“Oh, I see. Aku pikir Mas Freza sama Rere. Baguslah,” ucap Freza dengan senyum mengembang.“Apaan, sih? Enggak, enggak.” Akhirnya Freza bisa melepas paksa genggaman tangan Sesil.“Nggak usah ngarang, deh.” Mata Freza melotot menatap Sesil.“Freza, kok, gitu sih? Freza ngajak Sesil keluar karena mau ngomongin tunangan kita, kan?” rajuk Sesil.“Diam!” Kali ini Freza emosi dan berteriak ke Sesil.“Dan kamu, Zeega, jangan coba-coba mendekati Rere,” tegas Freza dengan menunjuk wajah Zeega.Dengan begitu kesal, Freza keluar dari toko tanpa menunggu Sesil.Dibukanya pintu mobil, lalu segera masuk ke dalam. Perasaannya sudah tidak karuan. Moodnya sudah rusak seketika.Tanpa mengambil pesanannya, Sesil berlari menyusul Freza keluar toko dengan air mata berurai.Beruntung mobil sedan hitam yang tadi dia naiki masih di sana, tidak meninggalkan dirinya. Dia menyusul masuk ke dalam mobil.“Fre, kamu kenapa, sih? Kenapa teriak sama Sesil?” Suaranya sedikit terbata-bata karena menangis.“Pakai seatb
Baca selengkapnya