Azan Magrib berkumandang. Dianti baru pulang ke rumah."Assalaamu'alaikum, Pa, Ma," salamnya, sembari mencium tangan kedua orang tua.Edwin dan Audrey kompak menjawab, lalu saling memandang karena putri mereka sudah berganti baju."Aku tadi udah mandi di rumah Oma, terus ini baju baru, yang dibeli di mall tadi," kata Dianti, seolah mengerti kebingungan Papa-Mamanya."Oh, iya, Nak. Kamu senang?" tanya Edwin.Anaknya mengangguk. "Senang, dong, Pa! Lihat, deh! Aku udah punya HP kayak punya Sean dan Syifa." Dia menunjukkan ponsel dari dalam sakunya.Kedua mata Audrey terbelalak. "Ba-bagus sekali, Nak. Ini pasti mahal, ya?""Nggak tahu, Ma. Yang penting, aku udah punya. Ya, kan?"Mendengar tanggapan itu, Mamanya hanya bisa menelan ludah. Harga ponsel di tangan Dianti seharga dengan 25 buah gamis jualannya."Alhamdulillaah. Sekarang, udah puas, dong? Nggak minta lagi, atau merajuk ke Papa-Mama? Udah azan. Wudu dulu, gih, terus salat jamaah!" perintah Edwin. "Oke, Pa!" Perempuan kecil itu b
Terakhir Diperbarui : 2023-02-08 Baca selengkapnya