"Saya,, hanya kebetulan bertemu dengan pak Nino dijalan. Dan beliau memberi saya tumpangan.""Benarkah hanya begitu saja?""Iya pak.""Ada hal lain yang ingin kamu katakan?""Tidak pak.""Aku memperingatkanmu Vio,jangan membuat skandal disini."ucap pak Dira serius."Saya mengerti.""Jujur saja bapak tak ingin tau kehidupan pribadimu. Tapi jangan sampai berita kehidupannya masuk diforom karyawan dan membuat gaduh apalagi mempengaruhi kinerjamu Vio.""Aku sudag cocok denganmu. kerjamu cukup bagus sampai sekarang. jangan buat aku kecewa."lanjut pak Dira lagi."Baik pak. saya mengerti.""Baiklah. kamu boleh keluar. Kamu ambil cuti kan hari ini.""Iya, terima kasih pak."****Malam ini Vio mengikuti Mariah ke sebuah pesta khusus. Seperti kesepakatan Vio harus menemani direktur Marsal minum dan makan malam.Dengan gaun selutut berwarna salem, Vio justru terlihat seperti gadis muda yang cantik. Vio meminum Anggurnya dan duduk diam disisi mama tirinya. Vio tak begitu peduli dengan dengan isi p
Vio tersadar namun belum membuka matanya. Membalikkan tubuhnya."Kenapa kasur ini rasanya tidak biasa? ng? keras-keras apa ini?" batin Vio meraba tubuh Bastian yang berbaring disampingnya.IIiiinniiii... Vio membuka matanya lebar-lebar. Melihat wajah Bastian didepannya.Apaaa?? Maniak sampah ini lagi? jerit batin Vio.Vio langsung duduk terbangun. Selimut yang menutupi tubuh nya melorot.Aaarrggg.... kemana bajuku? jerit batinnya lagi terkejut melihat penampilan nya yang polos.buru buru Vio menutup dadanya dengan Selimut yang melorot itu.Maniak sialan. Apa yang sudah dia lakukan padaku? Umpat Vio dalam hati.Vio bangkit dan membungkus tubuhnya. Turun dari ranjang. Mendapati pakaiannya yang berserakan dilantai.uuugghhh... ini memalukan. Vio menepuk keningnya.Terlintas dalam ingatannya bagaimana dia merayu dan menempel pada Bastian.Astaga! Itu menjijikkan. batinnya lagi malu menutup waajh dengan kedua tangannya .Vio segera memunguti bajunya dan membersihkan diri dikamar mandi. Meng
"Mengenai malam ini,..." suara Vio dalam perjalanannya kembali dari kota B."Kita lupakan saja. Dan tidak saling mengganggu."Bastian tertegun."Kenapa?""Aku tidak akan meminta pertanggung jawaban apapun darimu."kata Vio lagi. "Disini akulah yang bersalah."Walau sebenarnya aku juga korban dari wanita tua itu. Aku harus membuat perhitungan juga dengannya nanti. Tak akan kubiarkan dia berlaku seenaknya padaku. batin Vio dengan sorot mata dendam.Bastian mengeratkan cengkraman pada roda kemudi."Kau tidak! Aku yang meminta." balas Bastian tanpa menoleh."Apa?"Vio terkejut menoleh pada Bastian."Aku meminta pertanggung jawabanmu!" Bastian masih fokus menyetir."Hei! Kenapa jadi kamu yang minta pertanggung jawaban?"protes Vio tak mengerti."iya!Kamu keberatan?"datar Bastian."Gara-gara kau, aku kehilangan keperjakaanku...""Ahahahaa... lelucon macam apa ini, tuan Bastian?"gelak Vio mencibir."Ayolah, kau bilang kau masih perjaka saat pertam
Vio melangkah lebar memasuki gedung Alexander Grup. Dalam hati Vio terus berdoa agar jangan sampai bertemu felix, Rena atau siapapun itu yang tidak ingin dia temui.Vio melangkah menuju ruang manager project, tepat saat itu vio melihat felix berbelok dari gang yang lain berjalan kearahnya dengan seseorang yang terlihat lebih tua.Segera vio membalik tubuhnya menghindar mencari tempat untuk kamuflase.Semoga dia nggak melihatku tadi batin Vio merapatkan berkas didadanya. Vio menoleh mengintip ke lorong dimana felix berjalan tadi. kosong!Bagus, dia udah nggak ada. Saatnya keruangan manager project cepat selesaikan ini dan pulang. Batin Vio bertekat mengepalkan tangannya didepan dada dan menganguk yakin.Dengan langkah pasti, Vio berjalan ke ruangan manager project. Vio bersiap mengetuk."Ehem!"Dehem Felix dibelakang kepala vio, "Ternyata itu benar kamu."Felix! Kupikir dia sudah pergi. pikir Vio, tanpa menoleh.Vio coba abaikan Felix dia kembali mengetuk pintu ruang manager project. Namu
"Dia hanya pegawai biasa di perusahaan Hongfang tak mungkin juga dia bisa bersinggungan dengan Tuan Bastian itu." bantah Mariaha dengan nada merendahkan."Benar papa.. hahahahahaha.."Rena mencemooh."Benar. memangnya bagaimana orang sepertiku ini bisa menyinggung orang seperti Bastian..." balas Vio santai,Sesaat kemudian mata Vio membulat, menyadari dia pernah berurusan dengan seorang bernama Bastian."Bastian siapa?" tanya vio pelan ingin memastikan."Bastian Argantara Zoe."jawab Hendra singkat."Ahahhaha.."Vio tertawa kikuk."Apa? kamu mengenalnya?"selidik Hendra menyipitkan sebelah matanya."Papa, kurasa sebaiknya kita mencari solusinya. Bagaimana. kita bisa keluar dari ini menghindari kebangkrutan." sela Felix.Felix juga harus berusaha menyelamatkan perusahaan ayah mertuanya itu. Agar orang tuanya tidak memintanya memutuskan hubingan dengan keluarga Hendra. Gara-gara tidak selevel.tak seharusknya aku terjebak disini. batin Vio"Ng, aku rasa aku masih punya banyak pekerjaan yang
"Ma!" pekik Vio."Bukankah kita masih memiliki perusahaan? Apakah kita tak memilikinya sama sekali?""Apa? Enak sekali omonganmu didengar! Kita sedang dalam masa genting seperti ini! Kita membutuhkan uang banyak untuk mempertahankan perusahaan." ketus Mariah"Bagaimana dengan papa? Apa dia tidak lebih penting?""Perusahaan kita sedang kritis juga. kau hanya di serahi satu nyawa papamu saja...."Vio mendengarnya tak percaya. Bagaimana bisa....? Bukankah dia istrinya? Nyawa papanya tidak penting? Demi perusahaan? Cuiihh! kalian hanya tak ingin jatuh bangkrut saja. Tega sekali.Vio memutar otak nya. Saat ini tak mungkin untuknya melakukan pinjaman bank. Vio juga sudah menghubungi kerabatnya. Terutama kerabat yang pernah ditolong oleh keluarga Hendrawan.Namun, hebatnya mereka tak punya dan tak bisa. Luar biasa pulak alasannya."Oohh vio ya? Kami sangat ingin membantu, tapi sebentar lagi anak pertama kami akan menikah. Kamu tau kan kami akan berbesanan dengan keluarga terpandang. Harus meng
"Mungkin kah ada sesuatu yang merubahnya?" tebak Mariah."Hmmmm......" Serentak berpikir."Sudahlah! Kami harus segera kembali ke kantor papa." pamit Rena."Jaga diri papa selama kami pergi.""Sayang, kapan kamu sudah bisa pulang?"tanya Mariah."Tiga hari lagi bila masa observasinya bgus." jelas Hendra."Bagus, nanti kita adakan pesta kesembuhanmu." ucap Maria."Undang tuan Bastian juga."titah Hendrawan."Tentu saja." jawab Maria.Mariah menutup pintu ruangan Hendra. Lalu dia dan Rena berjalan di lorong rumah sakit."Apa menurut mama Tuan Bastian akan bersedia menerima undangan kita nanti?""Entahlah. Dia bukan orang yang mudah ditebak."jawab Mariah"Benar mah, dia bahkan bisa tiba-tiba memberi kucuran dana yang sudah kita cari jungkir balik." ucap Rena. "Tapi asisten yang dia utus itu terlihat bodoh.""Sudahlah tak usah membicarakannya lagi."****Vio berjalan di trotoar hendak menuju halte yang berjarak tak jauh dari rumah skit dimana Hendra dirawat.Hari ini memang hari libur di temp
Aapa yang harus kulakukan? Batin Vio berfikir keras menatap wajah Bastian yang masih terlihat sangat kesal.Tunggu, mungkinkah itu berhasil? Batin Vio tiba-tiba.Terlintas satu ide konyol diotak Vio. Gadis itu, menangkup kedua pipi Bastian dan menariknya mendekat. Lalu menautkan bibirnya. Mata Bastian melebar, saking terkejudnya.Bastian ikut memainkan lidahnya. Tangan kirinya menarik dekat pinggang Vio. Membuat Vio sedikit tersentak dan segera mengakhiri ciumannya. Menatap wajah Bastian yang sedikit merona.Kenapa dengan wajah itu? batin Vio sedikit kikuk.Persetan. yang penting wajah marah itu sudah tak ada. Batin Vio lagi.Vio menarik lengan Bastian berbalik melangkah. Vio membeku melihat sekeliling. Fang tersenyum lebar. juga beberapa orang yang terlihat mengarah kan pandangan kepadanya.Astaga! Apa yang kulakukan tadiii ditempat umum!? Kabur! Harus. cepat kabur dari sini. pikir Vio melangkah lebar. Wajah Vio terasa panas terbakar rasa malu. Menarik lengan Bastian yang mengikuti de
Setelah Vio sadar, beberapa saat kemudian, bayi-bayi vio dibawa keruangan an vip. sang dokter juga mengarahkan bagaimana cara menyusui bayi kembar juga berlatih duduk dan bergerak pasca oprasi caesar."Sayang! Lihat! Doble J lucu sekali." Ucap Vio sambil menyusui keduanya.Bastian menelan ludahnya. Didalam ruangan itu hanya ada Bastian dan Vio dan satu dokter wanita satu perawat wanita. Tentu saja Fang dan laki laki tak di ijinkan melihat Vio menyusui. Mau mati apa mereka?Setelah beberapa hari dirumah sakit, Vio pun di ijinkan pulang. Di vila pribadi Bastian, mobil yang membawa Vio dan dan doble J berhenti dihalaman. Bastian dengan sigap memapah istrinya. menuntun wanita itu untuk masuk kediamannya.Didepan pintu, keluarga kecil itu disambut oleh bibi Ana dan para pelayan. Vio tersenyum haru. Mungkin, inilah keluarga yang selama ini dia impikan. Yang tidak dia dapatkan dari keluarga Tan.Vio mwnatap satu persatu wajah-wajah yang menyambu
"Bagaimana dokter?" Bastian sangat tak sabar dan cemas.Sang dokter tersenyum maklum."Semuanya selamat dan berjalan dengan lancar. Selama beberapa jam kedepan pasien akan ditempatkan diruang isolasi dulu. Mohon bersabar."Bastian bernafas lega, tubuhnya lemas dan merosot kebawah, seolah dia sudah tak punya tulang lagi."Ba-bagaimana dengan bayi nya?""Sangat sehat dan sempurna. Sementara kami akan menempatkannya di ruang khusus. Anda bisa melihatnya nanti.""Fang! Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bahagia, juga bersyukur.""Lakukan seperti biasanya tuan. Saya bisa menyiapkan segalanya."Fang ikut berjongkok disamping tuannya yang terduduk lemas dilantai."Tapi aku, seperti tak bertulang.""Apa anda mau saya menggantikannya untuk anda tuan?"Bastian tersentak menatap Fang."kau mau?""Tidak!" jawab Fang yakin dengan gelengan kepala mantap."Sialan kau!""
Davi meniup luka di wajah Jil. Dia mengobati bekas pukulan Andi. Davi menatap pria yang terus memperhatikannya itu."Kenapa?" tanya Davi masih mengolesi luka di wajah Jil."Seorang dokter tidak boleh terlihat memiliki memar seperti ini." ucap Davi lagi."Aku sangat bersyukur pria itu memukulku sampai seperti ini."Davi menghentikan pergerakan tangannya,"Dengan begitu aku bisa sedekat ini denganmu."Davi terkekeh kecil."Jangan menggombal." cibir Davi masih terkekeh."Harusnya kau yang menghajar dia. bukan bersikap sok gagah seperti tadi, tapi justru kena pukul lebih banyak." Ejek Davi dengan senyum geli."Sudah kubilang aku ini dokter. Mana boleh dokter menambah jumlah pasien rumah sakit dengan tangannya yang berharga ini."Davi tergelak."Jangan kau samakan dokter dengan ganster macam duo macan FB."Davi terdiam sejenak mendengar duo macan FB."Siapa duo macan FB?""
Fang berjalan dalam gang sempit di sekitar kosan Davi. Pria itu mengenakan jaket dan sepatu boot kulit. Fang berhenti tepat di ujung gang, di mana dari sana dia dapat melihat kosan Davi dengan lebih penuh dan leluasa.Fang menggigit batang rokok di mulutnya, menyalakan memantik dan menyulut rokok. Api telah padam. Bara tembakau dari rokok menyala-nyala oleh kuatnya isapan dari mulut Fang. Dia menjepit batang rokok dengan jarinya, dan menyemburkan asap ke udara.Mata elangnya tak lepas menatap bangunan tua itu dalam pekatnya malam.***Pagi yang cerah, menggantikan malam yang dingin dan gelap. Membawa hari baru yang lebih ceria, suara riang burung gereja yang hinggap di dahan pohon di samping Vila Bastian membangunkan Vio yang masih terlelap dalam pelukan hangat suaminya.Vio mengangkat lengan Bastian dari atas perutnya dengan hati-hati. Vio perlahan turun dari ranjangnya, berjinjit menuju kamar mandi, guna membersihkan diri.Pagi
Davi meremas-remas tangannya. Jantung gadis cantik itu berdetak lebih kencang dari biasanya. Dari wajahnya terlihat sekali dia sangat tegang.Jil melirik Davi dari ekor matanya. Sementara dia masih menyetir."Kenapa?""Bagaimana jika ayah dan ibumu menolak ku?" tanya Davi masih sangat gelisah.Jil tersenyum maklum."Mereka bukan orang yang kolot.""Tapi... Aku hanya gadis biasa. Aku bahkan tak punya orang tua...""Itu bukan masalah bagi mereka.""Tapii...""Percaya padaku, dan tegakkan dada mu. Heeemm?"Davi membuang nafasnya. Masih ada kekhawatiran di dirinya. Jil tersenyum gemas melihat Davi yang masih gelisah tak kunjung tenang. Pria itu menghentikan laju mobilnya dan menepi. Davi menatapnya dengan tatapan tanya."Sepertinya wanitaku ini masih butuh penyemangat dan energi positif."Jil mendekatkan wajahnya, mengecup ringan bibir ranum Davi. Gadis itupun membalasnya. Dengan
"Suamiku?"Vio, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bastian.. Sehabis pertempuran malam itu."Apa Fang sungguhan tak punya pacar?"Bastian menghela nafasnya dengan sabar."Kenapa menanyakannya lagi?""Aku hanya ingin tau.""Kau menanyakannya berulang. Dan aku juga sudah menjawabnya sampai lelah.""Bagaimana kalau kita dekatkan Davi dan Fang?""Tidak usah.""Kenapa?" Vio memukul dada bidang suaminya itu dengan sedikit mengangkat tubuhnya menjauh dari suaminya."Fang tidak tertarik pada wanita."Bastian menarik kembali lengan Vio dan mendekapnya."Jangan terlalu jauh dariku. Aku bisa kangen.""Apa sih? Orang masih disini juga.""Tubuhku kanngen. Jika tidak menempel di kulit mu.""Iiiisshhh.." Vio mencubit perut Bastian."Auuu.. sakit sayang." Bastian mengusap perutnya."Oo iya, kapan USG lagi? Aku sangat ingin melihat doble J laki-laki
Pagi itu, daun- daun basah oleh embun, tetesannya jatuh dan membias tak tapak di tanah. Sinar kekuningan menghangatkan hawa sejuk dan menyibak kabut perlahan.Dalam ruang yang begitu rapi dan manly, netra Davi mengerjab, melihat sekeliling dengan pandangan yang sedikit berkabut, lalu terang oleh biasnya warna pagi itu.Davi merasa berada di tempat yang asing. Di manakah dia? Dia tak pernah berada di sana sebelumnya. Davi bangun terduduk dengan wajah bingungnya.Davi mencoba mengingat-ingat."Aahh,, benar! Aku bersama dokter Jil."Davi pun tersentak, sekilat ingatannya timbul, Dia sempat minum saat masih berada didalam pesta. Lalu dokter Jil mengantarnya, Mereka sempat terlibat percakapan kecil. Lalu tiba-tiba Dokter Jil menciumnya. Lalu berlanjut hingga akhirnya Dokter itu membawa Davi ke Apartemennya."Astaga!" Davi menutup mulutnya tak percaya. "Apa yang sudah kulakukan? Kami bahkan melakukannya lebih dari sekali."CEK
"Fang!""Iya Nyonya?""Duduklah."Fang melihat sekitar."Bastian sedang mandi. Biasanya lama."Dengan ragu duduk di sofa yang lain disisi sofa yang Vio duduki."Mmmm... Kau bisa menyelidiki apapun kan?" tanya Vio."Apa anda punya tugas untuk saya?""Mmm... Kau tau, Davi memiliki seorang pacar. Kalau tidak salah, namanya Andi. Tapi dia tidak terlihat sama sekali di pemakaman ibu Davi. Apa kau tau kenapa?""Aaahh, pria brengsek itu sudah putus dengan Nona Davi, nyonya.""Benarkah?" Vio tampak sangat terkejut"Heem.."Vio merasa menyayangkan karena Davi bahkan tidak bercerita padanya. Vii menghela nafasnya. Tak lama Bastian ikut bergabung."Ada apa?""Nyonya hanya menanyakan tentang nona Davi, tuan."Bastian manggut-manggut."Besok kita datangi keluarga Hendrawan.""Baiklah""Kenapa begitu lesu?""Sebenarnya aku sudah
"Nona Lyn." Jil mendekat dan berhenti tepat didepan Lyn. Tangan nya menengadah, Lyn meletakkan tangannya pada tangan Jin."Selamat ulang tahun." ucap Jil sambil mencium tangan Lyn.Tentu saja itu membuat Lyn tersipu malu. Sedangkan Andi jadi marah dan kesal. Di pisahkannya tangan keduanya segera. Lalu merangkul pinggang Lyn."Dia pacarku! Jangan sembarangan menyentuhnya."Jil tercengang, begitupun dengan orang-orang disekitarnya."Sayang sekali kau sudah punya pacar." oceh Jil lembut dengan memasang wajah sedih."Ya ampuunn... Tangkapan besar lepas demi ikan teri.""Sayang sekali ya, padahal Jil terlihat begitu berharap.""Aku tidak menyangka selera Lyn begitu rendah dengan memilih pria yang tak ada apa-apanya itu."Gumaman-gumaman teman Lyn sangat menggelitik telinga Andi. Tentu saja dia sangat kesal dengan ocehan teman-teman Lyn."Tidak!" Lyn segera melepaskan tangan Andi dari pingg