All Chapters of Akibat Mertua Gila Harta: Chapter 71 - Chapter 80

100 Chapters

Bab 71. Persyaratan dari Zofia

Sejak saat itu, Dianti selalu bangun lebih awal demi bisa menyetir motor ke sekolah, diikuti Edwin. Bila pulang, kebetulan Papanya sedang senggang sehingga bisa mengawasi anaknya memakai mobil dari belakang, agar dia tetap selamat. Hal itu berlangsung selama tiga hari.Selanjutnya, Dianti sudah dibolehkan berangkat sekolah menyetir motor dan pulangnya, tanpa diikuti lagi oleh Edwin. Audrey hanya bisa mendoakan dari rumah, semoga putrinya selalu diberi keselamatan.Pada Sabtu sore, Dianti mengunjungi Omanya."Assaamu'alaikum, Oma," salamnya.Zofia yang baru selesai menyetrika baju, menuju pintu. "Wa'alaikumussalaam. Tumben, sore-sore udah ke sini? Biasanya bikin tugas terus.""Hehe, iya, nih. Mumpung weekend, mau minta izin pakai Wifi, buat nonton film terbaru di salah satu aplikasi berbayar," jawab Dianti, sambil memamerkan deretan giginya yang rapi."Boleh, dong, Sayang. Masuk aja! Oma mau bicara sesuatu sama kamu," kata Zofia, lalu berjalan masuk.Putrinya Edwin mengerutkan dahi, ke
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

Bab 72. Kemarahan Edwin

Edwin dan Audrey sudah berdiri di depan rumah Juna. "Assalaamu'alaikum. Mama!" panggil Edwin, sambil memencet bel.Juna dan Zofia keluar."Wa'alaikumussalaam. Ada apa?" tanya Juna."Maksudnya apa, Ma, menyuruh anak kami beli jajanan malam-malam begini? Memangnya nggak bisa beli di Go f**d?" kesal Edwin, memperlihatkan chat di ponsel Audrey.Zofia tersenyum miring. "Kenapa? Kalian nggak suka? Dia cucuku dan pergi dengan motor yang aku beli. Jadi terserah, mau menyuruh apa!"Juna hanya diam, membiarkan aksi istrinya. Audrey menelan salivanya. "Ma, maaf, bukannya aku lancang. Namun, Dianti itu anak kami. Seharusnya Mama izin dulu ke Mas Edwin atau aku, sebelum menyuruhnya beli jajanan dan jam segini belum pulang."Edwin mengusap wajahnya kasar. "Kenapa nggak minta aku aja buat beli jajanan itu, Ma? Nggak baik anak cewek keluar malam-malam.""Tenang aja! Nggak bakal ada apa-apa. Wong dia perginya juga sama temen cewek. Dianti itu udah gede, remaja yang harusnya bebas dari aturan orang t
last updateLast Updated : 2023-02-25
Read more

Bab 73. Zofia Semena-Mena

Dianti duduk di ruang tamu dalam rumah Papanya. Dia hanya bisa menatap arlojinya yang menunjukkan pukul setengah enam. Masih banyak waktu sebelum naik motor ke sekolah, padahal dia berharap bisa menggunakan alasan takut terlambat, supaya tak dimarahi orang tuanya. Audrey berdiri tak jauh darinya sambil melipat kedua tangan di dada. Edwin mondar-mandir di depan meja. Dia bingung mau memulai dari mana. Sebenarnya merasa kasihan melihat anaknya yang ketakutan, tetapi dia harus tegas. "Katakan kepada Papa yang sejujurnya, Nak!" pinta Audrey, pelan.Putrinya mendongak. "Apanya, Ma? Aku jujur, kok, semalam beli jajanan sama teman. Terus, pas mau pulang, Oma WA, pesan salah satu jenis jajanan. Udah diganti uangnya juga semalam.""Bukan masalah sudah diganti atau belum, Nak!" sela Edwin dengan suara pelan, berusaha supaya tidak emosi. "Namun, lihat jam berapa kamu pulang?""Se-sembilan malam, Pa," jawab Dianti, takut-takut."Nah!" teriak Papanya, membuatnya terkejut. "Itu sudah sangat malam
last updateLast Updated : 2023-02-26
Read more

Bab 74. Kenakalan Remaja

Sejak saat itu, Zofia bertambah semena-mena dalam mengendalikan Dianti. Edwin sudah kewalahan untuk mengarahkan anaknya. Sementara itu, Audrey menjadi sering curhat melalui WA dan telepon ke ibunya, Lia, sambil terus berusaha sabar.Dianti tumbuh menjadi remaja yang suka keluar malam, meskipun belum mengenal pacaran, karena dia tipe perempuan yang pemalu. Edwin lebih fokus untuk mengembangkan usahanya. Demikian pula Audrey. Penjualan gamisnya meningkat pesat. Dia meneruskan program menabung untuk masa depan, tanpa sepengetahuan Juna atau Zofia.Evan, Natasha, Sinta dan Joe sudah jarang memperhatikan keluarga Edwin lagi. Masing-masing sibuk dengan urusan kantor dan masalah prestasi anak--yakni Sean dan Syifa--di sekolah yang kadang naik-turun peringkat. Bagi keempat kakak ipar Audrey tersebut, yang penting punya anak pintar supaya kelak lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Mereka tidak menggunakan parameter Alquran dan Sunnah. **Semua seperti mengalir begitu saja, hingga tiga tahun lam
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

Bab 75. Menenangkan Diri

Hari sudah menjelang siang. Audrey sampai di depan rumah Fandi."Assalaamu'alaikum, Pak, Bu?" salamnya, sambil mengetuk pintu.Dia mengembuskan napas panjang, merasa lega seolah beban yang di pundak hilang begitu saja, meski baru melihat pelataran rumah di mana dia dibesarkan.Seorang perempuan keluar sambil menjawab, "Wa'alaikumussalaam wa rahmatullaah. Eh, kamu, Nak?" Audrey menjabat dan mencium tangan ibunya. "Iya, Bu. Alhamdulillaah perjalanan lancar.""Loh, mana suamimu?" tanya Lia, sambil celingukan."Tadi diantar sampai terminal. Mas Edwin keburu kerja, ada meeting penting. Jadi, aku naik G**b sampai sini," sahut Audrey.Ibunya menatap dengan tatapan kasihan. "Pasti capek, ya? Ayo istirahat dulu!""Nggak terlalu, kok, Bu. Biasanya malah sering naik G**b buat beli bahan kain di kota.""Ya, yang penting kamu sampai di sini dengan sehat dan selamat," timpal Lia, mengantarkan putrinya ke ruang tamu."Duduk di sini aja, Bu. Aku mau cerita," ajak Audrey.Lia mengerutkan kening. "Loh,
last updateLast Updated : 2023-03-07
Read more

Bab 76. Edwin Mulai Bangkrut

Audrey menarik napas panjang, lalu mengembuskannya kembali. "Bagaimana dengan hari tua Ibu dan Bapak nanti? Lebih baik, ini disimpan saja. Kalau aku sama Mas Edwin, kan, masih muda. InsyaaAllaah bisa mengandalkan kesehatan fisik untuk bekerja dalam mencari rezeki-Nya." "MaasyaaAllaah. Bapak kagum sama kamu, Nak. Semakin hari, semakin bertambah dewasa," timpal Fandi, lalu tersenyum lebar. "Iya, Audrey itu perempuan baik dan tulus. Ibu heran, kenapa mertuamu itu bisa berbuat sejahat ini sama kamu. Kurang sabar apa coba?" kesal Lia."Sudah, Bu. Nggak usah diperpanjang. Kalau kita terus mengotori hati dengan kebencian, apa bedanya kita sama mereka yang membenci? Aku cuma mau minta doa sama Bapak dan Ibu, agar aku bisa lebih sabar dalam menghadapi setiap ujian yang Allah berikan," pinta Audrey, dengan suara lembut.Pria yang rambutnya telah berubah itu mengelus pucuk kepala putrinya. "Pasti, Nak. Kami akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu."Lia menatap sendu pada anak semata wayangn
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

Bab 77. Seolah Kehilangan Anak

"Sudah bangun, Nak? Makan dulu, gih!" perintah Audrey yang duduk di ruang tamu dan melihat putrinya melintas."Mau makan di rumah Oma aja. Assalaamu'alaikum," pamit Dianti, sambil menghentikan langkahnya.Mamanya menarik napas panjang, lalu mengembuskannya kembali. "Nak, Mama udah capek-capek masakin buat kamu, loh!"Gadis itu memaksakan senyum di bibir. "Maaf, Ma, tapi aku belum lapar. Nanti kalau nggak lupa. Maaf, hatiku masih sakit atas perkataan Papa tadi pagi.""Oh, ya sudah. Hati-hati. Wa'alaikumussalaam." Audrey tak mampu berkata apa-apa jika sudah menyangkut dengan penghasilan sang suami.Dianti berjalan cepat sambil bersungut-sungut. Sampai di depan rumah Omanya, dia berhenti sejenak."Assalaamu'alaikum. Oma!" panggilnya.Tak ada jawaban. Dia segera masuk ke ruang tamu karena memang sudah biasa seperti itu, lalu memanggil Omanya. Dari atas tangga, muncul Zofia yang tampak seperti baru bangun tidur."Ada apa, Nak?" tanya wanita yang sudah tua itu, sambil mengucek matanya. Dia
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

Bab 78. Aturan Keluarga Juna

Beberapa bulan kemudian , kinerja Edwin di kantor mulai menurun. Dia tak begitu semangat menjalani hidup. Mulai dari sedikitnya penghasilan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, menghadapi protes para mantan karyawan yang di-PHK, sampai perasaan gagal sebagai ayah yang terus saja menghantui.Edwin ingin sekali protes pada Juna atau Zofia, tetapi dia tak percaya diri karena tidak mampu mewujudkan keinginan Dianti untuk kuliah. Perkataannya pada sang Papa dan Mama untuk memberikan pendidikan terbaik kepada Dianti, walaupun dengan keterbatasan ekonomi, tidak bisa dia buktikan. Semua omong kosong belaka.Audrey terus berusaha menyemangati suaminya, sambil menikmati peran sebagai penjual yang dagangan gamisnya sudah sangat laris. Dia sudah tak mempedulikan tentang Dianti, karena hanya akan menambah beban pikiran. Dia fokus untuk bahu-membahu bersama Edwin dalam mencukupi biaya hidup, serta menabung untuk hari tua.Dua bulan pertama, Edwin masih bisa bertahan. Namun, bulan selanjutnya, dia j
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

Bab 79. Terserang Penyakit Jantung

Sudah dua jam lamanya Dianti tak bisa tidur, karena khawatir sekaligus takut. Mana mungkin perempuan belia seperti dia menikah? Seperti yang dia tahu, menikah itu bukan hanya soal mengikat janji antara dua insan yang saling mencintai. Namun, bagaimana menghadapi ujian rumah tangga yang akan datang, seperti yang sering dia lihat dari postingan reels Insta***m. Diam-diam, dia menangis meratapi nasibnya yang begitu buruk, menurutnya. Dia ingin kembali ke pelukan sang Mama, tinggal di rumah Papanya. Namun, itu artinya menjadi pecundang, yang menelan ludah sendiri."Aku sendiri yang memilih keluar dari rumah itu dan tinggal bersama Opa. Apapun yang terjadi, aku harus siap dengan segala konsekuensi. Kenapa juga, dulu main janji-janji, sebelum tahu peraturan apa yang harus kuturuti," gumamnya, dengan suara parau.Dia pun berusaha untuk memejamkan mata, sambil berdoa dan berzikir. Teringat, bagaimana sang Mama mengajarkannya dulu.Pagi harinya, Dianti bangun, mandi dan mengenakan pakaian san
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

Bab 80. Perjodohan

Beberapa hari kemudian, Dianti melakukan aktivitas seperti biasanya di rumah Juna. Bedanya, pagi hari dia menjenguk Edwin. Anehnya, Opa, Oma serta semua Om dan Tantenya sama sekali tidak menengok meski hanya sekali. Audrey mencoba tabah akan hal itu.Pagi harinya, Juna dan Zofia menyuruh Dianti agar dandan yang cantik, karena sebentar lagi, mereka akan mengenalkan seorang pemuda tampan dan kaya, dengan cara mengundangnya untuk datang ke rumah. Dianti hanya menurut, karena sudah dipengaruhi sejak kecil.Tak hanya itu. Evan dan Joe bahkan rela izin tak masuk kantor untuk membelikan ponsel keluaran terbaru untuk Dianti, karena mau menerima perjodohan itu. Sementara Sinta dan Natasha membuat camilan serta memasak berbagai makanan yang enak untuk menjamu tamu yang akan datang.Memang, ini adalah rencana terbesar yang sudah disiapkan sejak dulu, saat Dianti masih sekolah. Masing-masing tersenyum licik, akhirnya berhasil juga setelah menunggu sekian lama, demi melihat Audrey sengsara.Semua
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status