Home / Rumah Tangga / Istri hanya Status / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri hanya Status : Chapter 71 - Chapter 80

133 Chapters

Bab 71. Meminta Izin.

"Seharusnya biarkan saja dia mendekam di penjara sekian waktu biar ada efek jeranya?" tanya saat itu setelah orang tuanya Satria meninggalkan rumah mas Abian."Aku tidak tega melihat ibunya menghiba begitu. Lagian, aku pikir dia sudah sedikit jera setelah berurusan dengan kantor polisi. Aku hanya ingin melihatmu segera bebas dari Satria. Bisa saja ibunya akan tetap membebaskan Satria dengan cara yang lain. Setelah itu dia justru akan mempersulit proses perceraian kalian. Aku tidak mau itu terjadi." Saat itu aku tertegun dengan jawaban mas Abian. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Padahal lelaki itu korban dan berhak menjebloskan Satria. Namun, ia lagi-lagi memikirkan aku. "Ibu setuju dengan pendapat Abian. Orang tuanya Satria pasti akan melakukan apa pun untuk membebaskan anaknya. Lebih baik kita yang mencabut laporannya dengan sedikit menekan mereka," timpal ibu pada saat itu.Itu sebabnya proses perceraian kami itu tidak berbelit dan terhitung cepat karena Satria tidak pernah
last updateLast Updated : 2022-07-15
Read more

Bab 72. Berbicara dengan Bi Baidah.

****"Bi. Bibi tidak perlu khawatir dengan tanah yang dihibahkan pada Silvia. Saya tidak akan menerimanya," ucapku saat duduk berdua di kamar bibi. Ibu dan mas Abian menunggu di ruang tamu. Aku tidak mau dimusuhi oleh istrinya paman terus menerus. Semua ini harus segera diselesaikan. Toh, tanpa harta hibah itu selama ini aku bisa hidup. "Memang sudah seharusnya kamu tidak menerimanya!" Jawaban bibi sangat ketus. Tetapi tak apa, toh yang terpenting aku sudah memberitahukannya. "Kamu itu sudah aku urusi dari dulu. Sudah banyak makan biaya dari kami. Bahkan kami pun turut membiayai kuliahmu!" Bibi kembali bersungut-sungut. Biaya kuliah? Semuanya itu ditanggung oleh ibunya mas Abian. Mengapa dia merasa mengeluarkan biaya untukku? "Aku tidak pernah membiayai kuliahnya Silvia. Semua itu sudah ditanggung oleh ibunya Abian," bantah paman Gozali.Bi Baidah membuang muka ke arah tembok saat aku dan paman menatapnya. "Paman memang tak seharusnya Silvia menerima tanah itu. Jujur Silvia tida
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 73. Mencari Informasi.

"Waalaikummussallam. Mari, Bu, Mbak, masuk!" Aku membuka pintu kamar dengan lebar. Mempersilakan kedua wanita cantik itu untuk masuk ke dalam tempat tinggalku. "Silvia, kenalkan ini anak ibu namanya Nanda." Ibu kos-an memperkenalkan putrinya padaku. Aku pun menerima uluran tangan gadis cantik di depanku. Aku menatap wajah gadis itu dengan penuh ketakjuban. Hidung bangir, pipi mulus bak porselen, mata bulat, dagu lancip, lesung di kedua sisi pipinya. Alis hitam tanpa dilukis, bulu mata yang lentik. Satu kata untuknya, sempurna! Betapa indah ciptaan Allah di hadapanku ini. Sebagai seorang wanita aku merasa minder seketika."Nanda. Kamu bisa bertanya banyak hal tentang Abian pada Silvia. Dia ini anak angkatnya Bu Anis. Atau adik angkatnya Abian. Bunda yakin dia bisa menjadi sumber rujukan yang baik dalam mendapatkan informasi tentang calon imammu itu," tutur Bu Minda. Calon imam? Apa ini Nanda yang waktu itu disebutkan oleh ibu saat di rumah sakit? Apa memang mas Abian akan dijodohkan
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 74. Ke geseran?

Terima kasih banyak ya atas informasinya. Semoga kedepannya kita bisa semakin akrab. Aku berharap kamu akan membantu kedekatan kami." Tangan halus itu meremas kedua telapak tanganku. Wajah cantiknya menatapku dengan penuh permohonan. Aku hanya bisa mengangguk pasrah."Aku akan mencoba membantumu sebisa mungkin. Semoga mas Abian mau membuka hati untukmu," balasku. Lagi-lagi antara hati dan ucapan tidak sejalan. Jahatnya hatiku karena tidak mengamini ucapanku sendiri. Munafiknya diri ini! Sungguh aku tak menyukai ini!Mbak, bukankah di Jogja banyak lelaki yang lebih dari mas Abian tetapi mengapa memilih ingin kenal dengan kakak angkatku itu? Mbak Nanda cantik pasti banyak yang ingin melamarnya?" Akhirnya pertanyaan itu meluncur dari mulutku. Aku sudah tidak tahan menyimpan dalam kepala."Dia lelaki pilihan ibu. Aku hanya mau menikah dengan pilihan beliau. Memang benar sudah ada beberapa pria yang melamarku tapi semua ditolak oleh ibu. Beliau bilang tidak ada yang cocok untukku. Namun,
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 75.Abi Dilamar

"Bian. Kamu harus pulang sebelum jam makan siang," ucap ibu melalui sambungan telepon. Aku melirik jam di pergelangan tangan. Masih jam setengah sebelas siang. "Ada apa memangnya, Bu?" Tumben-tumbenan ibu menyuruhku pulang di saat jam kerja begini. Sesuatu yang langka terjadi. "Pokoknya harus pulang! Ibu tidak bisa membicarakan ini di telepon!" Suara ibu terdengar tak mau dibantah. Aku terpaksa harus mengiyakan. Aku pun hanya sanggup mengatakan ia sebelum membalas salam dan mengakhiri telepon ibu.Hal penting apa yang membuat ibu harus menelpon aku seperti ini? Biasanya beliau akan menunggu aku pulang bila ada apa-apa.Mungkin sangat darurat dan harus selesaikan sekarang. Baiklah karena ini yang meminta ibu maka aku tidak boleh menolaknya.****"Bian." Ibu memandang wajahku dengan seksama. Saat ini aku sudah berada di rumah. Kami berbincang di ruang keluarga. Ibu terdiam beberapa saat sebelum melanjutkan bicaranya. Semakin membuatku penasaran. Apa yang ingin beliau sampaikan? "Ta
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 76. Melamar

Ya Allah semoga Engkau bukakan pintu hati Silvia sehingga mau menerima hamba-Mu yang banyak dosa ini sebagai suaminya. Ya Rabb ... izinkan dan ridhoi hamba yang berkubang dosa ini menikah dengan Silvia kembali. Hamba ingin memperbaiki semua kesalahan di masa lalu. Doa di dalam hati terpaksa diberhentikan saat mendengar orang mengucapkan salam. Suaranya sangat familiar di telinga ini. Aku mematung beberapa detik saat menatapnya yang baru muncul di hadapanku. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya. Namun, kali ini jantungku berdetak abnormal dari biasanya. Ada apa ini? Apa mungkin aku akan melamarnya? "Sini, Nak!" Ibu menepuk kursi di sampingnya setelah memeluk dan mencium wajah ayu yang selalu aku rindukan itu.Silvia terlihat bingung. Mungkin dia pun merasa aneh dengan undang ini. Terlebih saat mata kami bertemu pandang. Dia terlihat gugup. Apa dia tahu kalau aku akan melamarnya? "Bian. Ibu mau menyiapkan makanan siang. Kalian ngobrol dulu. Nanti kalau sudah siap ibu panggil."
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 77. Minta Dibatalkan.

"Kalau paman Gozali setuju Silvia manut saja," jawabnya lirih sambil menunduk dan memilin ujung jilbab segi empatnya itu."Alhamdulillah." Aku dan ibu mengucapkan secara bersamaan.Aku lega, cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Lebih lega lagi, aku akan dipaksa ibu untuk menemani lamaran Nanda."Besok kita akan mengunjungi rumah paman," kataku antusias. Calon istriku mengangguk. Begitu pun dengan ibu. "Bagaimana dengan Nanda, Bu?" tanyaku setelah Silvia pergi ke belakang untuk meneruskan pekerjaan ibu yang belum selesai tadi. Ternyata ibu tidak benar-benar mempersiapkan makanan di meja tapi hanya pura-pura pergi agar aku segera melamar Silvia. Buktinya, setelah itu ibu meminta Silvia untuk melanjutkan pekerjaannya. "Itu urusan gampang. Ibu tinggal bilang kamu sudah memiliki calon istri sehingga tidak bisa menerima lamarannya." Ibu menyakinkan aku."Apa semudah itu, Bu? Bagaimana kalau mereka marah?" Ada rasa bersalah yang hinggap di dadaku."Apa kamu mau menerima lamaran itu?" T
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 78. Apakah Ibu Setuju?

"Aiza. Aku pulang dulu, ya. Tolong diawasi semuanya," ucapku setelah turun dari tangga. Teman sekaligus sepupu mantan suaminya Silvia mengangguk."Nggak balik lagi, Pak Bian?" tanyanya sambil menatapku setelah memasukan baju ke manekin. Dia profesional, di tempat kerja memanggilku dengan sebutan Pak. Meski di luar kembali menyapaku dengan nama asli."Nggak tahu. Kita lihat situasinya dulu. Nanti aku kabarin kalau memang tidak bisa balik lagi ke sini," kataku sebelum benar-benar melenggang meninggalkan toko.Kini dia menjadi orang kepercayaanku. Aku tahu orangnya jujur dan tidak banyak tingkah. Ya, sesuai dengan janjiku dulu padanya karena telah membantu Silvia ke luar dari Satria. Kini aku mempekerjakan Aiza di toko baju pusat milikku ini. Kebetulan salah satu karyawanku ada yang resign, katanya mau menjadi ibu rumah tangga secara full. Bukan istri paruh waktu. Itu sih pilihan. Sebagai seorang atasan aku tak punya hak untuk melarang karyawan berhenti. Aku pun nanti menginginkan is
last updateLast Updated : 2022-07-17
Read more

Bab 79. POV Silvia.

"Nanda depresi, Mas." "Terus hubungannya dengan pernikahan kita apa?" "Bu Minda memohon dengan sangat padaku agar merelakan mas Abian menikah dengan anaknya. Dia seperti itu karena mas Abian, katanya." Ibu menarik napas dalam-dalam. "Ibu tidak menyangka dia begitu terluka atas penolakanmu, Bian. Ibu pikir tidak ada masalah lagi setelah memberikan jawaban pada Minda waktu itu." Tatapan ibu menerawang. "Mas, Bu. Silvia rela membatalkan pernikahan ini demi Nanda. Mas pasti akan bahagia menikah dengannya. Dia sampai depresi seperti itu karena terlalu mencintai mas Abian." "Omong kosong macam apa ini, Silvia? Demi orang lain kamu mengorbankan diri sendiri. Kamu pikir semua ini kesalahanku? Dia depresi karena aku? Sehingga aku harus bertanggung jawab atas semua ini. Itu tidak akan pernah terjadi!" Aku berdiri dan hendak meninggalkan mereka. "Mas …." Aku menghentikan langkah tanpa menoleh ke arahnya barang sebentar pun. "Mas, kamu tidak akan ngomong seperti itu kalau tahu dan melihat
last updateLast Updated : 2022-07-17
Read more

Bab 80. Sebenarnya Ada Apa?

"Ada ucapan kamu yang saya sesalkan hingga saat ini." Ucapan Bu Minda sukses membuatku kaget. "Ucapan yang mana, Bu?" tanyaku penasaran."Kenapa kamu membesarkan hati anak saya kalau ternyata kamu sendiri yang akan menikah dengan Abian? Kenapa kamu mengatakan anak saya cocok dengannya padahal ucapan itu hanya pemanis buatan. Kamu tidak sadar ucapanmu itulah yang membuat Nanda melambung tinggi kemudian dia merasa terhempas ke jurang yang paling dalam saat Bian menolak lamaran kami dan memilih melamar kamu. Secara tidak langsung kamulah yang menyebabkan anak saya begini! Sekarang saya minta kamu bertanggung jawab!" Benarkah aku yang menyebabkan Nanda menjadi begini? Benarkah semua itu salahku? Seketika rasa bersalah terus menghatui pikiranku.Ucapan Bu Minda terus terngiang di telinga. Aku pun memutuskan untuk menghubungi mas Abian. Aku rela mundur kalau memang itu bisa mengembalikan ke kondisi Nanda. Aku rela tidak bersama dengan orang yang aku cintai. Mungkin ini memang takdir ya
last updateLast Updated : 2022-07-17
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status