Home / Pendekar / Pewaris Pedang Sulur Naga / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Pewaris Pedang Sulur Naga : Chapter 191 - Chapter 200

239 Chapters

Bab 191. Cinta Pada Pandangan Pertama

Bibir keriput itu komat kamit melantunkan dengungan sidhimantra. Telinga Raden Prana Kusuma yang menangkap dengung itu bergerak-gerak pelan. Kekuatannya mulai merasuki daya pikir dan melemahkan kesadarannya. Pemuda itu menggelengkan kepala untuk mengusir rasa tidak nyaman di dirinya."Kekuatan ini memintaku untuk menatap matanya. Permainan licik! Dia menggunakan ilmu menjijikan untuk menaklukkan aku." Raden Prana Kusuma melawan dorongan nafsu birahi yang berasal dari kekuatan yang dikeluarkan Ni Sapta dengan tenaga batin. Keris Naga Kemala dia silangkan ke depan dada. Pamornya menerangi dada dan wajahnya. Bias keris itu membentuk lengkungan perisai di depannya, melindungi sang pemilik keris dari gelombang kekuatan mantra. Suara Ni Sapta yang semula hanya berupa dengungan, kini terdengar keras. Wanita tua itu mengulang sidhimantra yang dilantunkan hingga beberapa kali. Setiap pengulangan dilambari kekuatan tenaga dalam yang kuat. Dia sangat ingin menaklukkan pemuda
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

Bab 192. Bertemu Manggala.

"Jangan tertipu dengan omongannya. Mungkin dia pernah jujur dan membantumu, tapi sekarang dia tidak jujur. Bangsa jin akan mencari banyak cara dan jalan untuk terlihat baik di mata manusia, agar kita percaya pada mereka." Dengan kecewa Sekar Pandan menuliskan isi hatinya di telapak tangan pemuda tinggi itu. Raden Prana Kusuma hanya bisa menghela napas berat menghadapi gadis polos yang keras kepala itu."Sekar, dengarkan aku." Sekar Pandan melotot marah lalu menuliskan kembali ketidak setujuannya."Bukan begitu. Ah, bagaimana aku harus menjelaskannya padamu. Dia tidak seperti yang kau pikirkan. Dia ...." Raden Prana Kusuma membatalkan kalimatnya. Dia tidak mungkin menjelaskan pada Sekar Pandan tentang gerak gerik Sekar Wangi yang telah jatuh cinta padanya. Kehadiran Putri Dewi Gayatri saja sudah membuatnya tidak enak dengan Sekar Pandan, ditambah sekarang ada Sekar Wangi dari bangsa lelembut."Baiklah jika itu maumu. Dia boleh ikut, tapi kau jangan menyesal
last updateLast Updated : 2023-11-28
Read more

Bab 193. Tewasnya Dewa Jari Maut

"Kenapa kau diam, Manggala?" tanya Dewa Jari Maut karena menantunya itu hanya diam menunduk seperti tengah memikirkan sesuatu. Dewa Jari Maut mendongak ke arah gunung, tempat perguruan Tangan Seribu berada."Perguruan itu dibuat oleh ayahku. Jadi hanya keturunan ayahku lah yang pantas menjadi ketua," ujar Dewa Jari Maut menambahkan. Diam-diam Manggala mengumpat dalam hati. "Orang cacat seperti itu bagaimana bisa menjadi ketua perguruan Tangan Seribu."Dewa Jari Maut menepuk pundak menantinya dengan telapak tangan tanpa jari. "Manggala, kau harus bisa melenyapkan Paksi Jingga. Rebut perguruan Tangan Seribu dan juga pedang Sulur Naga. Dengan pedang itu kau bisa membantu kakak iparmu menjalankan kewajibannya di perguruan." Manggala menahan marah. Tujuan utamanya memang melenyapkan Paksi Jingga dan merebut pedang di tangannya. Namun, bukan untuk diserahkan kepada Senayudha, tetapi untuk dirinya sendiri. Senayudha menurutnya tidak akan mampu memega
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

Bab 194. Dikeroyok Utusan Paksi Jingga.

Kakang Senayudha, kematian ketua memang telah memukul kita. Akan tetapi, itu jangan membuat kita lemah. Kita harus tetap membalaskan dendam kematiannya. Juga, merebut perguruan Tangan Seribu dari Paksi Jingga dan kawan-kawannya. Sebelum tewas, ketua telah berpesan agar menyingkirkan Paksi Jingga dan merebut pedang sulur naga dari tangannya. Dengan pedang itu perguruan Tangan Seribu akan kuat."Senayudha mendongak pada Manggala. Wajahnya bersimbah air mata. Sungguh mengenaskan keadaan pemuda itu. Sangat jauh berbeda saat sebelum perguruannya diambil alih oleh Paksi Jingga dan perkumpulan Sapu Tangan Merah. Saat itu Senayudha demikian gagah, tampan, dan ditakuti lawan. "Ayahku berpesan begitu padamu?" tanyanya belum percaya."Tentu, ... tentu, Kakang Senayudha." Manggala sedikit gelagapan. Senayudha mengedarkan pandangan ke arah perguruan Tangan Seribu. Dia tidak pernah membayangkan akan seperti ini nasibnya. Hidup terlunta-lunta dan harus menyingkir dari t
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

Bab 195. Tewasnya Dua Pendekar Pedang Buana

"Berhenti!" Dua orang berambut panjang dengan ikat kepala merah itu menarik tali kekang kuda mereka. Kuda mereka terpaksa berhenti karena dua orang berpenutup wajah tengah menghadang di tengah jalan. Keduanya menatap dua lelaki berpenutup wajah yang menghadang di tengah jalan dengan heran. Mereka bisa meraba bahwa dua penghadang itu berniat tidak baik.Salah satu pendekar dari perguruan Pedang Buana itu berkata. "Maaf, Kisanak. Kami sedang terburu-buru jadi minggirlah dan beri kami jalan." Manggala maju tiga langkah. Tangannya langsung mencabut pedang tipis yang membelit pinggangnya. Pedang itu berkelok-kelok saat dimainkan. "Apa-apaan ini?" Lelaki berkumis tipis yang bertanya. Dia sedikit tersinggung dengan sikap orang itu. Bukannya menjawab dan minggir malah mencabut senjata, kentara sekali kalau mereka tidak berniat baik."Kalian dari mana?" tanya Manggala."Kami dari perguruan Pedang Buana. Murid Ki Buanapala," jawab pria
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

Bab 196. Kambing Hitam

"Kau selalu mengambil keputusan yang tepat, Manggala," puji Senayudha sambil memeriksa keadaan dua lawan mereka. Kedua orang itu tewas seketika."Masih banyak lagi pendekar yang harus dibereskan, Kakang." Manggala menyobek kain baju dua korbannya kemudian menggunakan darah mereka untuk menuliskan sesuatu di sobekan kain itu. Senayudha tersenyum puas dengan kerja Manggala."Otak adik iparku ini memang penuh dengan rencana licik sampai terkadang aku sendiri ngeri dibuatnya," gumam Senayudha sambil mengawasi Manggala. Seandainya dia tahu kalau Manggala adalah pembunuh ayahnya, pasti jiwanya akan terguncang saat itu juga."Siapa yang tidak mau mendukung Paksi Jingga, tinggalkan nyawa, Pendekar Pedang Sulur Naga." Senayudha membaca tulisan darah pada selembar kain. Matanya berbinar-binar senang."Kau melemparkan masalah ini pada Pendekar Pedang Sulur Naga?" Senayudha mengeryitkan dahi. Manggala membersihkan sisa darah di tangannya pada kain baju salah
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

Bab 197. Bertemu Sekar Pandan

Wanita itu mencebik lalu memasukkan cuilan pinang dan sirih ke mulutnya. Perpaduan keduanya membuat perasaan yang tadi sedikit tersinggung kini berubah tenang. Paksi Jingga terlihat kurang puas dengan kehadiran para undangan. Seharusnya semua orang datang hari ini. Pemuda itu meminta izin pada semua tamu untuk keluar.Ki Sempana melihat kegelisahan pada ketuanya. Pemimpin kelompok musik gendingswara itu memberi isyarat pada Ludro Mangun untuk mengikuti ketua mereka. Lelaki penabuh musik itu bergerak mengikuti Paksi Jingga."Ketua, aku bisa meringankan bebanmu. Perintahkan aku untuk melaksanakan tugas itu," ujar Ludro Mangun menawarkan diri. Paksi Jingga menarik capingnya ke belakang. Guratan luka memenuhi wajahnya yang sebenarnya tampan. Demi melindungi dirinya dari kecurigaan orang-orang perguruan Tangan Seribu, dia rela merusak wajahnya sendiri. Ludro Mangun sangat mengerti kalau sekarang pemuda ini ingin menjadikan perguruan Tangan Seribu menjadi ketu
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

Bab 198. Bertemu Para Korban

Wanita itu mencebik lalu memasukkan cuilan pinang dan sirih ke mulutnya. Perpaduan keduanya membuat perasaan yang tadi sedikit tersinggung kini berubah tenang. Paksi Jingga terlihat kurang puas dengan kehadiran para undangan. Seharusnya semua orang datang hari ini. Pemuda itu meminta izin pada semua tamu untuk keluar.Ki Sempana melihat kegelisahan pada ketuanya. Pemimpin kelompok musik gendingswara itu memberi isyarat pada Ludro Mangun untuk mengikuti ketua mereka. Lelaki penabuh musik itu bergerak mengikuti Paksi Jingga."Ketua, aku bisa meringankan bebanmu. Perintahkan aku untuk melaksanakan tugas itu," ujar Ludro Mangun menawarkan diri. Paksi Jingga menarik capingnya ke belakang. Guratan luka memenuhi wajahnya yang sebenarnya tampan. Demi melindungi dirinya dari kecurigaan orang-orang perguruan Tangan Seribu, dia rela merusak wajahnya sendiri. Ludro Mangun sangat mengerti kalau sekarang pemuda ini ingin menjadikan perguruan Tangan Seribu menjadi ketu
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Bab 199. Mencari Pembunuh.

"Setahuku, mereka berdua adalah murid Ki Buanapala. Luka ini begitu sempurna pasti pelakunya orang yang berilmu tinggi. Kalian periksa sekitar tempat ini. Kau laporkan kejadian ini pada ketua. Sementara kau tetap di sini menunggu teman yang lain.""Baik, Kang."Mereka menyebar untuk mencari petunjuk atau mungkin ada korban jiwa yang lain. Satu orang bertugas melapor kepada Paksi Jingga segera melarikan kuda mereka ke perguruan Tangan Seribu. Ludro Mangun menarik sobekan kain baju korban yang ditulis menggunakan darah korban. Kening laki-laki itu berkerut saat membacanya. "Pendekar Pedang Sulur Naga," desisnya.Tidak lama kemudian, terdengar teriakan teman mereka memberitahukan bahwa ada mayat lagi. Mereka segera berlari menuju suara. Betapa terkejutnya mereka saat melihat tubuh-tubuh itu. Mereka mengepal geram melihat saudara-saudara mereka juga terbunuh di tempat itu. "Bedebah! Mereka juga tewas terbunuh seperti dua murid Ki Buanapala," maki Lud
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Bab 200. Tewasnya Ludro Mangun

Ludro Mangun pun mencabut pedangnya dan segera menangkis pedang tipis Manggala. Ludro Mangun menarik pedangnya untuk melakukan serangan berikutnya, alangkah terkejutnya lelaki itu karena pedangnya dan pedang Manggala telah menempel kuat. Manggala tersenyum dingin kemudian menarik pedangnya yang telah lengket dengan pedang Ludro Mangun. Lelaki dari perkumpulan Sapu Tangan Merah itu juga ikut tertarik beberapa langkah.Agar tidak menjadi bulan-bulanan Manggala, Ludro Mangun terpaksa melepaskan gagang pedangnya untuk menghindari putaran yang dilakukan Manggala. Kemudian Kaki Ludro Mangun bergerak mengejar, menendang, mengejar lagi. ...."Aaaa ...!"Ludro Mangun terpelanting ke samping dengan paha berdarah terkena sabetan pedang miliknya sendiri yang dilemparkan Manggala. Lelaki itu meringis kesakitan. Cekatan tangannya menotok titik-titik nadi di sekitar luka agar darahnya mampat."Hanya begitu kemampuanmu, Ludro Mangun?" ejek Manggala mendekati Ludr
last updateLast Updated : 2023-12-17
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status