PoV Hannan.Aku sudah mulai terlelap di tengah dekapan tangan mungil dan tangan kekar yang melingkari tubuhku ketika napas berat kembali berembus mengenai pipi dan leherku. Dengan berat aku kembali berusaha membuka mataku, meski sebenarnya tubuhku sudah lelah setelah menjalani serangkaian acara hari ini. Manik mata tajam itu kembali menatapku tajam. Tangan Ray pun kembali membelai-belai pipiku.“Mmmm ... belum tidur, Ray?” gumamku.“Loh, kan tadi udah janji mau pindah ke kamar sebelah, Han.”“Ta—tapi aku lelah dan sudah sangat mengantuk.” Aku kembali menggumam.Aku merasa tubuh Ray semakin mepet, sebagian tubuhnya kini malah tengah menindihku. Embusan napasnya pun terasa semakin berat.“Padahal aku udah nungguin loh, Bun. Tadinya juga udah ngantuk tapi aku tahan. Ayo dong, Bun.” Ray menggumam, kali ini aku kembali merasakan sesuatu yang lembut, tebal dan basah menyentuh bibirku.“Aku manggil kamu Bunda juga, ya. Biar sama dengan Zayn,” Ray menggumam lirih, namun bibirnya belum juga be
Baca selengkapnya