghhh... ini memalukan. Vio menepuk keningnya.Terlintas dalam ingatannya bagaimana dia merayu dan menempel pada Bastian.Astaga! Itu menjijikkan. batinnya lagi malu menutup waajh dengan kedua tangannya .Vio segera memunguti bajunya dan membersihkan diri dikamar mandi. Meng
"Mengenai malam ini,..." suara Vio dalam perjalanannya kembali dari kota B."Kita lupakan saja. Dan tidak saling mengganggu."Bastian tertegun."Kenapa?""Aku tidak akan meminta pertanggung jawaban apapun darimu."kata Vio lagi. "Disini akulah yang bersalah."Walau sebenarnya aku juga korban dari wanita tua itu. Aku harus membuat perhitungan juga dengannya nanti. Tak akan kubiarkan dia berlaku seenaknya padaku. batin Vio dengan sorot mata dendam.Bastian mengeratkan cengkraman pada roda kemudi."Kau tidak! Aku yang meminta." balas Bastian tanpa menoleh."Apa?"Vio terkejut menoleh pada Bastian."Aku meminta pertanggung jawabanmu!" Bastian masih fokus menyetir."Hei! Kenapa jadi kamu yang minta pertanggung jawaban?"protes Vio tak mengerti."iya!Kamu keberatan?"datar Bastian."Gara-gara kau, aku kehilangan keperjakaanku...""Ahahahaa... lelucon macam apa ini, tuan Bastian?"gelak Vio mencibir."Ayolah, kau bilang kau masih perjaka saat pertam
Vio melangkah lebar memasuki gedung Alexander Grup. Dalam hati Vio terus berdoa agar jangan sampai bertemu felix, Rena atau siapapun itu yang tidak ingin dia temui.Vio melangkah menuju ruang manager project, tepat saat itu vio melihat felix berbelok dari gang yang lain berjalan kearahnya dengan seseorang yang terlihat lebih tua.Segera vio membalik tubuhnya menghindar mencari tempat untuk kamuflase.Semoga dia nggak melihatku tadi batin Vio merapatkan berkas didadanya. Vio menoleh mengintip ke lorong dimana felix berjalan tadi. kosong!Bagus, dia udah nggak ada. Saatnya keruangan manager project cepat selesaikan ini dan pulang. Batin Vio bertekat mengepalkan tangannya didepan dada dan menganguk yakin.Dengan langkah pasti, Vio berjalan ke ruangan manager project. Vio bersiap mengetuk."Ehem!"Dehem Felix dibelakang kepala vio, "Ternyata itu benar kamu."Felix! Kupikir dia sudah pergi. pikir Vio, tanpa menoleh.Vio coba abaikan Felix dia kembali mengetuk pintu ruang manager project. Namu
"Dia hanya pegawai biasa di perusahaan Hongfang tak mungkin juga dia bisa bersinggungan dengan Tuan Bastian itu." bantah Mariaha dengan nada merendahkan."Benar papa.. hahahahahaha.."Rena mencemooh."Benar. memangnya bagaimana orang sepertiku ini bisa menyinggung orang seperti Bastian..." balas Vio santai,Sesaat kemudian mata Vio membulat, menyadari dia pernah berurusan dengan seorang bernama Bastian."Bastian siapa?" tanya vio pelan ingin memastikan."Bastian Argantara Zoe."jawab Hendra singkat."Ahahhaha.."Vio tertawa kikuk."Apa? kamu mengenalnya?"selidik Hendra menyipitkan sebelah matanya."Papa, kurasa sebaiknya kita mencari solusinya. Bagaimana. kita bisa keluar dari ini menghindari kebangkrutan." sela Felix.Felix juga harus berusaha menyelamatkan perusahaan ayah mertuanya itu. Agar orang tuanya tidak memintanya memutuskan hubingan dengan keluarga Hendra. Gara-gara tidak selevel.tak seharusknya aku terjebak disini. batin Vio"Ng, aku rasa aku masih punya banyak pekerjaan yang
"Ma!" pekik Vio."Bukankah kita masih memiliki perusahaan? Apakah kita tak memilikinya sama sekali?""Apa? Enak sekali omonganmu didengar! Kita sedang dalam masa genting seperti ini! Kita membutuhkan uang banyak untuk mempertahankan perusahaan." ketus Mariah"Bagaimana dengan papa? Apa dia tidak lebih penting?""Perusahaan kita sedang kritis juga. kau hanya di serahi satu nyawa papamu saja...."Vio mendengarnya tak percaya. Bagaimana bisa....? Bukankah dia istrinya? Nyawa papanya tidak penting? Demi perusahaan? Cuiihh! kalian hanya tak ingin jatuh bangkrut saja. Tega sekali.Vio memutar otak nya. Saat ini tak mungkin untuknya melakukan pinjaman bank. Vio juga sudah menghubungi kerabatnya. Terutama kerabat yang pernah ditolong oleh keluarga Hendrawan.Namun, hebatnya mereka tak punya dan tak bisa. Luar biasa pulak alasannya."Oohh vio ya? Kami sangat ingin membantu, tapi sebentar lagi anak pertama kami akan menikah. Kamu tau kan kami akan berbesanan dengan keluarga terpandang. Harus meng
"Mungkin kah ada sesuatu yang merubahnya?" tebak Mariah."Hmmmm......" Serentak berpikir."Sudahlah! Kami harus segera kembali ke kantor papa." pamit Rena."Jaga diri papa selama kami pergi.""Sayang, kapan kamu sudah bisa pulang?"tanya Mariah."Tiga hari lagi bila masa observasinya bgus." jelas Hendra."Bagus, nanti kita adakan pesta kesembuhanmu." ucap Maria."Undang tuan Bastian juga."titah Hendrawan."Tentu saja." jawab Maria.Mariah menutup pintu ruangan Hendra. Lalu dia dan Rena berjalan di lorong rumah sakit."Apa menurut mama Tuan Bastian akan bersedia menerima undangan kita nanti?""Entahlah. Dia bukan orang yang mudah ditebak."jawab Mariah"Benar mah, dia bahkan bisa tiba-tiba memberi kucuran dana yang sudah kita cari jungkir balik." ucap Rena. "Tapi asisten yang dia utus itu terlihat bodoh.""Sudahlah tak usah membicarakannya lagi."****Vio berjalan di trotoar hendak menuju halte yang berjarak tak jauh dari rumah skit dimana Hendra dirawat.Hari ini memang hari libur di temp
Aapa yang harus kulakukan? Batin Vio berfikir keras menatap wajah Bastian yang masih terlihat sangat kesal.Tunggu, mungkinkah itu berhasil? Batin Vio tiba-tiba.Terlintas satu ide konyol diotak Vio. Gadis itu, menangkup kedua pipi Bastian dan menariknya mendekat. Lalu menautkan bibirnya. Mata Bastian melebar, saking terkejudnya.Bastian ikut memainkan lidahnya. Tangan kirinya menarik dekat pinggang Vio. Membuat Vio sedikit tersentak dan segera mengakhiri ciumannya. Menatap wajah Bastian yang sedikit merona.Kenapa dengan wajah itu? batin Vio sedikit kikuk.Persetan. yang penting wajah marah itu sudah tak ada. Batin Vio lagi.Vio menarik lengan Bastian berbalik melangkah. Vio membeku melihat sekeliling. Fang tersenyum lebar. juga beberapa orang yang terlihat mengarah kan pandangan kepadanya.Astaga! Apa yang kulakukan tadiii ditempat umum!? Kabur! Harus. cepat kabur dari sini. pikir Vio melangkah lebar. Wajah Vio terasa panas terbakar rasa malu. Menarik lengan Bastian yang mengikuti de
Di dalam mobil Fang melirik melalui spion. Ada apa dengan atmosfir di belakang? Kenapa yang satu penuh bunga dan yang satu lagi mendung? batin Fang melirik Vio yang terlihat cemberut dan Bastian terlihat sangat bahagia dan senang.Apa aku melewatkan sesuatu? batin Fang kepo banget."Fang kau salah arah. Putar balik." ucap Vio yang melihat Fang tidak berbelok ke arah kos annya. Malah lurus saja."Ng?" Fang melirik sepion."Fang! putar balik."Vio sedikit mengeraskan suaranya."Eeheemm.." Bastian berdehem.Vio menoleh ke arahnya.Apa maksud deheman Tuan? Apa menyuruhku mengikuti kemauan Nyonya? pikir Fang.Pria itu mencoba putar arah. Belum sempat Berbelok Bastian sudah berdehem lagi."Potong gaji."Apa? Belum apa-apa sudah potong gaji? Yang benar saja! makanya jangan kode kodean. Gerutu Fang dalam hati dengan wajah senyum sumringah."Fang! Kenapa nggak jadi?" protes Vio, Fang tak jadi putar balik."Maaf nyonya. Saya masih ingin gaji utuh."sahut Fang dari depan."Hiiissshhh..." Vio meliri