POV Santi.Waduh, jam segini kuda nil masih ngorok aja. Badannya semok, bajunya kebuka nggak beraturan. Perutnya berlipat-lipat kayak emak-emak. Apa ini perempuan pilihan Ibu? Kasian juga si Agus.“Lis, bangun.” Aku berbisik sambil menggoyangkan tubuhnya. Dia mengerjap.“Mbak Santi? Kok di sini? Ngapain?” tanyanya. Dia celingak-celinguk. “Mas Agus mana?”“Dia udah bangun, lagi di luar. Eh, cepetan kamu tampung air pipis, ke sini,” bisikku.Lilis mengernyit. “Buat apaan?” tanyanya.“Kata Ibu, buat dicampur ke minumannya Agus. Biar dia jadi cinta mati sama kamu. Biar tambah nurut.” Aku kembali berbisik. Lilis langsung membulatkan mulutnya.“Ooh. Bentar, Mbak. Tunggu, ya,” katanya langsung bangun dan menyambar mangkuk kecil dari tanganku.“Yes, berhasil,” aku memekik pelan. Tanpa menunggu lama Lilis udah kembali dan memberikan mangkuk kecil berisi air kencingnya Lilis. Duh, bau jengkol. Aku menutup hidung.“Maaf, Mbak, agak bau jengkol, soalnya kemarin semur jengkolnya enak banget,” kata
Read more