Bastian memasuki vilanya..."Ribut ribut apa ini?""Bas!" Alexa berlari dan memeluk lengan Bastian dengan antusias. dan manja.Huuuuhhh, dasar sampah batin. Vio yang melihatnya. Trikmu terbongkar Haah?"Bibi Ana dimana hp ku?"tanya Vio beralih pada Bibi Ana."Sebentar Nona Vio, saya ambilkan." bibi Ana berlalu."Bas, aku sudah menunggu dari tadi."Manja Alexa."Bibi Ana sangat tidak ramah padaku. Kau harus memecatnya."Vio tersenyum geli sekaligus muak."Menjijikkan! Dia yang bersalah bisa bisa nya mengadu." gumam Vio sedikit kesalSesaat kemudian bibi Ana kembali."Ini nona."menyerahkan hp vio."Siapa jalllaaang itu Sayang? Kenapa dia sampai ada dirumahmu?" Alexa menatap manja pada Bastian."Nona Alexa.." geram bibi Ana."Sudahlah Bi,Jangan buang tenaga meladeni orang gila. Nanti ketularan." Vio melangkah keluar pintu utama vila."Nona Xia."panggil Bibi Ana."Kamu... Kembali.." Suara Bastian hendak mengejar. Namun lengannya ditahan oleh Alexa ."Bas! Apa-apaan kamu? Aku ini calon istrim
"Saya,, hanya kebetulan bertemu dengan pak Nino dijalan. Dan beliau memberi saya tumpangan.""Benarkah hanya begitu saja?""Iya pak.""Ada hal lain yang ingin kamu katakan?""Tidak pak.""Aku memperingatkanmu Vio,jangan membuat skandal disini."ucap pak Dira serius."Saya mengerti.""Jujur saja bapak tak ingin tau kehidupan pribadimu. Tapi jangan sampai berita kehidupannya masuk diforom karyawan dan membuat gaduh apalagi mempengaruhi kinerjamu Vio.""Aku sudag cocok denganmu. kerjamu cukup bagus sampai sekarang. jangan buat aku kecewa."lanjut pak Dira lagi."Baik pak. saya mengerti.""Baiklah. kamu boleh keluar. Kamu ambil cuti kan hari ini.""Iya, terima kasih pak."****Malam ini Vio mengikuti Mariah ke sebuah pesta khusus. Seperti kesepakatan Vio harus menemani direktur Marsal minum dan makan malam.Dengan gaun selutut berwarna salem, Vio justru terlihat seperti gadis muda yang cantik. Vio meminum Anggurnya dan duduk diam disisi mama tirinya. Vio tak begitu peduli dengan dengan isi p
Vio tersadar namun belum membuka matanya. Membalikkan tubuhnya."Kenapa kasur ini rasanya tidak biasa? ng? keras-keras apa ini?" batin Vio meraba tubuh Bastian yang berbaring disampingnya.IIiiinniiii... Vio membuka matanya lebar-lebar. Melihat wajah Bastian didepannya.Apaaa?? Maniak sampah ini lagi? jerit batin Vio.Vio langsung duduk terbangun. Selimut yang menutupi tubuh nya melorot.Aaarrggg.... kemana bajuku? jerit batinnya lagi terkejut melihat penampilan nya yang polos.buru buru Vio menutup dadanya dengan Selimut yang melorot itu.Maniak sialan. Apa yang sudah dia lakukan padaku? Umpat Vio dalam hati.Vio bangkit dan membungkus tubuhnya. Turun dari ranjang. Mendapati pakaiannya yang berserakan dilantai.uuugghhh... ini memalukan. Vio menepuk keningnya.Terlintas dalam ingatannya bagaimana dia merayu dan menempel pada Bastian.Astaga! Itu menjijikkan. batinnya lagi malu menutup waajh dengan kedua tangannya .Vio segera memunguti bajunya dan membersihkan diri dikamar mandi. Meng
"Mengenai malam ini,..." suara Vio dalam perjalanannya kembali dari kota B."Kita lupakan saja. Dan tidak saling mengganggu."Bastian tertegun."Kenapa?""Aku tidak akan meminta pertanggung jawaban apapun darimu."kata Vio lagi. "Disini akulah yang bersalah."Walau sebenarnya aku juga korban dari wanita tua itu. Aku harus membuat perhitungan juga dengannya nanti. Tak akan kubiarkan dia berlaku seenaknya padaku. batin Vio dengan sorot mata dendam.Bastian mengeratkan cengkraman pada roda kemudi."Kau tidak! Aku yang meminta." balas Bastian tanpa menoleh."Apa?"Vio terkejut menoleh pada Bastian."Aku meminta pertanggung jawabanmu!" Bastian masih fokus menyetir."Hei! Kenapa jadi kamu yang minta pertanggung jawaban?"protes Vio tak mengerti."iya!Kamu keberatan?"datar Bastian."Gara-gara kau, aku kehilangan keperjakaanku...""Ahahahaa... lelucon macam apa ini, tuan Bastian?"gelak Vio mencibir."Ayolah, kau bilang kau masih perjaka saat pertam
Vio melangkah lebar memasuki gedung Alexander Grup. Dalam hati Vio terus berdoa agar jangan sampai bertemu felix, Rena atau siapapun itu yang tidak ingin dia temui.Vio melangkah menuju ruang manager project, tepat saat itu vio melihat felix berbelok dari gang yang lain berjalan kearahnya dengan seseorang yang terlihat lebih tua.Segera vio membalik tubuhnya menghindar mencari tempat untuk kamuflase.Semoga dia nggak melihatku tadi batin Vio merapatkan berkas didadanya. Vio menoleh mengintip ke lorong dimana felix berjalan tadi. kosong!Bagus, dia udah nggak ada. Saatnya keruangan manager project cepat selesaikan ini dan pulang. Batin Vio bertekat mengepalkan tangannya didepan dada dan menganguk yakin.Dengan langkah pasti, Vio berjalan ke ruangan manager project. Vio bersiap mengetuk."Ehem!"Dehem Felix dibelakang kepala vio, "Ternyata itu benar kamu."Felix! Kupikir dia sudah pergi. pikir Vio, tanpa menoleh.Vio coba abaikan Felix dia kembali mengetuk pintu ruang manager project. Namu
"Dia hanya pegawai biasa di perusahaan Hongfang tak mungkin juga dia bisa bersinggungan dengan Tuan Bastian itu." bantah Mariaha dengan nada merendahkan."Benar papa.. hahahahahaha.."Rena mencemooh."Benar. memangnya bagaimana orang sepertiku ini bisa menyinggung orang seperti Bastian..." balas Vio santai,Sesaat kemudian mata Vio membulat, menyadari dia pernah berurusan dengan seorang bernama Bastian."Bastian siapa?" tanya vio pelan ingin memastikan."Bastian Argantara Zoe."jawab Hendra singkat."Ahahhaha.."Vio tertawa kikuk."Apa? kamu mengenalnya?"selidik Hendra menyipitkan sebelah matanya."Papa, kurasa sebaiknya kita mencari solusinya. Bagaimana. kita bisa keluar dari ini menghindari kebangkrutan." sela Felix.Felix juga harus berusaha menyelamatkan perusahaan ayah mertuanya itu. Agar orang tuanya tidak memintanya memutuskan hubingan dengan keluarga Hendra. Gara-gara tidak selevel.tak seharusknya aku terjebak disini. batin Vio"Ng, aku rasa aku masih punya banyak pekerjaan yang
"Ma!" pekik Vio."Bukankah kita masih memiliki perusahaan? Apakah kita tak memilikinya sama sekali?""Apa? Enak sekali omonganmu didengar! Kita sedang dalam masa genting seperti ini! Kita membutuhkan uang banyak untuk mempertahankan perusahaan." ketus Mariah"Bagaimana dengan papa? Apa dia tidak lebih penting?""Perusahaan kita sedang kritis juga. kau hanya di serahi satu nyawa papamu saja...."Vio mendengarnya tak percaya. Bagaimana bisa....? Bukankah dia istrinya? Nyawa papanya tidak penting? Demi perusahaan? Cuiihh! kalian hanya tak ingin jatuh bangkrut saja. Tega sekali.Vio memutar otak nya. Saat ini tak mungkin untuknya melakukan pinjaman bank. Vio juga sudah menghubungi kerabatnya. Terutama kerabat yang pernah ditolong oleh keluarga Hendrawan.Namun, hebatnya mereka tak punya dan tak bisa. Luar biasa pulak alasannya."Oohh vio ya? Kami sangat ingin membantu, tapi sebentar lagi anak pertama kami akan menikah. Kamu tau kan kami akan berbesanan dengan keluarga terpandang. Harus meng
"Mungkin kah ada sesuatu yang merubahnya?" tebak Mariah."Hmmmm......" Serentak berpikir."Sudahlah! Kami harus segera kembali ke kantor papa." pamit Rena."Jaga diri papa selama kami pergi.""Sayang, kapan kamu sudah bisa pulang?"tanya Mariah."Tiga hari lagi bila masa observasinya bgus." jelas Hendra."Bagus, nanti kita adakan pesta kesembuhanmu." ucap Maria."Undang tuan Bastian juga."titah Hendrawan."Tentu saja." jawab Maria.Mariah menutup pintu ruangan Hendra. Lalu dia dan Rena berjalan di lorong rumah sakit."Apa menurut mama Tuan Bastian akan bersedia menerima undangan kita nanti?""Entahlah. Dia bukan orang yang mudah ditebak."jawab Mariah"Benar mah, dia bahkan bisa tiba-tiba memberi kucuran dana yang sudah kita cari jungkir balik." ucap Rena. "Tapi asisten yang dia utus itu terlihat bodoh.""Sudahlah tak usah membicarakannya lagi."****Vio berjalan di trotoar hendak menuju halte yang berjarak tak jauh dari rumah skit dimana Hendra dirawat.Hari ini memang hari libur di temp