Home / Romansa / Terpaksa Menikahi / chapter lima - pelarian

Share

chapter lima - pelarian

Author: Kay
last update Last Updated: 2022-07-15 20:08:18

Vio berjalan memasuki rumahnya yang tampak masih sepi. Vio bernafas lega.

"Sepertinya Ibu dan yang lainnya belum kembali. Syukurlah."gumam Vio pelan.

Vio mengendap-endap memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Vio mengemasi barang-barangnya.

Memasukkan bajunya ke dalam koper. Setelah semua terkemas. Vio bersiap keluar dari kamarnya dilantai dua. Perlahan Vio menggeret kopernya yang memang tidak terlalu berat dan kecil itu.

Vio menuruni tangga, belum sampai setengah tangga terlewati, terdengar suara mesin mobil. Vio menghentikan langkahnya. Jantung Vio berdegup kencang. Habislah jika itu benar ibu tirinya. Tak lama terdengar suara pintu depan dibuka.

"Sialan! Ibu sudah datang!"gumamnya pelan dengan kekesalan. Vio bergegas naik kembali ke kamarnya. Vio mengunci pintu kamarnya. Vio berfikir keras, Sudah pasti dia tak akan bisa keluar mengingat perangai Mariah dan kejadian malam terakhir diantara mereka.

"Pertama sembunyikan dulu kopernya."gumam Vio menyembunyikan koper dikolong tempat tidurnya. Lalu Vio keluar dari kamarnya karena mendengar Mariah meneriakkan namanya.

"Vio!"

"Vio!"Mariah menaiki tangga ke lantai dua.

Suara Mariah begitu kuat hingga sampai ke lantai dua. Vio baru saja menutup pintu kamarnya. Sudah mendapati Mariah diujung tangga atas.

"Kau!"

"Dasar anak tidak tau balas budi!"tukas Mariah melangkah kan kaki mendekat.

"Kau sudah membuat malu keluarga Hendrawan."

Vio bersiap untuk segala kemungkinan yang terjadi. Benar saja, Mariah langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi hendak menampar Vio, namun Vio sigap menahan tangan ibu tirinya itu.

"Dasar anak tak tau terima kasih. Kami sudah merawat mu sampai sekarang. Apa ini balasan mu?" Sentak Mariah menarik tangannya.

"Aku tak pernah meminta dirawat oleh kalian. Kalau sejak awal tidak suka kenapa tak melemparkan ku ke panti?" balas Vio menatap balik Mariah.

Mariah tertawa kesal.

"Jika aku tau kau akan begitu tak tau diri seperti sekarang, sudah pasti ku lempar kau ke jalanan."

"Lemparkan saja."tantang Vio.

"Tentu saja! Aku akan lemparkan kau pada direktur Marsal. Ini karena aku sudah cukup baik pada mu, setidaknya dia bisa memberimu cukup makan dari pada di jalanan. Berterima kasihlah."

"Dia bahkan sudah memiliki istri dan anak. Apa Ibu sama sekali nggak punya perasaan?"

"Kupikir mereka tidak masalah."

"Huuuuhhh... Kalau begitu kenapa tidak kau saja yang jadi selingkuhannya?"ucap Vio menatap Mariah dari atas kebawah dengan pandangan merendahkan ."Kau lebih cocok dengan nya dari segi apapun. Kurasa Ayah pun juga tidak keberatan. Jika untuk memperluas bisnis."

"Kurang Ajar!" Mariah melayangkan tamparan di pipi Vio. Namun lagi-lagi Vio berhasil menahannya. Lalu melepas dengan mendorong.

"Aku bukan orang lemah yang bisa kau tampar sesuka hati ibu." tegas Vio menatap Mariah dengan mata menantang.

Vio berbalik dan masuk kedalam kamarnya.

BLAAMM!(suara pintu ditutup)

"Anak haram tidak tau diri!"teriak Mariah kesal dari luar kamar Vio.

"Tiga hari lagi kau harus menemui Direktur Mariah! Jangan kabur! Kau akan tau akibatnya."

Vio terdiam menahan amarahnya di dalam kamar. Vio memejamkan matanya mengatur emosinya, setitik kristal bening meluncur dari bola matanya yang indah.

"Vio. Tidak ada waktu untuk menangis! Pikirkan cara kabur dari sini." gumam Vio pelan menghapus air matanya.

Vii melihat keluar jendela kamarnya. Kamar Vio berada di lantai dua, disisi sebelah samping bangunan megah itu. Via melongok kebawah. Di ukurnya kira-kira ketinggian sampai ketanah.

Vio mencari tali di dalam kamarnya. Begitu mendapatkannya, Vio mengaitkannya pada pegangan koper. Lalu mulai menurunkannya perlahan dari jendela. Sesekali Vio menoleh kearah pintu, berharap Mariah tak menerobos masuk. Vio juga menyisir pandangan keluar area.

"Semoga tak ada yang curiga dengan apa yang aku lakukan ini."gumam Vio.

Badan Koper mendarat sempurna di tanah halaman samping. Dengan bergegas Vio menarik tali yang terkait itu hingga terlepas.

"Baiklah, selanjutnya pikirkan bagaimana cara keluar dari sini. Tak mungkin juga aku terjun dari jendela kan?"

Vio tercenung. Vio melongok lagi keluar jendela, lalu mulai menaiki jendela hendak melipir dan turun kebawah melalui pralon dan tumbuhan rambat di sisi tembok. Namun terdengar suara handel pintu dibuka. Vio urung lakukan, bergegas Vio duduk di ranjang pura-pura memainkan gawai nya.

Benar saja. Mariah muncul di balik pintu.

"Cepat keluar!" perintahnya dengan nada ketus.."Adikmu dan ipar mu sudah sampai dibawah. Kau harus ikut menyambutnya. Mereka terpaksa kembali karena kau tiba-tiba menghilang."

"Tidak. Jika mereka ada perlu denganku mereka bisa datang ke kamarku."tolak Vio melengos.

"Jangan membantah. Atau kau mau aku mempercepat pertemuan mu dengan direktur Marsal?" ancam Mariah menaikkan nada satu oktaf.

"Ceeehhhkkkk.." Vio memalingkan wajahnya.

Tak berapa lama Vio turun juga. Di ruang utama Rena dan Felix sudah duduk bersisian. Tentu saja hati Sila sakit. Bagaimana tidak, pria yang selama tiga tahun itu menjadi kekasihnya kini justru berakhir menjadi iparnya. Namun Vio tak boleh terlihat lemah dan menangis, itu akan membuat mereka senang.

"Apakah tak ada yang ingin kau katakan Vio?"tanya Mariah penuh penekanan begitu Vio menapakkan kakinya di ruang utama.

"Apa piknik nya tidak menyenangkan? Kalian kembali begitu cepat."Vio tersenyum sinis.

"Kami terpaksa kembali karena Felix khawatir kaka tiba-tiba menghilang." tukas Rena berusaha tampak senang.

"Bukankah ada hal lain yang musti kamu sampaikan Vio." ketus Mariah dengan senyum terpaksa.

"Apa yang harus aku katakan?"Vio bertanya balik, Mariah selalu saja punya cara untuk membuat dia disudutkan dan mencoba mempermalukan.

"Huuuuhh, kau bahkan kabur dari acara pernikahan adikmu,"

"Maaf kak jika kamu masih belum bisa menerimanya, tapi mau bagaimana lagi, Felix lebih memilihku."ucap Rena yang berlagak merasa bersalah itu.

Vio tersenyum geli.

Dia memang pandai berakting. Harusnya dia membintangi film saja. batin Vio muak.

"Benar Vio, walau bagaimanapun Felix adalah adik ipar mu sekarang. Harusnya kau meminta maaf karena tidak mengikuti rangkaian acara sampai selesai."Mariah berlagak menjadi ibu yang baik. Ada Felix di sana.

"Aaa, benar! Harusnya kalian juga meminta maaf padaku untuk penyebab kepergian ku itu." tukas Vio dengan senyum terpaksa.

"Apa maksud mu Vio?" sentak Mariah geram.

"Ah, aku minta maaf kak. Pasti karena sudah nggak kuat melihat Felix bersanding denganku."ucap Rena , "pasti sangat menyakitkan melihat dia lebih memilih aku yang mendapat restu dari orang tua kak Felix dari pada kak Vio. Mungkin karena mereka tau, kak Vio anak haram."

"Hmmmpp.... Ya, aku sangat berterima kasih karena menggantikan ku dan membuka mataku. Hingga aku terbebas dari pria tidak setia dan mertua yang banyak tuntutan itu." kekeh Vio tak mau kalah.

"Vio!" Felix ikut bersuara.

"Aaahh,, maaf aku bahkan tidak melihatmu lagi Felix. Untung saja kau bersuara." ucap Vio melangkahkan kakinya,

"Vio, kita harus bicara."ucap Felix beranjak dari duduknya.

"Maaf, Aku masih ada urusan diluar. Buat diri kalian senyaman mungkin di rumahku." tukas Vio lagi berjalan menuju pintu utama.

"Vio."panggil Felix hendak menyusul tapi ditahan oleh Rena.

"Vio! Kau mau kemana?" sentak Mariah menyusul Vio yang sudah memegang handel pintu, berhenti sesaat.

"Ingat kau masih harus menemani direktur Marsal tiga hari lagi."

"Baiklah! Akan ku ingat." ucap Vio tanpa menoleh langsung membuka pintu keluar.

BLAM!

Vio, menarik nafasnya dalam. Vio berjalan perlahan, dia menuju halaman samping dimana kopernya menunggu untuk di evakuasi. Vio tertegun,mendapati tempat itu kosong! Koper yang seharusnya ada di sana menghilang.

'Hei! kemana koperku?' batin Vio panik, dia bertolah toleh mencari setiap sudut area itu.

'Kenapa koperku tak ada disini? Kemana perginya? Aku sangat yakin tadi masih ada disini? Kenapa sekarang tidak ada?' Vio makin gusar dan panik.

"Mungkinkah, mereka menemukannya? Lalu menyembunyikannya?"gumam Vio antara kesal, marah dan takut bila apa yang dia pikirkan adalah benar.

'Aku tak bisa kembali masuk sekarang, bisa bisa nanti malah makin dikekang.' batin Vio menoleh kearah pintu.

'Biar saja koperku hilang, Aku tetap akan melanjutkan rencana.' batin Vio lagi.

Vio melangkah keluar halaman rumah itu, Vio tertegun.....

Bersambung....

___€€€___

Related chapters

  • Terpaksa Menikahi   Chapter enam

    Mobil putih yang Fang kendarai meluncur membelah jalan kota X dengan kecepatan sedang, Dibelakangnya berderet beberapa mobil yang mengiringi. Bastian yang duduk di jog belakang memangku wajahnya menatap keluar jendela. Sesekali Fang melirik tuannya melalui kaca.Apa yang tuan Bastian pikirkan? Dia terlihat sedikit gusar. Apakah dia gugup akan bertemu dengan nona Vio? Ohohoho.... Fang membatin dengan senyum lebar."Berhenti."Fang melirik kebelakang, lalu menghentikan laju mobilnya.Bastian keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran Korea. Fang tertegun, menatap tuannya lalu menatap plang restoran itu.Oohoooo... sengaja berhenti untuk membeli makanan korea kesukaan nona Vio, manis sekali tuan. Fang membatin lagi dengan senyum sumringah.Setelah menunggu sesaat. Bastian kembali dengan beberapa bungkusan ditangannya. Fang mengulas senyum."Hmmmppp......"Fang terkekeh"Apa yang lucu?"Bastian duduk di jog belakang bertanya datar."Tidak ada tuan."jawab Fang menstater mobilnya."kita lan

    Last Updated : 2022-07-21
  • Terpaksa Menikahi   chapter tujuh

    Makanan dalam bungkusan sudah habis tanpa sisa.Uueeeeeeekkk...Vio bersendawa. Bastian menutup mulutnya."Ahahaha... Biasanya juga aku bersikap sopan tanpa sendawa, dan makanku tidak sebanyak ini. Ini karena aku memang belum makan sejak aku keluar dari rumah sakit." ucap Vio beralasan dengan senyum canggung.Aaaaa.. Tunggu! wajah Vio berubah menjadi tak sedap dipandang. Rumah sakit mengingatkannya pada pria misterius yang membawanya, seperti yang Davi katakan.Kelebatan kehadiran orang disampingnya muncul dibenaknya.Puluhan mobil berderet disekitar rumahnya, Lalu makanan yang dia makan sekarang, juga waktu di dalam mobil.Bayangan wajah Davi dengan apa yang dikatakannya. saat dirumah sakit terlintas dibenaknya."orangnya sangat berpengaruh. Dan punya pengikut." suara Davi."Kupikir dia pacarmu, dia sangat perduli sekali padamu" suara Davi."Namanya Bastian." suara Davi.Dengan wajah canggung dan senyum yang dipaksakan, Vio menoleh ke samping menatap pada pria disampingnya."Namamu B

    Last Updated : 2022-09-02
  • Terpaksa Menikahi   chapter delapan

    Morena pagi itu melangkahkan kaki nya memasuki ruangan manager perencanaan. Setelah dia menikah dengan Felix Ferdinan Alexander, Rena langsung dipercaya menjadi manager perencanaan. Rena menangani beberapa project baru.Rena duduk di kursi kerjanya. memeriksa beberapa berkas."Aku harus menarik perhatian Neno Alkatiri agar bisa menang tender." gumam Rena, "bagaimana caranya?""Vio, mungkin aku harus memanfaatkannya." Rena tersenyum licik. "Cukup untuk menyingkirkannya dari Felix. Jika aku bisa membuatnya terlihat sebagai gadis murahan yang menjual tubuhnya pada pria hidung belang.""Hmmmpppp... hihihi... hahahah...."****Vio menatap pantulan diri di cermin. Hari ini hari pertama dia kerja setelah mengambil cuti untuk resepsi acara pernikahan adiknya Rena dengan Felix."Vio? Masih belum siapkah?" seru Davi dari luar kamar mandi."Iya." Vio keluar disusul suara siulan dari Davi.Suuiitt.. suuiitt... Cantiknya engener kita." goda Davi, Vio tersenyum malu."Sudahlah, ayo berangkat. Nanti

    Last Updated : 2022-09-02
  • Terpaksa Menikahi   Chapter sembilan

    "Ingatlah untuk makan malam dengan direktur Marsal besok." tegas Mariah dengan mendominasi."Kalau aku menolak?"tantang Vio dengan tatapan menantang."Kau akan kehilangan Nenekmu! Aku akan hentikan pengobatannya, hingga dia mati perlahan." ancam Mariah dengan mata mendelik penuh ancaman."Coba saja!"Vio menggeretakan gigi. Mariah tersenyum menang. Dia sudah lama menggenggam kelemahan Vio. Yaitu neneknya yang teramat disayanginya. Hanya Neneknyalah yang paling baik padanya. Selalu memberinya kasih sayang. Berbeda dengan anggota keluarga yang lain.Dengan kekesalan penuh Vii keluar dari rumah itu dan pergi ke warung tenda pinggir jalan."Bibi! makgauli dan pajeon."seru Vio yang masih kesal.Tak lama Bibi pemilik warung datang dengan seteko makgauli dan sepiring pajeon.Vio langsung menuang makgauli pesanannya dan meminum habis. Lalu memakan Pajeonnya dengan cepat. Vio menepuk-nepuk dadanya karena sesak yang semakin menghimpit dadanya. Rasa marah masih bergemuruh di sana. Dia ingin menge

    Last Updated : 2022-09-02
  • Terpaksa Menikahi   Bab sepuluh

    Vio duduk dimeja makan. sendirian. mengunyah makanan dengan perasaan dongkol."Apa-apaan ini? kenapa aku sampai mabuk segala? sudah sesiang ini tak mungkin aku kerja." gedumelnya sambil menjejalkan makanan kemulutnya."Mana hp ku mati lagi."lanjutnya bergedumel pelan."Tunggu, mungkin aku bisa minta bantuan bibi Ana.""Eeehhheeemmm!" Dehem Vio melirik sekilas pada bibi Ana."Ada apa Nona ?" tanya Ana yang cepat tanggap."Hp ku mati..""Biar saya uruskan." bibi Ana menengadahkan tangannya."Mohon bantuannya bibi Ana." Vio tersenyum menyerahkan hpnya."Suatu kehormatan melayani anda Nona Vio."tersenyum ramah"Bibi Ana,""Iya nona.""Dimana orang itu?""Siapa orang itu?""Yah, itu, tuan mu." Vio sedikit memainkan kepalanya. "Bastian.""Ohoho... Anda sudah kangen yaaa?" goda bibi Ana dengan kekehan kecil."Siapa yang kangen?" kesal Vio dengan mulut monyong kedepan lalu melanjutkan makannya."Tuan Bastian sedang bekerja. Mari saya antar berkeliling jika anda bosan"tawar bibi Ana."Biar anda t

    Last Updated : 2022-09-02
  • Terpaksa Menikahi   Chapter sebelas

    Bastian memasuki vilanya..."Ribut ribut apa ini?""Bas!" Alexa berlari dan memeluk lengan Bastian dengan antusias. dan manja.Huuuuhhh, dasar sampah batin. Vio yang melihatnya. Trikmu terbongkar Haah?"Bibi Ana dimana hp ku?"tanya Vio beralih pada Bibi Ana."Sebentar Nona Vio, saya ambilkan." bibi Ana berlalu."Bas, aku sudah menunggu dari tadi."Manja Alexa."Bibi Ana sangat tidak ramah padaku. Kau harus memecatnya."Vio tersenyum geli sekaligus muak."Menjijikkan! Dia yang bersalah bisa bisa nya mengadu." gumam Vio sedikit kesalSesaat kemudian bibi Ana kembali."Ini nona."menyerahkan hp vio."Siapa jalllaaang itu Sayang? Kenapa dia sampai ada dirumahmu?" Alexa menatap manja pada Bastian."Nona Alexa.." geram bibi Ana."Sudahlah Bi,Jangan buang tenaga meladeni orang gila. Nanti ketularan." Vio melangkah keluar pintu utama vila."Nona Xia."panggil Bibi Ana."Kamu... Kembali.." Suara Bastian hendak mengejar. Namun lengannya ditahan oleh Alexa ."Bas! Apa-apaan kamu? Aku ini calon istrim

    Last Updated : 2022-09-12
  • Terpaksa Menikahi   Chapter dua belas

    "Saya,, hanya kebetulan bertemu dengan pak Nino dijalan. Dan beliau memberi saya tumpangan.""Benarkah hanya begitu saja?""Iya pak.""Ada hal lain yang ingin kamu katakan?""Tidak pak.""Aku memperingatkanmu Vio,jangan membuat skandal disini."ucap pak Dira serius."Saya mengerti.""Jujur saja bapak tak ingin tau kehidupan pribadimu. Tapi jangan sampai berita kehidupannya masuk diforom karyawan dan membuat gaduh apalagi mempengaruhi kinerjamu Vio.""Aku sudag cocok denganmu. kerjamu cukup bagus sampai sekarang. jangan buat aku kecewa."lanjut pak Dira lagi."Baik pak. saya mengerti.""Baiklah. kamu boleh keluar. Kamu ambil cuti kan hari ini.""Iya, terima kasih pak."****Malam ini Vio mengikuti Mariah ke sebuah pesta khusus. Seperti kesepakatan Vio harus menemani direktur Marsal minum dan makan malam.Dengan gaun selutut berwarna salem, Vio justru terlihat seperti gadis muda yang cantik. Vio meminum Anggurnya dan duduk diam disisi mama tirinya. Vio tak begitu peduli dengan dengan isi p

    Last Updated : 2022-09-13
  • Terpaksa Menikahi   Chapter tiga belas

    Vio tersadar namun belum membuka matanya. Membalikkan tubuhnya."Kenapa kasur ini rasanya tidak biasa? ng? keras-keras apa ini?" batin Vio meraba tubuh Bastian yang berbaring disampingnya.IIiiinniiii... Vio membuka matanya lebar-lebar. Melihat wajah Bastian didepannya.Apaaa?? Maniak sampah ini lagi? jerit batin Vio.Vio langsung duduk terbangun. Selimut yang menutupi tubuh nya melorot.Aaarrggg.... kemana bajuku? jerit batinnya lagi terkejut melihat penampilan nya yang polos.buru buru Vio menutup dadanya dengan Selimut yang melorot itu.Maniak sialan. Apa yang sudah dia lakukan padaku? Umpat Vio dalam hati.Vio bangkit dan membungkus tubuhnya. Turun dari ranjang. Mendapati pakaiannya yang berserakan dilantai.uuugghhh... ini memalukan. Vio menepuk keningnya.Terlintas dalam ingatannya bagaimana dia merayu dan menempel pada Bastian.Astaga! Itu menjijikkan. batinnya lagi malu menutup waajh dengan kedua tangannya .Vio segera memunguti bajunya dan membersihkan diri dikamar mandi. Meng

    Last Updated : 2022-09-14

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi   bab 77

    Setelah Vio sadar, beberapa saat kemudian, bayi-bayi vio dibawa keruangan an vip. sang dokter juga mengarahkan bagaimana cara menyusui bayi kembar juga berlatih duduk dan bergerak pasca oprasi caesar."Sayang! Lihat! Doble J lucu sekali." Ucap Vio sambil menyusui keduanya.Bastian menelan ludahnya. Didalam ruangan itu hanya ada Bastian dan Vio dan satu dokter wanita satu perawat wanita. Tentu saja Fang dan laki laki tak di ijinkan melihat Vio menyusui. Mau mati apa mereka?Setelah beberapa hari dirumah sakit, Vio pun di ijinkan pulang. Di vila pribadi Bastian, mobil yang membawa Vio dan dan doble J berhenti dihalaman. Bastian dengan sigap memapah istrinya. menuntun wanita itu untuk masuk kediamannya.Didepan pintu, keluarga kecil itu disambut oleh bibi Ana dan para pelayan. Vio tersenyum haru. Mungkin, inilah keluarga yang selama ini dia impikan. Yang tidak dia dapatkan dari keluarga Tan.Vio mwnatap satu persatu wajah-wajah yang menyambu

  • Terpaksa Menikahi   bab 76

    "Bagaimana dokter?" Bastian sangat tak sabar dan cemas.Sang dokter tersenyum maklum."Semuanya selamat dan berjalan dengan lancar. Selama beberapa jam kedepan pasien akan ditempatkan diruang isolasi dulu. Mohon bersabar."Bastian bernafas lega, tubuhnya lemas dan merosot kebawah, seolah dia sudah tak punya tulang lagi."Ba-bagaimana dengan bayi nya?""Sangat sehat dan sempurna. Sementara kami akan menempatkannya di ruang khusus. Anda bisa melihatnya nanti.""Fang! Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bahagia, juga bersyukur.""Lakukan seperti biasanya tuan. Saya bisa menyiapkan segalanya."Fang ikut berjongkok disamping tuannya yang terduduk lemas dilantai."Tapi aku, seperti tak bertulang.""Apa anda mau saya menggantikannya untuk anda tuan?"Bastian tersentak menatap Fang."kau mau?""Tidak!" jawab Fang yakin dengan gelengan kepala mantap."Sialan kau!""

  • Terpaksa Menikahi   bab 75

    Davi meniup luka di wajah Jil. Dia mengobati bekas pukulan Andi. Davi menatap pria yang terus memperhatikannya itu."Kenapa?" tanya Davi masih mengolesi luka di wajah Jil."Seorang dokter tidak boleh terlihat memiliki memar seperti ini." ucap Davi lagi."Aku sangat bersyukur pria itu memukulku sampai seperti ini."Davi menghentikan pergerakan tangannya,"Dengan begitu aku bisa sedekat ini denganmu."Davi terkekeh kecil."Jangan menggombal." cibir Davi masih terkekeh."Harusnya kau yang menghajar dia. bukan bersikap sok gagah seperti tadi, tapi justru kena pukul lebih banyak." Ejek Davi dengan senyum geli."Sudah kubilang aku ini dokter. Mana boleh dokter menambah jumlah pasien rumah sakit dengan tangannya yang berharga ini."Davi tergelak."Jangan kau samakan dokter dengan ganster macam duo macan FB."Davi terdiam sejenak mendengar duo macan FB."Siapa duo macan FB?""

  • Terpaksa Menikahi   bab 74

    Fang berjalan dalam gang sempit di sekitar kosan Davi. Pria itu mengenakan jaket dan sepatu boot kulit. Fang berhenti tepat di ujung gang, di mana dari sana dia dapat melihat kosan Davi dengan lebih penuh dan leluasa.Fang menggigit batang rokok di mulutnya, menyalakan memantik dan menyulut rokok. Api telah padam. Bara tembakau dari rokok menyala-nyala oleh kuatnya isapan dari mulut Fang. Dia menjepit batang rokok dengan jarinya, dan menyemburkan asap ke udara.Mata elangnya tak lepas menatap bangunan tua itu dalam pekatnya malam.***Pagi yang cerah, menggantikan malam yang dingin dan gelap. Membawa hari baru yang lebih ceria, suara riang burung gereja yang hinggap di dahan pohon di samping Vila Bastian membangunkan Vio yang masih terlelap dalam pelukan hangat suaminya.Vio mengangkat lengan Bastian dari atas perutnya dengan hati-hati. Vio perlahan turun dari ranjangnya, berjinjit menuju kamar mandi, guna membersihkan diri.Pagi

  • Terpaksa Menikahi   bab 73

    Davi meremas-remas tangannya. Jantung gadis cantik itu berdetak lebih kencang dari biasanya. Dari wajahnya terlihat sekali dia sangat tegang.Jil melirik Davi dari ekor matanya. Sementara dia masih menyetir."Kenapa?""Bagaimana jika ayah dan ibumu menolak ku?" tanya Davi masih sangat gelisah.Jil tersenyum maklum."Mereka bukan orang yang kolot.""Tapi... Aku hanya gadis biasa. Aku bahkan tak punya orang tua...""Itu bukan masalah bagi mereka.""Tapii...""Percaya padaku, dan tegakkan dada mu. Heeemm?"Davi membuang nafasnya. Masih ada kekhawatiran di dirinya. Jil tersenyum gemas melihat Davi yang masih gelisah tak kunjung tenang. Pria itu menghentikan laju mobilnya dan menepi. Davi menatapnya dengan tatapan tanya."Sepertinya wanitaku ini masih butuh penyemangat dan energi positif."Jil mendekatkan wajahnya, mengecup ringan bibir ranum Davi. Gadis itupun membalasnya. Dengan

  • Terpaksa Menikahi   bab 72

    "Suamiku?"Vio, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bastian.. Sehabis pertempuran malam itu."Apa Fang sungguhan tak punya pacar?"Bastian menghela nafasnya dengan sabar."Kenapa menanyakannya lagi?""Aku hanya ingin tau.""Kau menanyakannya berulang. Dan aku juga sudah menjawabnya sampai lelah.""Bagaimana kalau kita dekatkan Davi dan Fang?""Tidak usah.""Kenapa?" Vio memukul dada bidang suaminya itu dengan sedikit mengangkat tubuhnya menjauh dari suaminya."Fang tidak tertarik pada wanita."Bastian menarik kembali lengan Vio dan mendekapnya."Jangan terlalu jauh dariku. Aku bisa kangen.""Apa sih? Orang masih disini juga.""Tubuhku kanngen. Jika tidak menempel di kulit mu.""Iiiisshhh.." Vio mencubit perut Bastian."Auuu.. sakit sayang." Bastian mengusap perutnya."Oo iya, kapan USG lagi? Aku sangat ingin melihat doble J laki-laki

  • Terpaksa Menikahi   bab 71

    Pagi itu, daun- daun basah oleh embun, tetesannya jatuh dan membias tak tapak di tanah. Sinar kekuningan menghangatkan hawa sejuk dan menyibak kabut perlahan.Dalam ruang yang begitu rapi dan manly, netra Davi mengerjab, melihat sekeliling dengan pandangan yang sedikit berkabut, lalu terang oleh biasnya warna pagi itu.Davi merasa berada di tempat yang asing. Di manakah dia? Dia tak pernah berada di sana sebelumnya. Davi bangun terduduk dengan wajah bingungnya.Davi mencoba mengingat-ingat."Aahh,, benar! Aku bersama dokter Jil."Davi pun tersentak, sekilat ingatannya timbul, Dia sempat minum saat masih berada didalam pesta. Lalu dokter Jil mengantarnya, Mereka sempat terlibat percakapan kecil. Lalu tiba-tiba Dokter Jil menciumnya. Lalu berlanjut hingga akhirnya Dokter itu membawa Davi ke Apartemennya."Astaga!" Davi menutup mulutnya tak percaya. "Apa yang sudah kulakukan? Kami bahkan melakukannya lebih dari sekali."CEK

  • Terpaksa Menikahi   bab 70

    "Fang!""Iya Nyonya?""Duduklah."Fang melihat sekitar."Bastian sedang mandi. Biasanya lama."Dengan ragu duduk di sofa yang lain disisi sofa yang Vio duduki."Mmmm... Kau bisa menyelidiki apapun kan?" tanya Vio."Apa anda punya tugas untuk saya?""Mmm... Kau tau, Davi memiliki seorang pacar. Kalau tidak salah, namanya Andi. Tapi dia tidak terlihat sama sekali di pemakaman ibu Davi. Apa kau tau kenapa?""Aaahh, pria brengsek itu sudah putus dengan Nona Davi, nyonya.""Benarkah?" Vio tampak sangat terkejut"Heem.."Vio merasa menyayangkan karena Davi bahkan tidak bercerita padanya. Vii menghela nafasnya. Tak lama Bastian ikut bergabung."Ada apa?""Nyonya hanya menanyakan tentang nona Davi, tuan."Bastian manggut-manggut."Besok kita datangi keluarga Hendrawan.""Baiklah""Kenapa begitu lesu?""Sebenarnya aku sudah

  • Terpaksa Menikahi   bab 69

    "Nona Lyn." Jil mendekat dan berhenti tepat didepan Lyn. Tangan nya menengadah, Lyn meletakkan tangannya pada tangan Jin."Selamat ulang tahun." ucap Jil sambil mencium tangan Lyn.Tentu saja itu membuat Lyn tersipu malu. Sedangkan Andi jadi marah dan kesal. Di pisahkannya tangan keduanya segera. Lalu merangkul pinggang Lyn."Dia pacarku! Jangan sembarangan menyentuhnya."Jil tercengang, begitupun dengan orang-orang disekitarnya."Sayang sekali kau sudah punya pacar." oceh Jil lembut dengan memasang wajah sedih."Ya ampuunn... Tangkapan besar lepas demi ikan teri.""Sayang sekali ya, padahal Jil terlihat begitu berharap.""Aku tidak menyangka selera Lyn begitu rendah dengan memilih pria yang tak ada apa-apanya itu."Gumaman-gumaman teman Lyn sangat menggelitik telinga Andi. Tentu saja dia sangat kesal dengan ocehan teman-teman Lyn."Tidak!" Lyn segera melepaskan tangan Andi dari pingg

DMCA.com Protection Status