Devan sedari tadi diam. Mereka menyusuri lorong rumah sakit, untuk menuju apotik menebus obat.Sampai disana, Satrio yang menebuskan resepnya, sedangkan Devan termangu di kursi tunggu. Dia bingung, sebenarnya nyidamnya ini karena siapa? Nina atau Kiara? Tapi Nina juga sejauh ini baik-baik saja. Dan kalaupun itu Kiara, ah, makin merasa bersalahlah dia. "Hey! Satrio kan?"Satrio menoleh kaget. Ternyata Dokter Sarah. Satrio tersenyum mengangguk."Sedang apa? Kok balik rumah sakit lagi?""A ... itu ..." Satrio melirik Devan, karena jarak mereka tak terlalu jauh. Jadi Devan masih bisa mendengar percakapannya. Apalagi saat ini adam memandang ke arah mereka berdua."Em, itu ... mengantar boss ku," ucap satrio tersenyum tipis.Sarah manggut-manggut."Oo... la tadi kirain libur? Berarti tadi cuma nganterin Ki ...""Iya .. tadi cuma nganter Ki ... Kiki, iya, Kiki " potong Satrio. Sarah mengernyitkan dahinya. Kok jadi Kiki? Namun is
Baca selengkapnya