Dari kamar ibu menuju tempat parkir kami harus berjalan cukup jauh. Namun, aku menikmati langkahku. Dari jalan yang dipasang paving block ini, aku bisa menatap taman depan Mushola dari jarak jauh. Mataku tertuju pada bangku yang menjadi saksi bisu obrolan kami beberapa kali. Aku dan Silvia.Aku memperlambat langkah saat pandangan tertuju ke arah taman. Seolah mata dan kakiku masih ingin berlama-lama mengenang kebersamaan dengan wanita yang aku cinta. Aku tak ingin kehilangan kenangan tentang taman tersebut. Lebay, alay, atau seperti ABG? Aku tidak peduli kalian mau komentar apa. Memang cintaku yang begitu besar pada Sivia, sehingga aku seperti orang gila dibuatnya."Bian. Apa yang kamu lihat di taman tersebut?" tanya ibu yang mengembalikan kesadaranku. Aku terlalu larut dalam lamunan. "Ah, nggak, Bu." Aku tidak mungkin jujur pada ibu karena di belakang beliau ada kakek yang siap melontarkan kata-kata pedasnya untuk Silvia meski wanita itu tidak ada di depanku.**** Fh****"Bian. Kap
Read more