Share

Sepakat

Penulis: FitriElmu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-11 20:44:09

Kepala Kiara terasa berat. Pening juga. Dia memegangi kepalanya yang rasanya berputar.

Perhatiannya langsung tertuju pada Rara yang masih belum juga terbangun. Juga... Astaga, Devan!

Kiara tersentak. Dia buru-buru bergegas keluar, sebelum pria itu terbangun.

Namun sialnya, kakinya terantuk kaki ranjang dan mengakibatkan mulutnya memekik, mengaduh.

"A' aaw... ish, sakit," keluhnya.

Devan lamat-lamat mendengarnya, terbangun dari tidurnya. Menyadari Devan bangun, Kiara bergegas melangkah dengan kaki tertatih.

"Ra, tunggu!"

Kiara tak peduli. Dia terus saja melangkah. Membuka pintu ruangan Rara. Namun, tangannya terhenti memutar knop pintu, saat tangan kekar memeluknya dari belakang.

"Jangan pergi," ucap Devan lirih.

Kiara memberontak.

"Lepas!"

Devan bergeming. Tak melepaskan pelukannya.

"Aku merindukanmu, dan bayi kita..." ucapnya.

Kiara kembali menangis. Sakit, sedih, tapi dia juga merasa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Petaka Satu Malam   Mencari Tahu

    Sampai malam tiba pun Rara belum juga sadarkan diri. Tadi sore Dino di temani Tasya dan Yuda datang menjenguk sembari membawakan makanan untuk mereka. Mereka tidak tahu kalau Devan dan Kiara sedang mode diam-diaman. Setahu mereka Kiara jarang mengantar Rara lagi karena memang di gantikan Devan sendiri. Mereka tidak tahu kalau wanita itu pergi dari rumah.Lebih kaget lagi saat mereka melihat Kiara yang hamil besar. Jadi mereka berfikir karena hamil itulah makanya Kiara jarang kesekolahan. Sedangkan Dino pikir Rara jadi pemurung karena dia mau punya adik, karena itu dia takut tersaingi. Tanpa mereka tahu ada sebab hebat di baliknya.Devan juga belum menghubungi orang tuanya terkait keadaan Rara saat ini. Dia juga takut orang tuanya akan jadi tahu kekisruhan rumah tangganya.Dan saat malam tiba, mereka tidur dalam satu ranjang tunggu tersebut. Karena mau dimana lagi? Tak ada tempat tidur lagi. Meski harus berdempetan. Bagi Devan sih tidak masalah, malah bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Petaka Satu Malam   Akting Sempurna

    Nina mondar mandir di rumah. Dari kemarin Devan tak bisa di hubungi. Rara juga tak pulang. Mau menyusul Rara ke sekolah, mager. Lagian biasanya kan bareng sama Dino, atau kalau gak dijemput Devan diantar pulang dulu, lalu balik ke kantor lagi. Dia pikir untuk menunggui mereka sampai sore. Tapi ternyata sampai dia ketiduran dan bangun pagi Devan dan Rara tak kunjung pulang."Kemana sih mereka? Gak niat minggat kan? Gila aja. Ini kan rumah mereka. Kalau mereka yang minggat apa kabar aku? Bisa-bisa gak makan gak pegang duit," gerutunya.Dia menekan nomor Devan, memanggilnya berkali-kali. Berdering, tapi tak ada yang mengangkatnya. Parah bukan? Sengaja sekali mereka mengabaikan dirinya. Mana laper lagi"Apa jangan-jangan mereka ketemu sama Kiara? Terus mereka menginap di rumah Satrio? Haish! Sialan! Kenapa kemarin aku membiarkannya lepas? Menyebalkan. Harusnya lain kali aku lukai saja, biar lenyap sekalian," gerutunya.Merasa kesal, Nina bergegas mengganti

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Petaka Satu Malam   Hampir

    "Kok bisa tahu aku disini?" tanya Devan."Itu... a-aku tadi.. emm, kebetulan lagi cek up. Dan melihat kamu. Makanya aku ikutin. Terus aku lihat kamu masuk kamar ini. Dan karena penasaran, aku tanya sama dokter yang kebetulan lewat. Katanya Rara yang di rawat. Jadi aku langsung masuk tadi."Devan tak berekspresi."Awalnya aku tidak berniat mengikuti kalian. Tapi rasa penasaran dan khawatir, apalagi dari kemarin kan kalian gak pulang. Makanya aku ikutin. Dan benar, insting ibu hamil memang gak bohong," ucapnya.Devan melirik kandungan Nina. Besarnya sama dengan perut Kiara. Bagaimana bisa? Apa mereka hamilnya juga di waktu yang sama?"Tap-tapi.. aku lihat tadi Kiara hamil juga ya?"Devan mengangguk."Berapa bulan? Kok dia gak ngomong sama kamu? Atau jangan-jangan itu bayinya dengan Satrio? Makanya dia menghindar?" Ucapnya memanas-manasi.Devan diam saja tak berekspresi. Sebaliknya Nina makin semangat menjelek-jelekkan Kiara.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Petaka Satu Malam   Menerima

    Sepulang sekolah, Dino dan Rio mengunjungi Rara. Rio terlihat sangat menyesali kelakuannya. Dia menunduk sejak tadi."Makan dulu, Rio juga," ucap Tasya menyodorkan nasi kotak."Makasih tante," ucapnya pelan.Tasya mengangguk."Doakan saja Rara cepet sembuh ya?""Iya tante," jawabnya dengan kepala tertunduk.Sementara di dalam."Makanlah dulu," ucap Kiara datar. Dia menunggui Rara duduk di samping tubuh mungil itu.Devan mengangguk. Semenjak Kiara kembali dari ruangan Sarah tadi, Devan memang lebih banyak diamnya. Hal yang membuat Kiara heran sebenarnya, hanya saja dia mengabaikannya."Sayang, kamu gak kangen mama kah? Ayoloh. Buka matamu sayang. Mama kangen," ucapnya lirih. Kembali air matanya berderai. Sungguh, sebenarnya hatinya sakit melihat buah hatinya terbaring tak berdaya seperti ini. Tapi karena ada Devan yang merusak suasana hatinya, jadi dia tidak terlalu menampakkan perasaannya yang sesungguhnya."Mama janji

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Petaka Satu Malam   Devan Dan Satrio

    "Aaa... aem sayang... Nah, pinter."Rara tersenyum, dia duduk di kursi rodanya. Kiara dengan lembut menyuapi putri kesayangannya.Ya, Rara berhasil melewati masa kritisnya. Dia di rawat seminggu setelah sadar. Dan baru beberapa hari ini dibawa pulang. Tapi dia minta agar mamanya ikut pulang ke rumah. Mau tak mau Kiara menurutinya. Devan tentu saja merasa senang. Dengan demikian dia bisa mengawasi dua orang tercintanya lebih dekat. "Rara pengen nyapa adek gak?" tawar Kiara. Rara mengangguk semangat.Kiara berdiri dan mendekatkan perut buncitnya pada Rara."Dedek. Kakak kangen nih."Rara terkekeh. Dia menempelkan telinganya di perut mamanya."Ma, kok gak ada suaranya?" tanyanya polos."Belum sayang. Nanti dong kalau udah keluar. Baru dedeknya ada suaranya.""Ih, jadi gak sabar pengen lihat adek Rara. Kira-kira cewek atau cowok ya ma?""Emmm... apa ya? Kayaknya mending jadi kejutan aja deh. Biar penasaran."Rara menganggu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Petaka Satu Malam   Terungkap

    "Argh! Sialan! Jadi dia sudah merencanakannya selama ini?" geramnya.Ya, pada akhirnya Satrio menceritakan semuanya. Termasuk semua rencana-rencana Nina terdahulu. Memberitahu Devan tentang isi Chat Nina padanya."Ya. Dan semua yang terjadi sebenarnya bagian dari rencananya," imbuh Satrio."Haish! Bisa-bisanya aku percaya dengan wanita ular itu," gerutunya."Karena kamu bodoh," timpal Satrio santai."Apa katamu? Kau mengataiku bodoh?" ucapnya tak suka."Memang benar kan? Kalau bukan bodoh lalu apa? Di beri tahu istrinya sendiri bukannya mendengarkan malah mengabaikan dan membentak-bentak. Kan aneh," tukas Satrio.Devan mendecak. Mau menyangkal tapi memang benar. Tapi, ah ... Padahal dia sempat curiga. Hanya gara-gara setitik asumsi membuat kecurigaan itu menguap."Aku pikir, tidak mungkin Indira menjebakku. Lagipula memang saat itu aku melakukannya. Jadi aku pikir aku harus bertanggung jawab," ucapnya. "Yah, meski agak curiga sih.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Petaka Satu Malam   Bahagia?

    Sore datang.Devan kini kembali bersemangat. Kehadiran keluarga kecilnya yang lengkap lagi membuat sumber kebahagiaannya kembali."Eh, Van. Sudah pulang?"Devan tersenyum tipis."Sudah. Rasanya tak sabar pengen cepat sampai rumah," tukasnya."Kenapa? Apa karena ingin bertemu calon anakmu"Devan tersenyum, mengalihkan pandangan ke atas."Dimana Rara dan Kiara?" tukasnya, mengabaikan pertanyaan Nina tadi.Seketika wajah Nina berubah. "Mengapa kamu langsung mencari mereka?""Tidak apa. Aku hanya merindukan mereka. Tidak boleh kah?"Nina mengepalkan tangannya."Van! Kenapa sih kamu berubah. Semenjak wanita itu datang, kamu jadi perhatian dengan dia. Lagipula dia bukan mengandung anakmu! Dia hamil dengan pria lain. Kau harus sadar!" pekiknya marah.Devan menyeringai."Lalu kenapa? Aku tidak peduli. Yang penting dia masih istriku," ucapnya."Tapi aku yang mengandung anakmu! Tak bisakah kau menyapa bayimu lebih dulu? Se

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Petaka Satu Malam   Salah Sasaran

    Dino dan Tasya berpamitan pulang. Mereka mengantar sampai depan."Dadah Dino. Jangan lupa ya besok," teriak Rara.Dino tersenyum, mengacungkan jempolnya dari balik kaca mobil.Mobil perlahan keluar dari halaman rumah Devan. Sampai belok ke jalan raya, dan hilang dari pandangan."Yuk masuk sayang," ajak Kiara. Mendorong kursi roda Rara.------"Mampus!" Seringainya licik. Menatap lantai yang licin karena dia tuangkan minyak goreng diatasnya."Setelah ini, aku pastikan bayimu hilang dari peredaran. Alias keguguran. Haha," tawa Nina jahat. Dia tuang minyak goreng lagi, menambahkan hingga melebar di depan kamar Kiara.Dia menutup botol minyak goreng tersebut. Menyeringai puas. Kiara sedang keluar tadi. Membeli bahan makanan yang sudah habis. Dan Rara juga ikut, meski tak lepas dari kursi rodanya."Ah, tinggal persiapkan diri. Nanti pura-pura terkejut saja. Ikut menangis karena bayinya mati. Haha ... kau memang p

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13

Bab terbaru

  • Petaka Satu Malam   Ending Scene

    Delapan bulan berlalu. Setelah kejadian tersebut, keluarga kecil Devan kembali seperti semula. Ditambah satu anggota keluarga, bayi laki-laki yang tampan dan menggemaskan. Reyvaldo Erlangga, namanya.Tingkah menggemaskan bocah tersebut membuat suasana rumah semakin berwarna. Rara apalagi, dia bahkan selalu bersemangat untuk bermain-main dengan adiknya. Sepulang sekolah, dia langsung mencari adiknya,mencium gemas pipi Er yang sama-sama gembul seperti dirinya.Tak ada lagi pengganggu bernama Indira. Dia telah lama pergi akibat dari kelakuannya sendiri. Dendamnya berakhir menjadi bumerang untuk dirinya. Bayi Indira sendiri kini di rawat oleh Tasya yang memang menginginkan seorang adik untuk Dino. Siapa tahu bisa menjadi pancingan pada Yudi.Untung saja, bayi Indira yang dinamakan Keyra Vanesha normal, meskipun dimasa kehamilan dirinya ibunya tak pernah merawat dirinya. Organ tubuhya lengkap dan sehat. Usia Keyra dan Erlangga sama, hanya berjarak satu hari saj

  • Petaka Satu Malam   Kesabaran Satrio

    Berhubung usia kandungan Kiara masih tujuh bulan, maka bayinya mengalami lahir prematur  dan harus di rawat dalam ruang khusus, bersama dengan bayi Indira yang juga mengalami hal yang sama. Untung saja ada Sarah, dokter yang mereka kenal dan bisa di percayai merawatnya.Kiara masih lemas. Luka di kepalanya masih terasa nyeri, begitu pula dengan di perutnya, karena terpaksa harus melakukan operasi cesar. "Kemana Dodi?" tanyanya lemas. "Dia di ruang sebelah sayang," jawab Devan. Dia bahagia karena akhirnya istrinya melewati masa kritisnya meski wajahnya masih sangat pucat dan lemas."Bawa aku kesana, Van. Aku ingin melihatnya," ujarnya."Tidak. Jangan sekarang. Kamu masih lemah sayang. Nanti saja ya, kalau sudah mendingan.""Tapi aku ...""Stt...""Tak ada tapi-tapian. Ya, istirahat dulu. Nanti kalau sudah mendingan, aku anterin ke ruangan Dodi ya?"Kiara akhirnya mengangguk, tersenyum lemah."Tapi kamu sudah memaafkannya kan?"

  • Petaka Satu Malam   Tentang Dodi

    Wajah itu, wajah yang sempat dia cintai. Si pemilik hati nya yang sempat membuatnya berbunga-bunga. Sungguh, tubuhnya lemas. Dalam hati terdalamnya, jujur, Nadia masih ada rasa pada Dodi. Dan melihatnya kini berbaring lemah di hadapannya, membuatnya sakit.Taki belum menyadari perubahan wajah Nadia. Setelah Dodi di bawa ke rungan yang berbeda dengan Kiara, dia yang menjagai sahabat eratnya tersebut dengan di temani Nadia."Huft, baru saja lo sembuh Di ... baru saja lo bilang bakal membuka lembaran baru, dan ternyata ada kejadian ini," desah Taki."Tapi gue bangga sama lo, meski kesal juga sama lo. Lo lebih mentingin nyawa istri sahabat lo sendiri di bandingkan dengan nyawa lo sendiri. Semoga setelah ini, perasaan bersalah lo sama Devan bisa berkurang," tambahnya lagi.Taki tersenyum kecut. Setelah mendengar kabar mengenai kekisruhan yang di sebabkan oleh Indira, diam-diam Dodi selalu mengawasi Kiara. Demi menebus kesalahannya pada Devan beberapa tahun silam

  • Petaka Satu Malam   Rencana Nina

    Untuk ke dua kalinya, berita buruk. "Ya ampun nak. Apalagi yang terjadi?" paniknya.Dia berdiri di pinggir jalan, tak lama, dia menyeberang tergesa. Namun sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Cepat dan tanpa sempat dia sadari.Kakinya seakan menancap di tanah tak bisa dia gerakkan sama sekali."Awas!" pekik seseorang dan mendorong Kiara ke pinggir jalan, membuat mereka jatuh terjerembab. Rupanya mobil tadi sengaja menabrak Kiara, melihat rencananya gagal, dia berbalik tanpa sempat mereka sadari."Kamu, tak apa kan?" ucap seseorang itu. Kiara meringis, perutnya sakit, pinggangnya juga. Rasa nyeri yang menjalar."Awass!" pekik orang itu begitu melihat mobil itu sudah dekat dengan mereka.Dan brak!Rasanya sakit, gelap ... gelap ... dan gelap..Rumah sakit lagi-lagi menjadi tempat kunjungan mereka. Dalam situasi yang lebih menegangkan dari yang pertama. Usai kejadian tersebut, Kiara dan seseorang itu di lar

  • Petaka Satu Malam   Kabar

    "Ma, Rara berangkat dulu," pamit Rara.Devamn juga mendekat dan mencium keningnya. Tak lupa berpamitan dengan baby di perut sang istri."Papa berangkat sayang. Jangan nakalin mama yah," ucapnya. Kiara tersenyum. Melambaikan tangannya, dan memandang mereka hingga menghilang dari pandangan.Setelah itu dia masuk ke dalam. Masih ada waktu beberapa jam sampai menunggu waktu istirahat mereka. Ya, mereka tak bisa izin begitu saja. Jadi harus memanfaatkan waktu yang sedikit itu. Kalau malam hari, pastilah Devan tidak mengizinkannya. Karena itulah mereka pilih siang saja. Meski sebenarnya waktu sempit itu mana cukup untuk obat kangen, tapi tak apalah. Daripada tidak sama sekali.Tapi dia tadi meminta kelonggaran pada suaminya untuk memberi jam tambahan istirahat pada kedua sahabatnya tersebut.Sekarang dia beres-beres rumah dulu.-------Alarm berbunyi mengganggu indera pendengaran. Membangunkan Kiara dari tidur sejenaknya. Dia bergegas beranj

  • Petaka Satu Malam   Dendam Nina

    Riris hanya menjagai mereka sampai Devan pulang. Devan juga sekarang pulangnya lebih awal. Kerinduan akan istri dan putri serta calon anaknya lah yang membuatnya selalu kangen rumah.Seperti biasa, setelah Devan datang, Riris langsung berpamitan pulang. Dia wanita yang tangguh. Meski begitu, Devan tak bisa membiarkannya pulang sendiri. Jadi dia menyuruh Satrio untuk mampir menjemput Riris."Gagal," ujar Devan pada Kiara."Maksudnya?" tanya Kiara. Dia menyantolkan jas suaminya ke hanger, lalu duduk di samping Devan dengan mengelus perut buncitnya. Kebiasaan yang akhir-akhir ini kerap tanpa dia sadari. Kebiasaan ibu hamil tua."Iya. Satrio ternyata sudah menyukai wanita lain," tukasnya."Oh, begiut. Ya gimana. Mungkin belum jodohnya kali.""Iya juga sih. Tapi takutnya dokter Sarah sudah terlanjur berharap bagaimana?"Kiara tersenyum. Memijit bahu Devan."Dia akan baik-baik saja. Aku kenal Sarah dengan baik," ujarnya."Semoga saja

  • Petaka Satu Malam   Kehidupan Setelahnya

    Sepeninggal Nina, kehidupan rumah tangga Devan dan Kiara kembali harmonis. Apalagi Rara juga kini sudah sembuh dan kembali bersekolah seperti biasa. Ada Riris yang selalu mengawasi mereka. Dan selama ini Nina tak pernah menampakkan dirinya. Entah masih hidup atau sudah mati wanita itu. Tak ada yang peduli, dan tak ada yang berniat untuk mencari. Yang penting mereka berjaga-jaga saja dari segala kemungkinan, dengan cara mengawasi sekitar. Takutnya tiba-tiba wanita itu muncul untuk membalas dendam.Kandungan Kiara juga sudah semakin besar. Sekarang menginjak usia tujuh bulan. Saat-saat paling riskan, karena banyak juga ibu hamil yang melahirkan di usia segitu.Kehidupan normal berjalan lancar. Senyum Kiara kini tak henti terukir setiap waktu. Impiannya untuk menjalani kehidupan wanita hamil pada umumnya, kini dia rasakan. Limpahan kasih sayang dari suaminya, anaknya, sahabatnya, dan pokoknya kini semua terasa membahagiakan.Devan pun kini lebih sering berjal

  • Petaka Satu Malam   Penjagaan

    Keesokan harinya, benar yang dikatakan Satrio. Dia mengantar seorang wanita muda yang kira-kira berusia dua puluh delapan tahunan."Namanya Riris. Meski perawakannya kecil, jangan salah. Dia ini jago taekwondo loh," ujar Satrio. Riris menundukkan kepala, tersenyum menyapa pada tuan rumah."Justru, kecil-kecil cabe rawit. Hehe," ujar Devan. Kiara langsung menyenggolnya."Hehe.. iya sayang. Kan cuma bercanda. Sayangku, cintaku tetep kamu kok," ucapnya mengedipkan sebelah matanya. Satrio merotasikan bola matanya malas."Jangan heran ya Ris. Jangan mual juga. Mereka emang kadang bucinnya kelewatan," tukas Satrio."Gak papa. Itu kan memang wajar bagi pasangan suami istri.""Nah loh. Makanya jangan jomblo mulu. Sana, nikah!""Kampret. Mentang-mentang ya. Kalau saja kemarin Kiara aku culik paling juga udah nangis-nangis," tutur Satrio."Heh! Cari mati?" desahnya kesal.Satrio malah tertawa."Sudah. Katanya mau cek up. Biar aku temani R

  • Petaka Satu Malam   Pengusiran

    Pantat Devan sangat sakit. Tentu saja. Dia menghantam lantai dengan keras. Meski begitu, marahnya mengalahkan segalanya. Dia menatap tajam Indira yang gemetar ketakutan."Siapa yang menumpahkan minyak disini?" tatapnya tajam. Rahang Devan sampai mengeras saking emosinya dia.Indira menunduk. Takut."Jawab! Siapa!" bentaknya. Kalau tidak ingat wanita ini sedang hamil, ingin rasanya dia menghajar wanita iblis ini."De-Devan ... aku tidak bermaksud ....""Oo... jadi kamu. Apa maksudmu? Kau ingin mencelakai Kiara, hah!""Bu-bukan begitu. Aku hanya ....""Lalu ini apa? Kau berniat bukan? Untung saja aku yang terkena. Kalau Kiara ... ah, sungguh aku tidak bisa membayangkan. Kamu keterlaluan ya Ra. Apa sih yang membuat kamu setega ini melakukannya pada Kiara? Aku tak habis pikir dengan jalan pikirmu?" Indira mengangkat wajahnya. Balik menatap tajam Devan."Kau pikir kenapa? Itu karena aku benci wanita itu! Dia yang merebut kamu

DMCA.com Protection Status