Morena pagi itu melangkahkan kaki nya memasuki ruangan manager perencanaan. Setelah dia menikah dengan Felix Ferdinan Alexander, Rena langsung dipercaya menjadi manager perencanaan. Rena menangani beberapa project baru.Rena duduk di kursi kerjanya. memeriksa beberapa berkas."Aku harus menarik perhatian Neno Alkatiri agar bisa menang tender." gumam Rena, "bagaimana caranya?""Vio, mungkin aku harus memanfaatkannya." Rena tersenyum licik. "Cukup untuk menyingkirkannya dari Felix. Jika aku bisa membuatnya terlihat sebagai gadis murahan yang menjual tubuhnya pada pria hidung belang.""Hmmmpppp... hihihi... hahahah...."****Vio menatap pantulan diri di cermin. Hari ini hari pertama dia kerja setelah mengambil cuti untuk resepsi acara pernikahan adiknya Rena dengan Felix."Vio? Masih belum siapkah?" seru Davi dari luar kamar mandi."Iya." Vio keluar disusul suara siulan dari Davi.Suuiitt.. suuiitt... Cantiknya engener kita." goda Davi, Vio tersenyum malu."Sudahlah, ayo berangkat. Nanti
"Ingatlah untuk makan malam dengan direktur Marsal besok." tegas Mariah dengan mendominasi."Kalau aku menolak?"tantang Vio dengan tatapan menantang."Kau akan kehilangan Nenekmu! Aku akan hentikan pengobatannya, hingga dia mati perlahan." ancam Mariah dengan mata mendelik penuh ancaman."Coba saja!"Vio menggeretakan gigi. Mariah tersenyum menang. Dia sudah lama menggenggam kelemahan Vio. Yaitu neneknya yang teramat disayanginya. Hanya Neneknyalah yang paling baik padanya. Selalu memberinya kasih sayang. Berbeda dengan anggota keluarga yang lain.Dengan kekesalan penuh Vii keluar dari rumah itu dan pergi ke warung tenda pinggir jalan."Bibi! makgauli dan pajeon."seru Vio yang masih kesal.Tak lama Bibi pemilik warung datang dengan seteko makgauli dan sepiring pajeon.Vio langsung menuang makgauli pesanannya dan meminum habis. Lalu memakan Pajeonnya dengan cepat. Vio menepuk-nepuk dadanya karena sesak yang semakin menghimpit dadanya. Rasa marah masih bergemuruh di sana. Dia ingin menge
Vio duduk dimeja makan. sendirian. mengunyah makanan dengan perasaan dongkol."Apa-apaan ini? kenapa aku sampai mabuk segala? sudah sesiang ini tak mungkin aku kerja." gedumelnya sambil menjejalkan makanan kemulutnya."Mana hp ku mati lagi."lanjutnya bergedumel pelan."Tunggu, mungkin aku bisa minta bantuan bibi Ana.""Eeehhheeemmm!" Dehem Vio melirik sekilas pada bibi Ana."Ada apa Nona ?" tanya Ana yang cepat tanggap."Hp ku mati..""Biar saya uruskan." bibi Ana menengadahkan tangannya."Mohon bantuannya bibi Ana." Vio tersenyum menyerahkan hpnya."Suatu kehormatan melayani anda Nona Vio."tersenyum ramah"Bibi Ana,""Iya nona.""Dimana orang itu?""Siapa orang itu?""Yah, itu, tuan mu." Vio sedikit memainkan kepalanya. "Bastian.""Ohoho... Anda sudah kangen yaaa?" goda bibi Ana dengan kekehan kecil."Siapa yang kangen?" kesal Vio dengan mulut monyong kedepan lalu melanjutkan makannya."Tuan Bastian sedang bekerja. Mari saya antar berkeliling jika anda bosan"tawar bibi Ana."Biar anda t
Bastian memasuki vilanya..."Ribut ribut apa ini?""Bas!" Alexa berlari dan memeluk lengan Bastian dengan antusias. dan manja.Huuuuhhh, dasar sampah batin. Vio yang melihatnya. Trikmu terbongkar Haah?"Bibi Ana dimana hp ku?"tanya Vio beralih pada Bibi Ana."Sebentar Nona Vio, saya ambilkan." bibi Ana berlalu."Bas, aku sudah menunggu dari tadi."Manja Alexa."Bibi Ana sangat tidak ramah padaku. Kau harus memecatnya."Vio tersenyum geli sekaligus muak."Menjijikkan! Dia yang bersalah bisa bisa nya mengadu." gumam Vio sedikit kesalSesaat kemudian bibi Ana kembali."Ini nona."menyerahkan hp vio."Siapa jalllaaang itu Sayang? Kenapa dia sampai ada dirumahmu?" Alexa menatap manja pada Bastian."Nona Alexa.." geram bibi Ana."Sudahlah Bi,Jangan buang tenaga meladeni orang gila. Nanti ketularan." Vio melangkah keluar pintu utama vila."Nona Xia."panggil Bibi Ana."Kamu... Kembali.." Suara Bastian hendak mengejar. Namun lengannya ditahan oleh Alexa ."Bas! Apa-apaan kamu? Aku ini calon istrim
"Saya,, hanya kebetulan bertemu dengan pak Nino dijalan. Dan beliau memberi saya tumpangan.""Benarkah hanya begitu saja?""Iya pak.""Ada hal lain yang ingin kamu katakan?""Tidak pak.""Aku memperingatkanmu Vio,jangan membuat skandal disini."ucap pak Dira serius."Saya mengerti.""Jujur saja bapak tak ingin tau kehidupan pribadimu. Tapi jangan sampai berita kehidupannya masuk diforom karyawan dan membuat gaduh apalagi mempengaruhi kinerjamu Vio.""Aku sudag cocok denganmu. kerjamu cukup bagus sampai sekarang. jangan buat aku kecewa."lanjut pak Dira lagi."Baik pak. saya mengerti.""Baiklah. kamu boleh keluar. Kamu ambil cuti kan hari ini.""Iya, terima kasih pak."****Malam ini Vio mengikuti Mariah ke sebuah pesta khusus. Seperti kesepakatan Vio harus menemani direktur Marsal minum dan makan malam.Dengan gaun selutut berwarna salem, Vio justru terlihat seperti gadis muda yang cantik. Vio meminum Anggurnya dan duduk diam disisi mama tirinya. Vio tak begitu peduli dengan dengan isi p
Vio tersadar namun belum membuka matanya. Membalikkan tubuhnya."Kenapa kasur ini rasanya tidak biasa? ng? keras-keras apa ini?" batin Vio meraba tubuh Bastian yang berbaring disampingnya.IIiiinniiii... Vio membuka matanya lebar-lebar. Melihat wajah Bastian didepannya.Apaaa?? Maniak sampah ini lagi? jerit batin Vio.Vio langsung duduk terbangun. Selimut yang menutupi tubuh nya melorot.Aaarrggg.... kemana bajuku? jerit batinnya lagi terkejut melihat penampilan nya yang polos.buru buru Vio menutup dadanya dengan Selimut yang melorot itu.Maniak sialan. Apa yang sudah dia lakukan padaku? Umpat Vio dalam hati.Vio bangkit dan membungkus tubuhnya. Turun dari ranjang. Mendapati pakaiannya yang berserakan dilantai.uuugghhh... ini memalukan. Vio menepuk keningnya.Terlintas dalam ingatannya bagaimana dia merayu dan menempel pada Bastian.Astaga! Itu menjijikkan. batinnya lagi malu menutup waajh dengan kedua tangannya .Vio segera memunguti bajunya dan membersihkan diri dikamar mandi. Meng
"Mengenai malam ini,..." suara Vio dalam perjalanannya kembali dari kota B."Kita lupakan saja. Dan tidak saling mengganggu."Bastian tertegun."Kenapa?""Aku tidak akan meminta pertanggung jawaban apapun darimu."kata Vio lagi. "Disini akulah yang bersalah."Walau sebenarnya aku juga korban dari wanita tua itu. Aku harus membuat perhitungan juga dengannya nanti. Tak akan kubiarkan dia berlaku seenaknya padaku. batin Vio dengan sorot mata dendam.Bastian mengeratkan cengkraman pada roda kemudi."Kau tidak! Aku yang meminta." balas Bastian tanpa menoleh."Apa?"Vio terkejut menoleh pada Bastian."Aku meminta pertanggung jawabanmu!" Bastian masih fokus menyetir."Hei! Kenapa jadi kamu yang minta pertanggung jawaban?"protes Vio tak mengerti."iya!Kamu keberatan?"datar Bastian."Gara-gara kau, aku kehilangan keperjakaanku...""Ahahahaa... lelucon macam apa ini, tuan Bastian?"gelak Vio mencibir."Ayolah, kau bilang kau masih perjaka saat pertam
Vio melangkah lebar memasuki gedung Alexander Grup. Dalam hati Vio terus berdoa agar jangan sampai bertemu felix, Rena atau siapapun itu yang tidak ingin dia temui.Vio melangkah menuju ruang manager project, tepat saat itu vio melihat felix berbelok dari gang yang lain berjalan kearahnya dengan seseorang yang terlihat lebih tua.Segera vio membalik tubuhnya menghindar mencari tempat untuk kamuflase.Semoga dia nggak melihatku tadi batin Vio merapatkan berkas didadanya. Vio menoleh mengintip ke lorong dimana felix berjalan tadi. kosong!Bagus, dia udah nggak ada. Saatnya keruangan manager project cepat selesaikan ini dan pulang. Batin Vio bertekat mengepalkan tangannya didepan dada dan menganguk yakin.Dengan langkah pasti, Vio berjalan ke ruangan manager project. Vio bersiap mengetuk."Ehem!"Dehem Felix dibelakang kepala vio, "Ternyata itu benar kamu."Felix! Kupikir dia sudah pergi. pikir Vio, tanpa menoleh.Vio coba abaikan Felix dia kembali mengetuk pintu ruang manager project. Namu