"Ma!" pekik Vio."Bukankah kita masih memiliki perusahaan? Apakah kita tak memilikinya sama sekali?""Apa? Enak sekali omonganmu didengar! Kita sedang dalam masa genting seperti ini! Kita membutuhkan uang banyak untuk mempertahankan perusahaan." ketus Mariah"Bagaimana dengan papa? Apa dia tidak lebih penting?""Perusahaan kita sedang kritis juga. kau hanya di serahi satu nyawa papamu saja...."Vio mendengarnya tak percaya. Bagaimana bisa....? Bukankah dia istrinya? Nyawa papanya tidak penting? Demi perusahaan? Cuiihh! kalian hanya tak ingin jatuh bangkrut saja. Tega sekali.Vio memutar otak nya. Saat ini tak mungkin untuknya melakukan pinjaman bank. Vio juga sudah menghubungi kerabatnya. Terutama kerabat yang pernah ditolong oleh keluarga Hendrawan.Namun, hebatnya mereka tak punya dan tak bisa. Luar biasa pulak alasannya."Oohh vio ya? Kami sangat ingin membantu, tapi sebentar lagi anak pertama kami akan menikah. Kamu tau kan kami akan berbesanan dengan keluarga terpandang. Harus meng
"Mungkin kah ada sesuatu yang merubahnya?" tebak Mariah."Hmmmm......" Serentak berpikir."Sudahlah! Kami harus segera kembali ke kantor papa." pamit Rena."Jaga diri papa selama kami pergi.""Sayang, kapan kamu sudah bisa pulang?"tanya Mariah."Tiga hari lagi bila masa observasinya bgus." jelas Hendra."Bagus, nanti kita adakan pesta kesembuhanmu." ucap Maria."Undang tuan Bastian juga."titah Hendrawan."Tentu saja." jawab Maria.Mariah menutup pintu ruangan Hendra. Lalu dia dan Rena berjalan di lorong rumah sakit."Apa menurut mama Tuan Bastian akan bersedia menerima undangan kita nanti?""Entahlah. Dia bukan orang yang mudah ditebak."jawab Mariah"Benar mah, dia bahkan bisa tiba-tiba memberi kucuran dana yang sudah kita cari jungkir balik." ucap Rena. "Tapi asisten yang dia utus itu terlihat bodoh.""Sudahlah tak usah membicarakannya lagi."****Vio berjalan di trotoar hendak menuju halte yang berjarak tak jauh dari rumah skit dimana Hendra dirawat.Hari ini memang hari libur di temp
Aapa yang harus kulakukan? Batin Vio berfikir keras menatap wajah Bastian yang masih terlihat sangat kesal.Tunggu, mungkinkah itu berhasil? Batin Vio tiba-tiba.Terlintas satu ide konyol diotak Vio. Gadis itu, menangkup kedua pipi Bastian dan menariknya mendekat. Lalu menautkan bibirnya. Mata Bastian melebar, saking terkejudnya.Bastian ikut memainkan lidahnya. Tangan kirinya menarik dekat pinggang Vio. Membuat Vio sedikit tersentak dan segera mengakhiri ciumannya. Menatap wajah Bastian yang sedikit merona.Kenapa dengan wajah itu? batin Vio sedikit kikuk.Persetan. yang penting wajah marah itu sudah tak ada. Batin Vio lagi.Vio menarik lengan Bastian berbalik melangkah. Vio membeku melihat sekeliling. Fang tersenyum lebar. juga beberapa orang yang terlihat mengarah kan pandangan kepadanya.Astaga! Apa yang kulakukan tadiii ditempat umum!? Kabur! Harus. cepat kabur dari sini. pikir Vio melangkah lebar. Wajah Vio terasa panas terbakar rasa malu. Menarik lengan Bastian yang mengikuti de
Di dalam mobil Fang melirik melalui spion. Ada apa dengan atmosfir di belakang? Kenapa yang satu penuh bunga dan yang satu lagi mendung? batin Fang melirik Vio yang terlihat cemberut dan Bastian terlihat sangat bahagia dan senang.Apa aku melewatkan sesuatu? batin Fang kepo banget."Fang kau salah arah. Putar balik." ucap Vio yang melihat Fang tidak berbelok ke arah kos annya. Malah lurus saja."Ng?" Fang melirik sepion."Fang! putar balik."Vio sedikit mengeraskan suaranya."Eeheemm.." Bastian berdehem.Vio menoleh ke arahnya.Apa maksud deheman Tuan? Apa menyuruhku mengikuti kemauan Nyonya? pikir Fang.Pria itu mencoba putar arah. Belum sempat Berbelok Bastian sudah berdehem lagi."Potong gaji."Apa? Belum apa-apa sudah potong gaji? Yang benar saja! makanya jangan kode kodean. Gerutu Fang dalam hati dengan wajah senyum sumringah."Fang! Kenapa nggak jadi?" protes Vio, Fang tak jadi putar balik."Maaf nyonya. Saya masih ingin gaji utuh."sahut Fang dari depan."Hiiissshhh..." Vio meliri
"Apa maksudmu beruntung?" seru Vio tidak iklas menatap sahabatnya itu."Lihat!"Davi menunjukkan layar hp nya. Tampak beberapa artikel tentang Bastian Argantara Zoe.Vio seketika membelalakkan matanya."Apa ini?""Kau tidak lihat? Tampan. Kaya. Disegani. Bukamkah dia pria yang sempurna?" seru Davi menepuk punggung Vio dengan keras."Hahahah..." Vio tertawa canggung yang tak enak didengar."Kok ketawamu gitu sih?""Entah aku harus percaya dengan artikel semacam ini atau percaya pada mataku sendiri." Vio mulai berkemas."Yyaahh.. memang di tulis di sini dia memiliki temperamen yang unik." ucap Davi, mulai berlagak detektif."Tapi mungkin juga ini salah satu pencitraan nya." Davi melihat aktifitas berkemas Vio."Apa yang kamu lakukan?""Berkemas Dav.""Kau mau pindah??" tanya Davi heran dengan kening berkerut."Heemm...""Ke mana? Kembali kerumahmu?" sedikit heran."tidaak. Sudah susah payah aku keluar dari rumah itu. Tak mungkin aku kembali ke sana.""Lalu?""Aku akan pindah ke vila orang
"Sayangku" sapa Mariah mendekat. "Kau sudah bangun?"Hendra membuka matanya, lalu mencoba bangun duduk dan bersandar pada kepala brankar. Mariah membantunya."Terima kasih istriku." ucapnya lemah."Kamu sudah makan?"Mariah mengambil bungkusan yang Vio tinggalkan diatas meja, lalu membukanya. menyusunnya dan mengambil satu lauk dan menyuapkannya pada Hendra."Ini adalah makan kesukaanku. Terima kasih Istriku. Kamu sangat perhatian." ucap Hendra yang berfikir jika makanan itu dari istrinya Maria."Makanlah yang banyak." ucap Mariah lagi menyuapi suaminya. Tanpa mengatakan jika makanan itu sudah ada disana atau bukan dia yang membawanya.Biarkan saja! Siapa peduli ini dari siapa? Yang penting aku yang dapat muka. batin Mariah saat itu.Di lain pihak, di vila Bastian. Vio disambut oleh Bibi Ana dengan suka cita."Nyonya Vio, akhirmya anda tinggal disini juga." sambut Bibi Ana dengan antusias. "Mari saya antarkan ke kamar Nyonya." ajak Bibi Ana lagi.Sesampainya di kamar Bastian."Apa?" V
Vio baru saja turun dari taksi online yang dia pesan tadi didepan gedung Hongfang."Vio!"Violita menoleh, Nino mendekat, pria itulah yang tadi memanggilnya."Iya pak." Vio menunduk hormat."Jangan lupa Hari ini kita kunjungan ke Alexander grub." Nino mengingatkan. Mereka pun berjalan beriringan masuk kedalam gedung Hongfang corp."Aaaa.... saya minta ijin dulu pada Pak Dira ya pak. " ucap Vio,"Ooohh.. masalah itu sudah kami bicarakan. Kamu akan langsung pada penanganan saya.""Apa?" Vio terkejut. Dia hanya seorang enginer biasa. Bagaimana bisa langsung berhubungan dengan pemilik perusahaan. Bukankah itu melanggar kebijakan?"Tapi, saya pikir itu tidak sesuai dengan prosedur, pak Nino." ucap Vio sedikit keberatan, dia sadar jika seperti ini hanya akan membuat para rekannya cemburu."Itu, kebijakan baru."Sahut Nino mengambil langkah lebar.Meninggalkan vio yang terbengong, dan berhenti sejenak.
Vio tersenyum menang."Apa kau mau melanjutkannya, Senior?" Sinis Vio dengan wajah sombongnya. Dia tau jika rekaman CCTV nya dibuka, sudah pasti kebohongan Reina terbongkar."Uugghhh.."Reina tersudut,"Sudahlah, aku akan memaafkanmu dan tidak mempermasalahkan hal ini."Vio terkekeh."Kau pasti sangat ketakutan senior." cibir Vio melangkah pergi."Kalau begitu inginn membuka CCTV lakukan saja. aku tidak tertarik."Di kejauhan Rena menyaksikan drama itu, tersenyum sinis."Vio."Vio menoleh. Dia merasa muak dengan wanita yang baru saja memanggilnya itu."Mau apa lagi kamu, Rena?" tanya Vio datar."Aku sudah berniat melupakan mu.""Kenapa kamu bisa ikut dalam project A?""Apa urusannya denganmu?""Aku manager perencanaan disini Vi. Ingat, posisiku lebih tinggi darimu." ucap Rena akuh."Hmmpppttt..... Kamu pasti lupa kami klien disini. Mau setinggi apapun jabatanmu jika klien tidak puas.... Kau tau sendiri kan?" balas Vio datar dengan diselipi sedikit cemoohan."Yang menentukan puas tidaknya b