Kepala Kiara terasa berat. Pening juga. Dia memegangi kepalanya yang rasanya berputar. Perhatiannya langsung tertuju pada Rara yang masih belum juga terbangun. Juga... Astaga, Devan!Kiara tersentak. Dia buru-buru bergegas keluar, sebelum pria itu terbangun.Namun sialnya, kakinya terantuk kaki ranjang dan mengakibatkan mulutnya memekik, mengaduh."A' aaw... ish, sakit," keluhnya.Devan lamat-lamat mendengarnya, terbangun dari tidurnya. Menyadari Devan bangun, Kiara bergegas melangkah dengan kaki tertatih."Ra, tunggu!"Kiara tak peduli. Dia terus saja melangkah. Membuka pintu ruangan Rara. Namun, tangannya terhenti memutar knop pintu, saat tangan kekar memeluknya dari belakang."Jangan pergi," ucap Devan lirih.Kiara memberontak."Lepas!"Devan bergeming. Tak melepaskan pelukannya. "Aku merindukanmu, dan bayi kita..." ucapnya.Kiara kembali menangis. Sakit, sedih, tapi dia juga merasa
Read more