Share

BAB 159

Sebuah Kebenaran

"Mas?! Tolong. Ada Zanita dan Kinan. Jangan perdengarkan anak kalian mengenai urusan orang dewasa. Tolong selesaikan masalah ini di rumah," ucapku sebelum berlalu. Sempat kulihat kedua anak perempuan Mas Tara dan Silvi menitikkan air mata karena ketakutan melihat orang tuanya saling berkata keras.

"Aku dan Karina sepakat ke dokter. Tidak hanya satu dokter saja. Lima sekaligus kudatangi demi meyakinkan diriku. Kau tahu apa vonisnya padaku? Aku divonis tak bisa memiliki keturunan. Tak ada kemungkinan sama sekali. Jika aku divonis seperti itu, lalu anak siapa mereka itu?"

Kalimat Mas Tara membuatku menghentikan langkah. Seketika bumi yang kupijak berputar lebih cepat. Kupaksakan diri untuk menoleh. Kedua orang itu masih saling melayangkan tatapan penuh kebencian. Yang tak kalah membuat miris adalah kedua anak mereka saling memeluk satu sama lain.

"Mas! Bicarakan ini di rumah. Apa kalian berdua tak punya otak hingga membicarakan aib di tempat umum seperti ini?!" ucapk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status