All Chapters of Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier : Chapter 151 - Chapter 160

231 Chapters

BAB 151

Membiarkanmu Menang SesaatAku turun dari mobil Mas Rafli di depan pintu gerbang rumah ibu mertuaku. Dia tak bisa ikut turun karena pekerjaan yang memburunya. Ada sedikit masalah yang membelit usahanya terkait izin proyek pendirian minimarket barunya. "Mungkin aku tak bisa menjemputmu dalam waktu dekat. Tinggallah lebih lama di rumah ibu. Zayn dan Ziyan biar kuhubungi sekolahnya untuk mengantar mereka ke rumah," titah suamiku. Sebenarnya agak ribet kalau aku tak menggunakan mobil sendiri. Tetapi Mas Rafli bersikeras melarangku. "Zoya…baik-baik sama Bunda, jangan nakal." Mas Rafli melambaikan tangannya pada putri kecil kami. Zoya tersenyum sambil memandangi mobil Mas Rafli melaju pelan meninggalkan kami. Aku segera masuk ke halaman rumah ibu. Hawa sejuk karena penataan tanaman yang brilian semakin membuat lahan yang cukup luas itu sangat memanjakan mata. Tiba-tiba mataku fokus menyadari sebuah mobil yang asing bagiku sudah terparkir tepat di halaman rumah ibu. Aku tak pernah meliha
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

BAB 152

"Assalamu'alaikum." Ucapan salam dariku cukup membuat semua orang yang ada di sana terperangah. Tatapan mataku fokus pada ibu yang terlihat sedikit tak nyaman. Dewi mulai mendekati anaknya yang bermain dengan dua anak yang lebih tua dirinya. Sementara Silvi, dia memandangku dengan tatapan meremehkan. Senyumannya yang tak simetris cukup membuatku menyadari dia memang sedang berusaha menjatuhkan mentalku. "Ah Zoya… eyang kangen betul dengan anak cantik ini." Ibu meraih Zoya dalam pelukannya dan menciumi pipi manis anak itu. "Wah… ini anak gadisnya ayah Rafli ya? Cantik sekali. Beruntung sekali Mas Rafli. Baru menikah sudah dapat hadiah anak segede ini," ucap Silvi penuh basa-basi. Aku sangsi mulut itu betul-betul mengucapkan kalimat pujian atau justru sindiran mengenai statusku yang seorang janda beranak tiga saat dinikahi Mas Rafli. Dewi tak berucap banyak, hanya saja dari sikapnya dapat terlihat sekali dia berusaha menghindari tatapan mata denganku. Kubiarkan Dewi melakukan hal yan
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

BAB 153

"Zoya datang kemari tak membawa mainan apapun. Dia yang bergabung dengan Tiara, Zanita dan Kinan yang sudah asyik bermain bersama sebelum kedatangannya. Mengapa jadi anakku saja yang disalahkan? Anak ini juga pantas disalahkan. Nggak tahu sopan santun! Punya orang main embat saja!" lanjutnya sambil menatap murka anakku. Zoya amat ketakutan dengan tingkah tantenya. Aku pun kaget dengan reaksi yang diperlihatkan Dewi. "Dewi! Ibu dari tadi juga memperhatikan mereka bermain. Tadi Tiara tak mempermasalahkan Zoya memainkan boneka yang tak digunakan. Mengapa sekarang dia jadi seculas itu?" "Ibu! Bela terus Zoya dan ibunya! Ingat, Bu! Dia bukan cucu kandung Ibu! Dia cuma anak tiri Mas Rafli. Tak seharusnya Ibu memperlakukannya bak ratu yang selalu dibela. Anak ini juga harus diajari sopan santun. Jangan menginginkan barang yang bukan punyanya! Dia harus tahu diri! Jangan seperti ibunya!" Plak. Sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi Dewi. Ibu melayangkan tangan kanannya dengan cukup
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

BAB 154

SyokHari ini aku membulatkna tekad untuk mendatangi Silvi di rumahnya. Setelah pertemuan kami minggu kemarin di rumah ibu mertuaku, hampir tiap malam dia mengirimi pesan yang membuatku muak dan mual sekaligus. Belum lagi status whatsapp Dewi yang juga menyindirku dengan berbagai perumpamaan. Sungguh aku tak menyangka adik kandung Mas Rafli itu kurang atau bahkan tidak menyukaiku. Entah dari kapan, karena selama ini kami jarang sekali bertemu. Bahkan Mas Rafli dan Mbak Fatma kompak menanyaiku atas status yang dibuat oleh Dewi tersebut. Bukan hal yang sulit menebak siapa orang yang disindir dalam berbagai kalimat yang diunggah Dewi. Karena hubungannya dengan Mbak Fatma amat baik, tentu saja ketika dia menyebut ipar tak tahu malu seluruh praduga akan mengarah padaku. Bahkan dengan begitu frontalnya Dewi membuat status yang terlihat betul serangannya terhadapku. "Vin. Kamu ada masalah apa dengan Dewi? Mengapa status yang dia bagikan seperti ini?" Mas Rafli menyodorkanku sebait kalima
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

BAB 155

Rencanaku harus kualihkan karena dia sedang keluar bersama Silvi dan dua anak mereka. Entahlah, mungkin itu agenda mereka saat sang ayah yang harus berpisah jarak itu pulang. Bagaimanapun aku harus mempertimbangkan psikologis anak-anak mereka yang pasti juga butuh kasih sayang ayahnya. Sudahlah, mungkin aku harus menyabarkan diriku beberapa saat. Kebetulan hari ini Melda meminta bertemu denganku. Dia yang akan menikah bulan depan meminta saran padaku beberapa printilan yang harus disiapkan menjelang hari bahagianya. Melalui perdebatan cukup alot dengan suami, akhirnya Mas Rafli memperbolehkan aku membawa mobil. Tentu saja dia memberi persyaratan berderet-deret yang hanya kujawab dengan anggukan kepala. Kafe yang dipilih Melda terletak tak jauh dari rumahku. Mungkin pemilihan tempat ini sebagian tempat kami janjian karena dia melihat kondisiku yang mulai kesusahan untuk menyetir jarak jauh. Sebenarnya tadi dia menawariku untuk menjemput. Aku menolaknya, karena aku punya rencana lain
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

BAB 156

"Mantan istrinya Mas Rafli apa kabar? Sudah sembuh mentalnya?" tanya Melda kembali membahas hal lain. Aku mendecak tak suka. Memang aku sedang malas membahas apapun yang membuatku moodku hancur. "Sudahlah. Aku malas membahas apapun yang membuat mentalku terguncang. Fokus saja dengan persiapanmu. Jangan sampai kisahku dan Mas Rafli bersama para mantan itu memberi pengalaman burukmu. Aku takut kisah kami yang ruwet ini memberi dampak ke alam bawah sadarmu. Cukup kami yang merasakan, kamu jangan. Berat." Setelahnya kami tertawa bersamaan. Kalimat yang kuucapkan memang mirip dengan kalimat seorang tokoh saat menggombali kekasihnya. Rasanya memang lucu kami yang sudah seusia ini membahas sesuatu yang bersifat kekanakan seperti itu. "Aduh, Vin. Maaf sekali, aku harus segera pulang. Ibunya Mas Aldo ngajak ketemuan di toko kain. Ada tambahan anggota keluarga yang harus diberi kain untuk acara nanti. Nggak papa aku duluan?" tanya Melda dengan raut penyesalan. "Tak masalah. Aku juga ada aca
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

BAB 157

Kecurangan Silvi Terungkap"Vinda?!" ucap laki-laki yang berada di sebelah Silvi. Aku mengingat-ingat wajah itu. Beberapa saat aku terpaku di tempat sebelum akhirnya menyadari sesuatu yang membuat jantungku bekerja lebih cepat. "Mas Tara?" Kini pandanganku ke arah Silvi yang tak kalah syok. "Jadi… Mas Dirga suamimu itu… Mas Tara?Dirgantara?!" Silvi semakin terlihat panik. Kurasakan wajahku mengembang sempurna. Aku yakin Silvi berada di genggamanku kali ini. Mas Tara atau yang Silvi memanggilnya Mas Dirga itu mempersilahkan aku duduk di sebelah anak-anaknya. Sekadar berbasa-basi aku mencoba beramah tamah dengan kedua anak Silvi tersebut. "Vinda. Aku nggak nyangka bakal ketemu kamu lagi. Rasanya mustahil sekali bisa menemukanmu setelah belasan tahun berlalu. Kau tahu, aku dan keluargaku sangat kesulitan mencari jejak keluargamu. Sungguh kalian seperti hilang pindah ke alam lain, tak ada jejak sama sekali yang mengarahkan kami untuk menemukan kalian." Mas Dirga bahkan tak segan mera
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

BAB 158

"Ini yang membuatku malas pulang. Kau menuntutku terlalu banyak! Aku lelah menghadapimu!" Kalimat Mas Tara untuknya membuatku sedikit banyak mengetahui kehidupan seperti apa yang tengah mereka jalani. "Kau kelewatan, Mas. Bahkan kau merendahkan harga diriku di depan wanita tak tahu diri ini!" Silvi menunjuk ke arahku. Mata merahnya menatapku dengan penuh amarah. "Ada apa kau ini? Jangan bilang kau punya masalah dengan Vinda. Meski kau ini masih istriku, tetapi aku tahu persis Vinda. Aku yakin sumber masalahnya berada di tanganmu.""Jangan kelewatan, Mas. Aku tak suka kamu dekat-dekat dengannya. Dia itu racun. Aku takut kau terkena pengaruh buruk darinya!" Wanita itu kembali menunjukkan tangannya ke arahku. Aku hanya diam, mendengar pertikaian sepasang suami istri ini.Terlihat tak berperasaan memang, tetapi sakit hatiku pada Silvi yang sudah menganggu rumah tanggaku dan menjauhkanku pada keluarga suamiku membuat akal sehat serta nuraniku berhenti bekerja. "Apakah lebih baik aku pul
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

BAB 159

Sebuah Kebenaran "Mas?! Tolong. Ada Zanita dan Kinan. Jangan perdengarkan anak kalian mengenai urusan orang dewasa. Tolong selesaikan masalah ini di rumah," ucapku sebelum berlalu. Sempat kulihat kedua anak perempuan Mas Tara dan Silvi menitikkan air mata karena ketakutan melihat orang tuanya saling berkata keras. "Aku dan Karina sepakat ke dokter. Tidak hanya satu dokter saja. Lima sekaligus kudatangi demi meyakinkan diriku. Kau tahu apa vonisnya padaku? Aku divonis tak bisa memiliki keturunan. Tak ada kemungkinan sama sekali. Jika aku divonis seperti itu, lalu anak siapa mereka itu?" Kalimat Mas Tara membuatku menghentikan langkah. Seketika bumi yang kupijak berputar lebih cepat. Kupaksakan diri untuk menoleh. Kedua orang itu masih saling melayangkan tatapan penuh kebencian. Yang tak kalah membuat miris adalah kedua anak mereka saling memeluk satu sama lain. "Mas! Bicarakan ini di rumah. Apa kalian berdua tak punya otak hingga membicarakan aib di tempat umum seperti ini?!" ucapk
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

BAB 160

"Jujur aku sangat menyayangkan sikapku kemarin. Seharusnya aku tak menyampaikan kecurigaanku di depan mereka. Bagaimana pun mereka hanya tau saya sebagai ayahnya." Suara Mas Tara bergetar, aku yakin hal ini cukup berat baginya. Menyayangi dua orang anak sekaligus seperti anak kandung sendiri, berusaha sebaik mungkin menjadi ayah yang baik untuk mereka, nyatanya kenyataan buruk itu tiba-tiba saja menyeruak. Tak tahu sehancur apa hati seorang laki-laki, jika mengetahui wanitanya berkhianat sejauh itu. "Penyesalan memang di akhir, Mas. Seharusnya memang Mas Tara memikirkan hal itu dari awal. Pun sudah kuingatkan di sana, Zanita dan Kinan akan sangat tersakiti, Mas. Entah benih darimana kedua anak tersebut, hanya saja yang mereka tahu Mas Tara adalah ayah mereka," ucapku pelan. Mas Tama memijit keningnya. Aku tahu laki-laki itu tengah bimbang dengan masalah yang menghimpitnya. "Dari dulu aku sudah memintanya untuk turut serta di Kalimantan. Ada saja alasan yang dia kemukakan, aku tahu…
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status