Semua Bab Istri hanya Status : Bab 61 - Bab 70

133 Bab

Bab 61. Apa Alasannya?

"Bu." Suaraku tertahan di kerongkongan. Bu malah mengulum senyum ketika menatapku. Apa ada yang lucu dari ekspresiku? Aku mengerutkan kening. "Kok ibu malah tersenyum?" "Sepertinya kamu menanggapi serius ucapan ibu, Nak." Ibu mengelus pundakku."Maksudnya, Ibu tadi hanya bercanda?" Aku menerka. Cinta pertamaku mengangguk. "Ibu sukses membuat Bian jantungan." Aku menepuk-nepuk dada. Ibu malah tertawa bahagia melihat rautku."Tidak ada alasan ibu untuk menolak perempuan itu. Ibu pasti akan menerima Silvia kembali setelah dia resmi bercerai dengan suaminya. Namun, ibu mohon jangan pernah sakiti dia lagi." Aku bernapas lega. Sebelum ibu meminta aku telah berjanji di dalam hati. Jika diberi kesempatan untuk hidup bersama Silvia maka tidak akan pernah aku sia-siakan hidupnya. Obrolan kami berhenti ketika paman Gozali kembali ke mobil."Sudah siap, Paman?"Lelaki itu mengangguk. Aku pun mulai melajukan kuda besi kesayangan.Hening. Tidak ada obrolan yang kami bahas. Kami larut dalam la
Baca selengkapnya

Bab 62. Ada Apa dengan Silvia?

Aiza mengangguk tanda paham dengan pertanyaan itu. Kemudian dia menatap lekat wajah kami satu persatu."Setelah saya kasih tau. Tolong nanti jangan ada yang mengungkapkan ini pada keluarga Satria. Bawa saja Silvia pergi dari rumah itu dengan alasan yang lainnya. Anggap kalian tidak mengetahui ini. Jangan sampai mereka tahu kalau saya telah memberitahukan masalah ini." Aku menatap ibu dan paman secara bergantian. Mereka pun mengangguk. "Sebenarnya ada apa, Nak?" Ibu mewakili kami berdua."Sebenarnya begini. Satria memiliki kakak perempuan yang saat ini sedang lumpuh. Selama ini tinggal di Riau. Dalam waktu dekat ini suaminya akan mengembalikan ke sini. Lelaki itu tak sanggup lagi mengurusnya. Kebetulan dia juga tak memiliki anak." "Aku paham. Mereka ingin menjadikan Silvia sebagai perawat gratisan begitu?" Aku langsung menebak pokok permasalahannya. Aiza mengangguk.Ibu beristighfar berkali-kali. Mungkin berusaha menetralkan hatinya yang mulai emosi. Paman Gozali mengatupkan bibirny
Baca selengkapnya

Bab 63. Emosi Paman.

Hatiku sakit menyaksikan kekasih pujaan dalam kondisi seperti itu. Silvia kami temukan dalam keadaan pingsan. Matanya terpejam. Wanita itu pun tidak merespon dan menyahuti panggilan serta pelukan ibu."Astaghfirullah …." Ibu histeris saat meraba jidat perempuan di depannya. Spontan paman pun jongkok dan melakukan hal yang sama dengan ibu. "Ayo kita bawa ke rumah sakit." Paman segera mengangkat tubuh keponakannya. Meskipun tua, lelaki berperawakan sedang itu memiliki fisik yang kuat. Ia mampu membopong Silvia seorang diri. Terbiasa bekerja keras, sih. Aku pun berlari ke arah luar. Akan membuka kan pintu mobil. "Eh, mau pada ke mana kalian?" Istri mudanya Satria yang sedang duduk dalam ruang tamu tampak kaget dengan kami yang keluar membawa Silvia. Rupanya ia sedang menelpon."Kami mau membawa Silvia ke rumah sakit." Ibu menjawab dengan ketus sembari terus berjalan dengan langkah lebar."Mas, mereka membawa Silvia pergi!" adunya pada seseorang di sana. Aku meyakini orang tersebut S
Baca selengkapnya

Bab 64. Membawa Silvia.

Mata paman menyapu wajah mereka semua. Tak ada satu pun dari mereka yang menjawab. Semua bungkam. Mungkin mereka tidak menyangka masalahnya seberat itu."Maaf kami harus segera pergi." Paman pamit pada pak RT. Lelaki yang diajak bicara hanya bisa mengangguk. "Bilang sama suami kamu suruh menunggu surat dari pengadilan agama." Kini paman berbicara pada Arumi. Wanita itu hanya bisa menunduk.Aku pun segera masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi. Aku menoleh ke arah kursi tengah. Silvia sudah sadarkan diri. Dia memandangku dengan tatapan kosong. Ibu sedang mengelus-elus kepalanya.Keadaan Silvia benar-benar memperhatikan. Wanita yang aku kenal kuat dan hebat itu kini menjadi lemah. Sepertinya bebannya kini lebih berat lagi daripada yang aku berikan dahulu. Ah, aku jadi teringat betapa brengseknya diri ini dulu. "Sebaiknya kita rawat Silvia di rumah saya saja, Pak. Tidak menutup kemungkinan Satria akan mencarinya di rumah Bapak dalam waktu dekat ini," ucap ibu di dalam mobil
Baca selengkapnya

Bab 65. Bukti Apa?

Aku menemui ibu dan Silvia terlebih dahulu. Aku memberitahu mereka dengan suara pelan, bahwa ada Satria di luar. Jangan sampai Silvia keluar saat aku berbincang dengan lelaki itu nantinya. Sebisa mungkin aku akan menyembunyikan Silvia dari lelaki pengecut model dia.Setelah menjelaskan dan mereka paham, segera aku menuju pintu depan. Sebenarnya aku sangat penasaran dari mana manusia itu tahu alamat rumah "Mau ketemu siapa?" tanyaku setelah membuka pintu. Entah mengapa hatiku tidak ingin beramah tamah dengannya. "Mau menjemput istriku," jawab Satria dengan penuh percaya diri. "Kenapa kamu yakin istrimu ada di sini? Memangnya dia ke mana?" Aku ke luar menuju teras kemudian menutup pintu depan. Aku sengaja tidak mempersilakan dia masuk ke dalam rumah."Karena aku yakin kamu yang menyembunyikan istriku." Pria yang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana itu seolah menantangku. "Untuk apa aku menyembunyikan istrimu?Bagaimana bisa kamu kehilangan istri yang tinggal di rumahmu
Baca selengkapnya

Bab 66. Dari Mana Dia Tahu?

"Aku memiliki video yang bisa dijadikan buktinya, Mas, Bu. Dia menampar aku waktu itu." Silvia merogoh saku androknya. Tangganya mengambil handphone. Jemarinya segera mencari galeri. Kemudian men scrollnya."Ini buktinya." Silvia mulai memutar rekaman tersebut.Di situ mataku membulat sempurna saat tangan lelaki itu mendarat sempurna di pipi Silvia. Dalam video itu, terlebih dahulu Satria memaki Silvia. Mengatakan bahwa istrinya adalah wanita murahan yang mau dibawa pergi oleh lelaki lain. Dia mengatakan tamparan itu adalah ganjaran yang pas untuk Silvia. Aku tidak tega melihat Silvia meringis sembari memegangi pipinya yang bekas tamparan Satria. Kurang ajar sekali dia memandang rendah Silvia. Seharusnya otaknya digunakan untuk mikir kenapa istri mau kabur dari rumahnya? Kurang ajar! Dia sudah berani main tangan pada Silvia. Aku mengepalkan tangan. Kalau memukul orang itu tidak ada hukumannya ingin rasanya aku menghajar Satria hingga babak belur. Sebagai balasan karena telah bera
Baca selengkapnya

Bab 67. Ternyata.

Saat ini aku menatap jam yang melingkar di pergelangan. Jarumnya menunjuk ke angka satu lewat lima belas, siang. Saatnya berkemas. Aku akan pulang lebih awal hari ini karena ada paman Gozali yang akan berkunjung ke rumah. Aku menuruni tangga sembari melihat ke arah karyawan yang sudah bersiap untuk mulai bekerja kembali. Saat jam istirahat dari pukul 12 hingga 1 siang toko sengaja kami tutup. Aku ingin memberikan ruang untuk mereka supaya bisa istirahat secara maksimal."Pak." Langkah ini terhenti ketika Sandra memanggilku. "Ada apa, Sandra?" Aku memandang wajah gugup di depan ini. Dia menunduk sebelum akhirnya menatapku dengan takut-takut."Kenapa, kamu seperti memiliki salah salah sama saya?" tanyaku dengan dahi mengkerut."Anu, Pak. Maaf kemarin saya sudah lancang." Sandra menundukkan wajahnya."Lancang? Lancang kenapa? Kamu mencuri?" cecarku. Gadis di depanku menggelengkan kepalanya."Bukan itu, Pak?" Suara berat."Lantas?" Aku semakin penasaran dengannya."Kemarin ada seseorang
Baca selengkapnya

Bab 68. POV Satria.

"Lebih baik Silvia tidak mendapatkan tanah itu daripada bermusuhan dengan bi Baidah, Paman," ujar Silvia. Suaranya terdengar tulus. Dia mengucapkan itu sangat tenang. Tidak ada kemarahan yang tersorot dari matanya. Aku yakin dia sadar dan ikhlas menuturkan itu.Ia memilih tidak mendapatkan harta itu daripada berseteru dengan istri pamannya. Sikapnya semakin menambah nilai plus di mataku. Di luaran sana tidak sedikit orang berebut harta meski harus dimusuhi satu keluarga besar. "Tidak, Nduk. Tekad paman sudah bulat, Nduk. Kamu harus tetap mendapatkan jatah tanah itu. Urusan bibirmu itu biar menjadi tanggung jawab paman. Tidak seharusnya dia bersikap seperti itu. Itu tanah paman beli jauh sebelum menikah dengannya. Ditambah lagi itu dibeli saat bareng dengan bapakmu. Kamu berhak mendapatkannya, Nduk. Tidak boleh menolaknya." Aku melihat di depanku dua orang yang sama-sama baik. Silvia wanita sederhana yang tidak gila harta. Selama menjadi suaminya aku tidak pernah melihatnya membeli
Baca selengkapnya

Bab 69. Adu Mulut.

Hari ini aku sengaja tidak bekerja seperti biasa. Dari pagi tidak ke ruko. Aku sengaja libur untuk menghantarkan Silvia ke pengadilan agama. Untuk mengajukan gugatan cerai. Semoga semua berjalan dengan lancar dan cepat selesai. Agar aku cepat menikahi Silvia. Namun, rasanya tidak mungkin semulus itu. Satria pasti akan selalu hadir di setiap prosesnya agar perceraian mereka tidak berjalan dengan lancar. Harapan aku sih itu tidak terjadi. Aku sudah tidak sabar menunggu Silvia menjadi janda kedua kalinya. Aku jahat? Mungkin. Aku tidak peduli yang terpenting ingin segera memiliki wanita itu. Wanita yang telah membuatku menjadi gila karena mencintainya. Buktinya aku nekad menyembunyikan istri orang dari suaminya.Namun, aku bukan pebinor! Aku datang justru untuk menyelamatkan hidupnya. Keluar dari pengadilan kami mampir dulu ke rumah paman Gozali. Kami menghantarkanSilvia di daerah pamannya. Perempuan itu ingin bertemu dengan bibinya, meski dia tahu istri pamannya itu kini membencinya.
Baca selengkapnya

Bab 70. Merayakan.

"Banyak omong kamu!" ucap Satria bareng dengan pipiku yang terasa sakit.Satu tinjuan tangan lelaki itu mendarat di pipiku karena aku tidak berhasil menghindarinya. Aku meringis sembari mengusap darah yang keluar dari bibir. Tak menunggu waktu lagi Satria kembali melayangkan tinjunya ke arah perutku. Bertubi-tubi! Lagi-lagi aku tidak bisa menghindar. Sial! Gara-gara tidak bisa ilmu bela diri jadi begini. Ibu menjerit histeris saat melihatku roboh di tanah. Beliau pun turun dari mobil. Diikuti oleh Silvia."Puas kamu telah menghajar mas Abian? Kamu pikir setelah membuat dia babak belur aku akan menyerah dan kembali sama kamu? Itu tidak akan mungkin!" Sorot mata Silvia mengarah pada lelaki di depannya. "Mas, maafkan aku." Silvia menatapku sembari jongkok di dekatku. Aku melihat wajah sendu di sana."Kenapa kamu ratapi lelaki itu? Aku ini suami kamu!" Satria menarik tangan Silvia. Sehingga perempuan itu berdiri meski terpaksa. Duh kenapa Silvia harus keluar dari mobil segala? Kalau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status