Davi meniup luka di wajah Jil. Dia mengobati bekas pukulan Andi. Davi menatap pria yang terus memperhatikannya itu.
"Kenapa?" tanya Davi masih mengolesi luka di wajah Jil."Seorang dokter tidak boleh terlihat memiliki memar seperti ini." ucap Davi lagi."Aku sangat bersyukur pria itu memukulku sampai seperti ini."Davi menghentikan pergerakan tangannya,"Dengan begitu aku bisa sedekat ini denganmu."Davi terkekeh kecil."Jangan menggombal." cibir Davi masih terkekeh."Harusnya kau yang menghajar dia. bukan bersikap sok gagah seperti tadi, tapi justru kena pukul lebih banyak." Ejek Davi dengan senyum geli."Sudah kubilang aku ini dokter. Mana boleh dokter menambah jumlah pasien rumah sakit dengan tangannya yang berharga ini."Davi tergelak."Jangan kau samakan dokter dengan ganster macam duo macan FB."Davi terdiam sejenak mendengar duo macan FB."Siapa duo macan FB?"""Bagaimana dokter?" Bastian sangat tak sabar dan cemas.Sang dokter tersenyum maklum."Semuanya selamat dan berjalan dengan lancar. Selama beberapa jam kedepan pasien akan ditempatkan diruang isolasi dulu. Mohon bersabar."Bastian bernafas lega, tubuhnya lemas dan merosot kebawah, seolah dia sudah tak punya tulang lagi."Ba-bagaimana dengan bayi nya?""Sangat sehat dan sempurna. Sementara kami akan menempatkannya di ruang khusus. Anda bisa melihatnya nanti.""Fang! Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bahagia, juga bersyukur.""Lakukan seperti biasanya tuan. Saya bisa menyiapkan segalanya."Fang ikut berjongkok disamping tuannya yang terduduk lemas dilantai."Tapi aku, seperti tak bertulang.""Apa anda mau saya menggantikannya untuk anda tuan?"Bastian tersentak menatap Fang."kau mau?""Tidak!" jawab Fang yakin dengan gelengan kepala mantap."Sialan kau!""
Setelah Vio sadar, beberapa saat kemudian, bayi-bayi vio dibawa keruangan an vip. sang dokter juga mengarahkan bagaimana cara menyusui bayi kembar juga berlatih duduk dan bergerak pasca oprasi caesar."Sayang! Lihat! Doble J lucu sekali." Ucap Vio sambil menyusui keduanya.Bastian menelan ludahnya. Didalam ruangan itu hanya ada Bastian dan Vio dan satu dokter wanita satu perawat wanita. Tentu saja Fang dan laki laki tak di ijinkan melihat Vio menyusui. Mau mati apa mereka?Setelah beberapa hari dirumah sakit, Vio pun di ijinkan pulang. Di vila pribadi Bastian, mobil yang membawa Vio dan dan doble J berhenti dihalaman. Bastian dengan sigap memapah istrinya. menuntun wanita itu untuk masuk kediamannya.Didepan pintu, keluarga kecil itu disambut oleh bibi Ana dan para pelayan. Vio tersenyum haru. Mungkin, inilah keluarga yang selama ini dia impikan. Yang tidak dia dapatkan dari keluarga Tan.Vio mwnatap satu persatu wajah-wajah yang menyambu
"Ibu!" "Kau sudah berikan obat perangsang itu kan pada minuman Violita?" Bisik wanita cantik dengan gaun pengantin."Tentu saja. Malam ini, akan ku lemparkan dia pada Direktur Marsal." balas wanita separuh baya dengan baju kebayanya.Seorang pria dengan pakaian tuxedo masuk keruang rias pengantin. Pria tampan berjalan dekat."Oohh, menantuku Felix. Kau tampan sekali." puji wanita paruh baya begitu menyadari felix Masuk.Felix Ferdinan Alexandre 27tahun. Seorang pria dari keluarga yang cukup ternama di kota. Dia awalnya adalah kekasih Violita Kaka dari wanita bergaun pengantin, Morena. Karena hati Felix mudah tergoda, akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan Morena. Karena orang tua Felix juga lebih setuju dia menikah dengan gadis yang jelas, asal usulnya. Dari pada Violita, yang sudah menjadi rahasia umum, jika dia hanyalah anak haram di keluarga Hendrawan. Anak yang dilahirkan oleh ibunya, tanpa seorang ayah. Hingga, akhirnya, menikah dengan Hendrawan. Ayahnya saat ini, pria yang
Bastian mengusap wajahnya, Dia duduk termenung di atas ranjang kamarnya. Bastian menutup sebagian wajahnya yang memerah dengan telapak tangannya."Akhirnya aku justru melakukannya dengan wanita asing yang tak kukenal."gumam Bastian heran sendiri."Siapa dia?" kenapa dia begitu menggangguku?""Aku yang tak suka dengan hal merepotkan seperti wanita, bagaimana bisa terjebak begitu saja pada wanita asing." Gumam Bastian lagi."Tadi itu rasanya....." Bastian membekap mulutnya sendiri. Wajahnya merona mengingat hal besar yang baru saja terjadi.Hening sesaat.."Aku.... ingin mencobanya lagi..."Sepuluh menit berlalu. Hp Bastian berdering. Telpon dari asistennya, Fang.Bastian menempelkan benda pipih itu ke telinganya tanpa mengatakan apapun."Nama gadis itu Violeta Govinda. Dua puluh dua tahun. baru saja lulus dari univ X. dan dua bulan bekerja di perusahaan Hongfang sebagai engenering product di wilayah X. Anak tertua di keluarga Hendrawan." ucap Fang diseberang sana, "Perlukah saya menyam
Vio bersungut mendekati pintu. Membuka pintu depan dan, tiba-tiba semua menjadi terang, sangat terang hingga membutakan matanya. Dan hilanglah seluruh kesadarannya.Tangan Bastian sudah menangkap tubuh Vio sebelum menyentuh lantai."Wanita? Kau kenapa?" Bastian menepuk-nepuk pipinya.Panas!? batin Bastian tersentak, wajahnya berubah panik dan khawatir. Apa dia sedang sakit? batinnya lagi."Tuan Bastian, sepertinya nona Vio sedang sakit. Wajahnya sangat pucat. Bagaimana jika kita bawa ke rumah sakit dulu?"saran Fang Asistennya."Kau benar." Bastian mengangkat tubuh Vio menggendong, dan berbalik."Kalian siapa?"pekik seorang wanita dari balik orang-orang pengikut Bastian yang ada belasan itu.Davi sahabat Vio menerobos dan melihat Vio dalam gendongan Bastian."Vio?" pekiknya panik."Apa yang terjadi?" Davi menatap tubuh dan wajah Vio yang pucat dan tak sadarkan diri."Maaf! Anda siapa nona?" tanya Asisten Fang menghalangi."Aku Davi! sahabat Vio. siapa kalian? Dan mau apa?"seru Davi membe
Di lokasi lain, di rumah sakit.Davi menunggu di luar ruangan dimana Vio dirawat. Di luar ruangan itu, ada beberapa orang tegap yang berdiri didepan pintu menjaga.Davi melirik mereka.Apa-apaan mereka ini? Apa Vio tahanan? Kenapa harus dijaga seperti ini. Siapa pria misterius itu? Bagaimana caraku masuk."Permisi!" Davi melangkah hendak memasuki ruangan dimana Vio dirawat. Namun ditahan oleh tangan menjaga yang berdiri didepan pintu."Biarkan aku masuk! Kalian ini siapa? Apa yang dilakukannya didalam sana dengan temanku!"pekik Davi kesal."Maaf nona Davi, mohon duduk tenang. Ini di rumah sakit."ucap Fang dengan senyuman ramah,"Apa kau ingin berada disini sebagai pasien?""A-apa?"Davi sedikit gentar."Ta-tapi temanku....""Tenang saja. Nona Vio baik-baik saja, Tuan Bastian kami menjaganya.""Uuugghh.. Bagaimana ini?" Davi celingukan berharap bisa menerobos masuk."Biarkan aku masuk! Aku mohon."sambungnya memelas.Asisten Fang menghela nafasnya panjang. Fang mengetuk pintu,tak ada sahuta
Vio berjalan memasuki rumahnya yang tampak masih sepi. Vio bernafas lega."Sepertinya Ibu dan yang lainnya belum kembali. Syukurlah."gumam Vio pelan.Vio mengendap-endap memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Vio mengemasi barang-barangnya.Memasukkan bajunya ke dalam koper. Setelah semua terkemas. Vio bersiap keluar dari kamarnya dilantai dua. Perlahan Vio menggeret kopernya yang memang tidak terlalu berat dan kecil itu.Vio menuruni tangga, belum sampai setengah tangga terlewati, terdengar suara mesin mobil. Vio menghentikan langkahnya. Jantung Vio berdegup kencang. Habislah jika itu benar ibu tirinya. Tak lama terdengar suara pintu depan dibuka."Sialan! Ibu sudah datang!"gumamnya pelan dengan kekesalan. Vio bergegas naik kembali ke kamarnya. Vio mengunci pintu kamarnya. Vio berfikir keras, Sudah pasti dia tak akan bisa keluar mengingat perangai Mariah dan kejadian malam terakhir diantara mereka."Pertama sembunyikan dulu kopernya."gumam Vio menyembunyikan koper dikolong temp
Mobil putih yang Fang kendarai meluncur membelah jalan kota X dengan kecepatan sedang, Dibelakangnya berderet beberapa mobil yang mengiringi. Bastian yang duduk di jog belakang memangku wajahnya menatap keluar jendela. Sesekali Fang melirik tuannya melalui kaca.Apa yang tuan Bastian pikirkan? Dia terlihat sedikit gusar. Apakah dia gugup akan bertemu dengan nona Vio? Ohohoho.... Fang membatin dengan senyum lebar."Berhenti."Fang melirik kebelakang, lalu menghentikan laju mobilnya.Bastian keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran Korea. Fang tertegun, menatap tuannya lalu menatap plang restoran itu.Oohoooo... sengaja berhenti untuk membeli makanan korea kesukaan nona Vio, manis sekali tuan. Fang membatin lagi dengan senyum sumringah.Setelah menunggu sesaat. Bastian kembali dengan beberapa bungkusan ditangannya. Fang mengulas senyum."Hmmmppp......"Fang terkekeh"Apa yang lucu?"Bastian duduk di jog belakang bertanya datar."Tidak ada tuan."jawab Fang menstater mobilnya."kita lan