Share

BAB 164

Aku meletakkan secangkir kopi untuk Mas Rafli yang masih termenung di balkon rumah kami. Semilir angin cukup memberi ruang yang memudahkan kami bernapas di tengah himpitan masalah yang tengah menimpa.

"Mas, diminum kopinya," ucapku perlahan. Kusentuh bahunya dengan lembut. Mas Rafli meraih tanganku dan menautkan jemarinya. Aku tersenyum mencoba memberikan sedikit ketenangan padanya.

Aku tahu sekali hatinya tidak baik-baik saja. Perkataan Mas Rafli yang seolah mengabarkan pada Silvi bahwa Dewi tak akan sehancur itu akibat perselingkuhan suaminya hanyalah isapan jempol belaka. Aku yakin dia sangat tahu kondisi adiknya. Betapa Dewi amat tergantung pada laki-laki yang kukira sangat baik itu.

"Vinda. Apakah langkah kita sudah benar? Apakah rencana kita melaporkan Silvi tak akan berbalik menghancurkan Dewi?"

Benar dugaanku. Mas Rafli tengah meragu dengan rencananya. Kutarik napas perlahan dan bersiap memberikan pendapatku.

"Bandingkan jika dia mengetahui dari orang lain. Bayangkan jika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status