Home / Romansa / IZINKAN AKU MENDUA / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of IZINKAN AKU MENDUA: Chapter 61 - Chapter 70

149 Chapters

Bab 61

Aku kembali menghela napas. Sebenarnya ucapan Dewi ada benarnya. Aku menolaknya bukan hanya semata karena ia tengah hamil. Tapi aku baru saja merasakan kepuasan batin sebelumnya saat menembus Sherin, maka aku belum membutuhkan pelampiasan saat ini. Aku bahkan masih terbayang-bayang nikmatnya sensasi semalam.“Mas, ingat ya. Kamu berada di posisi ini sekarang karena aku dan Almarhum Ayah memberi kepercayaan padamu. Aku tak akan segan-segan mencabut itu semua jika Mas Randy macam-macam.”“Kenapa selalu mencurigaiku, Wi?”Sebenarnya aku tersinggung, tapi aku membiarkannya. Dewi selalu mengancamku seperti itu padahal ia tak pernah tau apa saja yang telah kulakukan untuk perusahaan Pak Nugi. Aku sudah memenangkan beberapa tender penting dan mambawa perusahaannya semakin maju. Maka aku juga sudah mengamankan beberapa aset yang berhasil kuperoleh selama aku berjuang di sana. Aku memang harus melakukannya karena tak ada jaminan untukku untuk terus berada di bawah bayang-banyang Pak Nugi. Aku
Read more

Bab 62

PoV Hannan.Sejujurnya aku merasa risih ketika bertemu dengan Randy dan istrinya di bandara. Bagiamana tidak, Zayn melihatnya tepat di saat Randy berciuman di depan pintu masuk. Sungguh aku tak mengerti kenapa pria itu sekarang menjadi seperti itu, padahal saat bersamaku dulu, kami selalu menyembunyikan kemesraan kami di depan umum, bahkan di depan anak-anak. Kami hanya menikmatinya ketika sedang berdua. Tapi lihatlah sekarang, Randy tanpa risih mempertontonkan ciumannya di tempat umum, dan sialnya lagi Zayn melihat semuanya. Aku belum sempat memalingkan wajah Zayn ketika bocah balitaku itu sudah berteriak memanggil ayahnya.Randy pun terlihat sedikit grogi ketika tau kami ada di sana. Seperti biasa pria itu menyambut Zayn dengan pelukan hangat seorang ayah ketika Zayn berlari menghampirinya. Namun tiba-tiba saja ia mendekatiku dan mengajakku bicara. Aku melirik Ray untuk meminta izin pada pria yang sudah menjadi imamku itu, dan ternyata Ray mengangguk mengiyakan.“Kamu apa-apaan, Bun
Read more

Bab 63

“Kamu kenapa senyum-senyum?” tanya Ray saat kami berdua sudah berada di dalam pesawat yang akan membawa kami ke Bali.“Oh, nggak. Zayn itu loh bisa-bisanya ia ngomong pada Ayahnya kalau Bunda dan Papinya mau bulan madu. Pasti Papa yang ngajarin.” Aku terkekeh.’“Hah? Zayn bilang pada Ayahnya kita akan bulan madu?.” Ray pun ikut terkekeh. “Pantas saja muka Pak Randy sampai ketekuk gitu tadi. Rupanya Zayn yang manas-manasin ayahnya,” lanjutnya masih dengan tawanya.“Maksudnya?”“Kamu nggak liat wajah Pak Randy tadi? Dia kelihatan nggak suka liat kita, apalagi aku. Kurasa ia cemburu.”“Ngaco ah! Ngapain juga dia cemburu, kamu nggak liat di sampingnya ada istrinya. Bahkan tadi mereka ciuman panas gitu di tempat umum.” Aku bergidik.“Aku laki-laki, Bun. Aku tau tatapan cemburunya tadi. Oiya, apa kamu mau kita ciuman di tempat umum juga kayak mereka tadi? Sepertinya seru.” Ray menaikkan sebelah alisnya.“Ih, kayak nggak ada tempat lain aja. Risih tau liatnya. Sayangnya Zayn juga sempat mel
Read more

Bab 64

“Tapi, Pak Randy. Ini sudah melanggar peraturan kepegawaian di kantor kita. Beberapa karyawan lain bahkan sudah mulai berspekulasi mengenai Mbak Sherin karena merasa perusahaan memperlakukannya istimewa. Apalagi rekomendasinya dari Pak Randy langsung.”“Sudahlah. Jangan membahas Sherin dulu. Sekarang tolong tempatkan salah satu karyawan yang berkompeten yang bisa menggantikan Sherin untuk sementara waktu. Banyak jadwalku yang terbengkalai beberapa hari ini karena tak ada yang mengaturnya.”“Baik, Pak Randy.”“Untuk urusan Sherin, nanti setelah meeting dengan klien perusahaan aku akan mengurusnya,” lanjutku, kepalaku rasanya semakin pening.Aku merasa heran ketika Bu Cici masih belum beranjak dari hadapanku. Ia justru sedang menatap heran padaku.“Kenapa harus Pak Randy yang turun tangan langsung untuk urusan Sherin? Padahal Bapak bisa menginstruksikannya pada kami,” tanya Bu Cici heran.Hufftt! Aku menggaruk tengkukku.“Kembalilah bekerja dan pastikan menempatkan salah satu karyawan s
Read more

Bab 65

PoV Sherin“Kamu belum masuk kerja, Nak?” Suara Ibu membuyarkan lamunanku pagi ini.“Eh, Ibu. Iya, Bu. Sherin masih dapat izin beberapa hari dari kantor,” jawabku kembali dengan alasan yang sama dengan yang kemarin-kemarin.Lalu aku kembali menunduk ketika ibu menatapku. Aku tau, Ibu pasti merasa aneh melihatku. Ibu pun pasti merasa jika alasanku ini hanya kubuat-buat. Tapi, aku tak punya cara lain. Aku pun masih merasa bingung dengan apa yang harus kulakukan saat ini. Aku tak punya keberanian untuk datang ke kantor seperti biasanya. Aku tak punya keberanian untuk bertemu Pak Randy, aku takut aku akan kembali gemetar saat melihat atasanku itu.“Kamu ada masalah di kantor, Nak?” Itu adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan Ibuku sejak aku memilih tak masuk kerja. Jawabanku pun tetap sama, hanya gelengan kepala dengan senyum yang kupaksakan.“Enggak ada, Bu.”“Kamu masih menganggap Ibu ini Ibumu kan, Nak? Ceritalah pada Ibu. Ibu yakin ada sesuatu yang kamu sembunyikan.” Aku kemb
Read more

Bab 66

Mataku bisa melihat semuanya, namun aku tak mampu menguasai tubuhku. Sayup-sayup kudengar suara lembut Ibu memanggil namaku, kemudian mengucap istighfar lagi disertai dengan isakan tangis tertahan. Ya Tuhan! Ibu ... Ibu jangan menangis! Ibuku tak boleh memangis! Apalagi menangis karenaku. Perlahan-lahan indera penciumanku pun mencium aroma tajam minyak kayu putih. Dengan susah payah aku berusaha mengumpulkan semua sisa tenaga yang masih kumiliki. Aku harus bisa menguasai tubuhku! Hingga akhirnya perlahan-lahan aku mulai bisa menggerakkan tanganku.Yang pertama kulakukan adalah meraih tangan keriput milik Ibuku.“Ibu ....” Kutatap wajah sembab itu. Ibuku mengangguk, kemudia menyusut matanya.“Iya, Nak. Ibu di sini. Ibu selalu ada di samping Sherin,” lirih suara Ibuku.“Sherin ... kenapa?”“Jangan banyak bicara dulu, Nak. Sherin istirahat dulu, ya. Biar Ibu buatkan teh hangat.” Ibuku melepas genggaman tanganku padanya, namun aku segera meraih tangan Ibu dan kembali menggenggamnya.“Jang
Read more

Bab 67

“Aku kangen kamu, Ti ...” lirihku.Tian merah tanganku dan menggenggamnya erat.“Aku juga kangen, Sher. Mengapa beberapa hari ini aku merasa kamu menghindariku? Apa ada sesuatu yang terjadi?”Aku menggeleng.“Ya sudah. Kamu istrirahat yang banyak, ya. Tidak usah mikirn kerjaan dulu. Kalau perlu biar nanti aku yang memintakan izin pada atasanmu. Kurasa ia pasti akan memberimu izin. Kalau enggak salah namanya Pak Randy kan? Yang waktu itu ngantar kita ke puskesmas saat kamu pingsan.”‘Jangan menyebut namanya, Tian!' pekikku dalam hati. Kukepalkan tanganku yang sedang berada dalam genggaman tangannya. Tian menatapku heran ketika merasa aku mengeratkan genggaman tanganku padanya.“Kenapa, Sher?” tanyanya.“Enggak apa, Ti. Kamu enggak perlu ke kantorku. Aku sudah mengurus cutiku.”Tian mengangguk.“Bersabarlah, Sayang. Aku akan segera meminangmu setelah urusan pemberkasanku untuk pengangkatan ASN selesai. Kamu enggak perlu kerja lagi jika kita sudah menikah nanti. Biar kamu di rumah aja, n
Read more

Bab 68

PoV Randy.Sudah seminggu lagi berlalu, namun aku belum juga menemukan cara untuk berbicara pada Sherin. Aku khawatir ia akan kembali gemetar dan bahkan pingsan jika aku kembali datang ke rumahnya. Padahal aku ingin sekali meminta maaf langsung pada gadis malang yang telah kurenggut paksa kesuciannya itu. Aku memang sudah meminta maaf dan mengaku pada ibunya. Wanita kurus yang sudah mulai keriput sangat terkejut ketika aku mengakui kesalahanku padanya. Tak ada yang kusembunyikan, aku mengakui semuanya. Dengan linangan air mata Ibu Sherin waktu itu menanyakan padaku kenapa aku melakukan itu pada putrinya.“Kenapa Pak Randy tega melakukan itu pada putriku? Padahal setau saya Pak Randy ini pria yang sudah punya istri.” Suara lirih disertai isakan tangis wanita tua itu membuat hatiku iba.“Maafkan saya, Bu. Saya benar-benar khilaf waktu itu.”“Apa Pak Randy mencintai anak saya sehingga Pak Randy memaksakan diri melakukannya?”Aku terdiam, bingung dengan pertanyaan Ibu Sherin. Mungkin wani
Read more

Bab 69

“Mas lembur di kantor, Sayang. Lagian kamu kenapa balik dari Jayapura? Bukannya Mas sudah bilang jangan terlalu sering bolak-balik Jakarta-Jayapura dulu.”“Karena kamu ingkar janji, Mas. Bukannya kata Mas Randy kemarin Mas yang akan datang ke Jayapura? Tapi ini sudah seminggu dan Mas tak datang. Padahal ini akhir pekan. Apa Mas Randy punya urusan penting lain?”“Ya Allah! Mas sedang banyak pekerjaan, Wi. Bukan karena apa-apa.”“Tapi Mas Randy tak pernah lembur. Bahkan tadi juga Mas enggak ada di kantor saat aku menelepon ke sana. Apa yang kamu sembuyikan dariku, Mas?”Aku kembali menghela napas.“Jangan berpikiran yang enggak-enggak, Wi. Sebaiknya kamu beristirahat agar bayimu tetap aman.”“Bayi kita, Mas! Ini bayimu juga! Berapa kali harus kukatakan padamu bahwa ini bayi kita!” Dewi terlihat emosi, tepat di saat pintu ruang rawat VVIP diketuk dan dibuka perlahan dari luar.“Astaghfirullah! Ada apa ini, Pak, Bu? Bukankah sudah saya bilang tadi Bui Dewi harus banyak beristirahat? Kenap
Read more

Bab 70

“Wi, please! Jangan bawa-bawa Hannan,” pintaku. Kali ini dengan suara lembut.“Bahkan kamu masih selembut itu menyebut namanya,” lirih Dewi.“Sudah, ya. Tak ada gunanya kita berdebat. Kamu perlu istirahat.” Kembali kulembutkan suaraku, berdebat dengan nada tinggi dengan Dewi hanya akan menguras emosiku, apalagi ia sedang dalam kondisi hamil.“Pokoknya aku nggak terima jika Mas punya wanita lain di luar sana. Aku bukan Mbak Hannan yang bisa dengan mudahnya Mas duakan!”Aku tak mau menanggapinya lagi, meski sebenarnya ingin sekali aku menghardik Dewi.“Mas tinggal sebentar, ya. Mau ambil ponselku di mobil, sekalian beli makan di kantin rumah sakit. Mau dibeliin sesuatu?” tanyaku lembut. Sekali lagi aku harus menekan egoku demi wanita hamil ini.Dewi menggeleng. “Aku enggak lapar. Cukup Mas kembali ke sini segera, jangan berlama-lama dengan berbagai alasan.”Ya Tuhan! Wanita ini benar-benar menguji kesabaranku!Aku pun melangkah ke parkiran, mengambil gawaiku yang tergeletak di atas dash
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status