All Chapters of DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT: Chapter 71 - Chapter 80

263 Chapters

Bab 71

Aku tersenyum dan mengangguk, lalu menatap pada Yani yang tersenyum penuh kemenangan. Dia bahkan memepet tubuh Wahyu hingga mereka berdempetan. “Tapi … kamu jangan mau enaknya aja. Ambil sekalian ini anaknya. Urus. Susuin. Jangan sampai dia terlantar,” ucapku sambil melepaskan si Wadni dari kain gendongan lalu menyerahkannya pada dua orang itu. “Eh, Lis. Tega kamu. Masa mau ninggalin si Wandi?” kata si wahyu melongo. Aku tertawa menyeringai. “Kamu yang bertanggungjawab harus merawatnya. Sekarang kamu mau kawin sama si Yani, kan? Biar dia saja yang ngurus si Wani. Aku mau pergi,“ ucapku ketus dan berbalik meninggalkan dua orang itu juga riuh cibiran orang-orang yang nongkrong di warung.  Mereka itu biang gosip. Aku yakin tidak perlu sampe besok kabar ini akan menyebar sekampung Suniagara.  Emaknya si Wahyu melotot saat melihat aku ngeloyor b
Read more

Bab 72

POV Yasmin Perlu berbulan-bulan untukku dan Mas Adit bisa bermesraan setelah proses lahiran putri kami yang diberi nama Meisya. Aku sering merasa kelelahan setelah mengurus bayi kami. Sering kali Mas Adit terbengkalai masalah sarapan juga pakaiannya. Untung saja suamiku itu bukan orang yang manja. Dia sudah terbiasa hidup mandiri saat kuliah dan kerja di Jakarta, dulu. Dan lagi, semua pekerjaan sudah diselesaikan oleh Mbak Sri. Hanya saja, aku tidak bisa menemani Mas Adit makan malam ataupun sekadar sarapan. Baru saja duduk untuk menemani suamiku itu, terdengar rengekan dari mulut kecil Meisya. Aku segera kembali ke kamar dan membiarkan Mas Adit makan sendirian atau kadang hanya ditemani ibunya. Sering terdengar dengkusan pelan dari mulutnya saat malam tiba. Mungkin hasratnya yang sudah ditahan selama dua bulan lebih dan kini tengah menggebu. Rasa kasihan menelusup dalam hati. Aku segera menidurkan Meisya dan sengaja menyimpannya di boks. Mas Adit terdengar mulai mendengkur halus
Read more

Bab 73 Kedatangan Orangtua Yasmin

“Neng Yasmin, ada tamu di depan,” ucap Sri yang baru saja menyapu halaman.“Tamu? Siapa, ya, Bi?” Yasmin mengerutkan keningnya.“Bibi kurang tau, Neng. Soalnya baru lihat mereka sekarang,” jawab Sri yang juga kebingungan.“Bukan orang sini? Siapa ya?”“Nggak tau, Neng. Cuman bilangnya nyari Neng Yasmin.”“Ya sudah, Bi. Saya ke sana sebentar lagi. Mau nidurin Rafa dulu.” Yasmin yang menimang bayinya lantas menyimpan anak itu ke boks. Namun, baru saja disimpan, anak itu kembali bangun dan menangis.“Sstt.” Yasmin kembali mengambil bayinya dan kembali menimang dalam gendongan. Terdengar dengkusan pelan dari mulutnya. Dia merasa lelah karena Rafa kecil begitu rewel dan tidak mau digendong orang lain.Sambil melangkah ke luar, Yasmin mengambil bergo yang tersampir di sofa tempat dia biasa menyusui.“Wah rumahnya bagus sekali, Pak. Nggak nyangka kalau anak kita akan menjadi orang kaya.” Terdengar bisik-bisik dari arah ruang tamu. Yasmin menautkan alisnya, merasa aneh saat tamu itu bilang ji
Read more

Bab 74 Kecurigaan Radit

Lelaki berkemeja kotak-kotak itu mengerutkan keningnya. Rasanya sedikit sulit untuk percaya dengan orang-orang yang kata Yasmin sebagai orangtua juga adiknya. Sama sekali tidak ada kemiripan di antara mereka barang sedikit pun.Namun, sebagai orang yang beretika, Radit tak mungkin mengusir mereka begitu saja. Lagi pula, bagaimana jika seandainya mereka benar-benar orang tua Yasmin.“Selamat siang, Pak, Bu. Perkenalkan, saya Adit, suaminya Yasmin. Dan ini Meisya anak pertama kami,” ucap Radit dengan ramah.“Wah, cantik sekali,” puji Narsih mengusap kepala Meisya. Gadis kecil itu tampak tak nyaman. Namun, meski begitu dia tetap mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Narsih, Narto juga Yuni.“Maaf, Bu, Meisya memang agak pemalu,” ujar Radit, karena putrinya langsung ngeloyor setelah bersalaman. Ketiga orang itu pun hanya tersenyum memaklumi.“Sayang, siapkan makan siang, biar kita makan siang bersama,” bisik Radit pada istrinya. Yasmin pun mengangguk.“Bi Sri sudah siapkan, Mas. Seb
Read more

Bab 75 Terpaksa Menerima

“Eh maaf, kalau kami merepotkan kamu, Yas. Ibu mengerti jika kamu tidak bisa menerima kami di sini. Siapalah kami yang tiba-tiba datang ke sini dan merepotkan kamu,” lanjut Narsih memasang wajah sedih.Hati Yasmin yang rapuh tak tega rasanya untuk menolak dan membuat orangtua yang baru dijumpainya merasa kecewa.“Mmmh, maaf, Bu. Saya harus meminta izin dulu sama Mas Adit dan ibu mertua saya. Saya di sini juga cuma menumpang di rumah suami,” jawab Yasmin tak enak hati.“Hussh, kamu ini bilang apa? Mana ada seorang istri menumpang sama suami. Harta suami itu ya harta istri juga,” potong Bu Wati tak setuju dengan ucapan menantunya.“Ibu, Bapak dan Neng Yuni, boleh saja menginap di sini. Kalian ini keluarga kami juga. Toh, masih ada dua kamar yang kosong. Bisa untuk Ibu, Bapak dan Neng Yuni,” lanjut wanita yang hatinya tulus itu.Narsih tampak lega saat mendengar ucapan besannya. Beda dengan Radit yang tampak kurang nyaman dengan keputusan yang diambil ibunya. apalagi dia menangkap saat
Read more

Bab 76

Setelah makan siang dan salat, Radit kembali lagi ke pembangunan rumah sakit yang sudah selesai 90 persen. Dia menginginkan ada rumah sakit yang bisa menerima persalinan di kampung ini agar para wanita yang mau melahirkan tak perlu jauh-jauh ke kota.Radit berharap, tidak ada lagi ada ibu yang meninggal saat melahirkan, atau bayi yang lahir prematur karena kurang asupan gizi. Lelaki itu berencana untuk membuat kartu bebas biaya untuk masyarakat yang kurang mampu, agar mereka tak lagi takut untuk memeriksakan kehamilannya.Radit juga sudah bekerja sama dengan seorang teman yang merupakan seorang dokter kandungan dan beberapa bidan kenalannya. Radit memang tak menawarkan bayaran yang tinggi, karena rencananya ini lebih bersifat sosial. Namun, dia juga tetap memasang tarif normal untuk masyarakat yang mampu.Dokter Fery, seorang dokter kandungan sahabar Radit di Jakarta dan dia mau pindah untuk membantu temannya mengembangkan rumah sakit di kampung.Lelaki berwajah tampan itu bahkan mem
Read more

Bab 77 Melihat Roti Sobek

Yuni pulang sambil mengegrutu sepanjang jalan. Beberapa tetangga Yasmin yang melihatnya agak sedikit aneh. Namun, warga sana sudah tak terlalu heran saat melihat ada orang baru yang datang, karena mengira jika ada orang kota yang mau bekerja di rumah sakit baru milik Dokter Radit.“Sombong amat Mas Adit itu. Tapi, kok, bisa si Yasmin itu menggaet hatinya. Padahal dia perempuan biasa saja. Wajahnya juga cantikan aku ke mana-mana. Dia kucel dan bau ASI,” gumamnya sambil berjalan menyusuri jalanan desa. Jarak dari rumah Radit ke rumah sakit memang tak dekat juga tak jauh. Cukup untuk dijadikan olah raga jika jalan ke sana.Saat kembali ke rumah, terlihat Yasmin sedang menimang bayinya di depan kamar. Bajunya masih yang sama dengan jilbab bergonya. Wajahnya tampak lelah, karena bayinya tak mau digendong orang lain.“Mbak, belum mandi ya?” tanya Yuni.“Iya, belum. Rafa masih belum tidur juga. Sama Ibu nggak mau, maunya sama Mbak saja,” jawab Yasmin yang tampak kelelahan.“Emang bayi suka
Read more

Bab 78 Gara-gara Mukena

Bab 6 (bab 78) Gara-gara Mukena“Yu-Yuni? Ngapain kamu di sini?” Radit begitu kaget melihat sang adik ipar ada di kamarnya. Dia menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi bagian sensitifnya, meski tertutupi handuk tetapi dia tetap merasa risih.“Aku abis nidurin Rafa, Mas.” Yuni senyam-senyum sambil mendekat.“Kamu tolong keluar!”: Radit menunjuk ke arah pintu yang setengah terbuka. Yuni malah terus saja senyam-senyum.“Mas Adit nggak butuh apa-apa? Baju atau apa,biar saya bantu ambilkan.” Yuni tak malu-malu menawarkan diri.“Tidak perlu, silakan kamu keluar.” Radit mengulang usirannya.“Baiklah, Mas. Saya hanya mau membantu meringankan beban Mbak Yasmin aja. Dia begitu kerepotan sama bayinya. Permisi.” Yuni mundur dan meninggalkan ruangan itu dengan hati yang berbunga-bunga karena bisa menikmati roti sobek meski hanya melihatnya saja.“Eh, Yun, mana Rafa?” tanya Yasmin yang baru selesai membantu Sri memasak.“Udah aku tidurin di boks-nya, Mbak. Rafa sudah nyenyak,” kata Yuni berbang
Read more

Bab 79 Gara-gara Mukena 2

Mendengar pertanyaan dari sang kakak ipar, Yuni hanya bisa mengangguk tanpa bersuara.“Tumben kamu ke mesjid? Memangnya nggak takut kalau Rafa kenapa-napa?” Radit kembali bertanya. Kali ini Yuni hanya menggeleng pelan. Radit pun tertawa pelan.“Sudah lama rasanya aku rindu saat-saat seperti ini. Jalan berduaan tanpa ada gangguan.” Radit berceloteh tanpa menyadari siapa yang sedang diajak bicara olehnya.“Mmh, apa malam ini bisa kita mencobanya? Sudah lebih empat puluh hari, kan?” Kembali terdengar ucapan Radit diselingi tawa pelan. Lelaki itu melirik pada wanita di sebelahnya yang menutupi mulut hingga hidung dengan tangan yang tertutupi mukena. Yuni pun mengangguk pelan tanpa malu-malu. Otaknya berpikir keras bagaimana caranya agar nanti malam bisa bersama dengan Radit tanpa gangguan dari Yasmin.“Kok, kamu malah diam?” tanya Radit semakin mendekatkan dirinya pada Yuni. Gadis itu menunduk.“Malu?” tanya Radit. Yuni langsung mengangguk.“Kita, kan, udah suami istri. Orang-orang juga s
Read more

Bab 80 Fery

“Ayo,” bisik Yasmin mengajak suaminya yang terlihat malas. Radit pun memaksakan diri karena merasa tak enak dengan ibu dan bapak mertuanya yang sudah menuju ruang makan karena diajak oleh Bu Wati.“Yun, ayo makan.” Yasmin juga mengajak adiknya itu saat melewati ruang TV.“Iya, Mbak.” Gadis itu gegas bangkit mengikuti, meski Radit terlihat tak nyaman.Radit duduk sendiri di ujung meja, sementara Yasmin berada di sisi di sebelahnya. Wanita itu gegas mengambilkan nasi merah dan semangkuk sup iga ke hadapan suaminya. Radit mengucapkan terima kasih sambil tersenyum manis. Dia sengaja melakukan itu untuk menunjukan pada Yuni jika dia tidak akan mudah tergoda dengan wanita lain.Dan memang benar, Yuni tampak memberengut saat melihat kemesraan yang diperlihatkan Radit pada Yasmin.Bu Wati, Narsih dan Narto mulai mengambil makanan masing-masing dan mulai makan. Mungkin karena mereka sebaya jadi tak sulit untuk membaur. Sedangkan Yuni hanya memperhatikan kemesraan Yasmin dan Radit dengan perasa
Read more
PREV
1
...
678910
...
27
DMCA.com Protection Status