PoV Hannan.“Hai, Jagoan! Kok melamun sendririan?” Aku mendengar suara itu samar-samar ketika sedang membuatkan telur mata sapi untuk sarapan Zayn di dapur. Aku hafal sekali suara bariton itu, suara Ray.Belakangan ini ia sering sekali datang ke rumahku. Entah itu pagi hari dan kemudian memaksa mengantarkanku ke toko roti, atau siang hari tiba-tiba muncul di toko roti membawa berbagai menu makan siang yang cukup untuk semua karyawan toko, atau sore hari di saat waktunya aku pulang kerja dan kemudian memaksaku dan Zayn ikut di mobilnya hingga malam, tak lupa ia akan mengajakku dan Zayn makan malam terlebih dahulu sebelum mengantar kami berdua pulang.Terkadang jika sedang kelelahan, Zayn tertidur di pundaknya dalam dekapannya. Terus terang, hatiku selalu berdesir jika melihat pemandangan seperti itu. Bahkan ayah Zayn sendiri, meskipun dekat dengan anak-anak, namun tak memiliki banyak waktu untuk Zayn bermanja-manja seperti itu padanya. Aku wanita normal, mendapat perhatian seperti itu
Baca selengkapnya