Home / Romansa / IZINKAN AKU MENDUA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of IZINKAN AKU MENDUA: Chapter 21 - Chapter 30

149 Chapters

Bab 21. Hanya Bisa Pasrah

“Ray, bagaimana perkembangan Zaid? Apakah bisa aku meninggalkannya bekerja? Aku sudah seminggu ini tidak kerja karena menungguinya di sini,” tanyaku pada dr. Rayyan pagi ini.Aku memang sudah seminggu ini hanya bolak-balik dari lantai 7 ke lantai 1 bergantian mengawasi kedua putraku. Zayn pun mulai terlihat bosan seharian hanya bermain di dalam ruangan dr. Rayyan. Meski ia memiliki banyak mainan baru yang dibawakan oleh ayahnya waktu itu. Aku mulai berpikir untuk kembali bekerja di toko roti Bu Sri. Selain karena memang aku masih berstatus karwayan di sana, aku pun harus memikirkan biaya hidupku dan kedua anakku.Bang Randy memang membayar semua tagihan rumah sakit Zaid. Aku pun tak menolaknya karena memang aku belum bisa membantu banyak, kecuali menjaga Zaid. Lelaki itu sendiri baru dia kali datang menengok Zaid ke rumah sakit ini. Aku pun lebih memilih menyuruh Zaid menelpon melalui panggilan video jika ia menanyakan ayahnya, Bukan tanpa sebab, 2 kali pertemuanku dengan Bang Randy d
Read more

Bab 22. Mengendap Lara

PoV Rayyan.Hannan tiba-tiba saja tumbang di depanku saat ia tengah berusaha melangkah ke arah meja hendak meraih gawainya. Sepertinya penjelasanku mengenai kondisi terkini kesehatan putranya membuat wanita itu syok dan kehilangan kekuatannya. Aku sudah sering melihat kondisi syok seperti ini pada beberapa orangtua pasienku. Namun kali ini aku merasa panik ketika Hannan yang mengalaminya. Segera kutahan tubuhnya sebelum benar-benar jatuh ke lantai. Aku mendekap tubuhnya yang begitu lemah, menggendongnya ke arah tempat tidur yang ada di dalam ruanganku di mana Zayn putra bungsunya juga sedang terlelap di sana.Ada debaran jantung yang tak biasa ketika aku mendekap Hannan di dadaku dan menggendong tubuhnya yang sedikit kurus menurutku. Entahlah, aku sendiri tak mengerti mengapa detak jantungku jadi seperti ini saat kepalanya terkulai bersandar pasrah dalam dekapanku.Kuperiksa denyut nadi Hannan setelah aku membaringkan tubuhnya, masih normal. Kurasa ia hanya benar-benar syok karena men
Read more

Bab 23. Gerimis di Hatiku

PoV Hannan.“Mbak Hannan! Mbak Hannan! Tadi ada telepon dari bagian perawatan. Mbak Hannan disuruh segera ke ruang rawat anak Mbak!” Hari asih pagi ketika salah satu rekan kerjaku datang dengan tergopoh-gopoh ketika aku sedang menyelsesaikan beberapa pekerjaanku.“Ada apa, ya?” tanyaku menautkan alis, kubereskan beberapa berkas diatas meja kerjaku. Ada rasa khawatir yang terlintas namun aku berusaha mengabaikannya. Semua pasti baik-baik saja, pikirku. Ini adalah hari keempat putra sulungku menjalani proses kemoterapi. Aku terus memantau kondisinya melalui dr. Rayyan. Menurut Rayyan, sejauh ini Zaid memperlihatkan perkembangan yang baik, namun pasien kanker selalu tak terduga.“Buruan, Mbak! Sepertinya penting! Kata mereka tadi Mbak Hannan tak merespon ponsel jadi mereka menelpon di telepon intern. Biar aku yang beresin berkas-berkas ini!.”Aku morogoh ponselku sambil berlari kecil ke ruang perawatan Zaid. Banyak pesan dan puluhan telpon yang tak terjawab. Rupanya ponselku sedang dalam
Read more

Bab 24. Apa Jantung Baik-Baik Saja?

Bab 24. Apa Jantung Baik-Baik Saja?Bapak dan Ibu Bang Randy terlihat masih berada di rumahku saat aku tiba kembali di rumah, mereka berdua sedang megajak Zayn bermain. Bu Wulan dan beberapa tetangga terlihat menyuguhkan berbagai makanan pada tamu-tamu pelayat yang masih ada di rumah sempitku. Aku sangat bersyukur banyak yang peduli padaku dan anak-anakku.“Nak Hannan, Ibu dan Bapak masih mau di sini, masih kangen cucu. Nggak apa kan?” tanya Ibu Bang Randy.“Iya, Bu. Nggak apa-apa. Hannan dan Zayn bahkan senang sekali jika Ibu dan Bapak masih mau menemani kami di sini.”“Bapak nggak betah di rumah Randy, Nak. Jadi Bapak tadi minta Ibu izin padamu agar kami masih boleh di sini dulu,” ucapnya lagi.“Iya, Bu. Bapak dan Ibu boleh datang ke sini kapan saja. Zayn juga pasti masih kangen pada Nenek dan Kakeknya.”“Terima kasih, Nak. Maafin kesalahan Randy, ya, Nak. Ibu sangat menyesali perpisahan kalian. Ibu juga sangat menyesali keputusannya keluar dari profesi TNI yang sejak dulu dicita-ci
Read more

Bab 25. Seseorang Dari Masa Lalu

PoV Rayyan.Satu lagi penyesalan terbesar dalam hidupku. Aku gagal menyelamatkan Zaid, si calon dokter yang menggemaskan dan begitu mengagumiku. Selama menjadi dokter, ini adalah tindakan medis terberat yang pernah kulakukan. Aku harus menyaksikan di depan mataku ketika tubuh mungil itu perlahan-lahan menyerah pada ganasnya sel kanker yang makin menyebar luas menggerogoti organ-organ vital tubuhnya. Beberapa perawat dan asisten yang membantuku melakukan penanganan pada pasien cilik itu bahkan ikut tegang ketika melihatku tak seperti biasanya.Tubuhku gemetar hebat ketika menyaksikan detik-detik putra sulung Hannan menyerah kalah. Hal yang benar-benar baru pertama kali kualami, padahal aku sudah sering menghadapi situasi seperti ini. Namun kali ini berbeda, asistenku bahkan harus menopang tubuhku ketika aku histeris di dalam ruang tindakan.“Bangun, Nak! Bangun! Kamu pasti bisa! Om Dokter sudah berjanji akan mengajarimu banyak hal! Om Dokter janji akan membantumu menggapai cita-citamu
Read more

Bab 26. Seseorang Dari Masa Lalu (2)

Pov Hannan.“Nggak kerja, Ray?” tanyaku saat melihat pria itu masih duduk sambil menemani Zayn bermain. Bang Randy serta kedua orangtuanya sendiri sudah pulang meski kulihat dari tatapan matanya, mantan ibu mertuaku seakan masih tak rela berpisah dengan cucunya Zayn.“Kamu sendiri?” Ray balik bertanya.“Oh iya, sepertinya aku tak bisa lagi bekerja di sana, Ray. Berada di sana pasti akan selalu mengingatkanku pada Zaid. Aku juga tak bisa meninggalkan Zayn bekerja seharian, ia masih terlalu kecil. Aku akan mengajukan pengunduran diriku segera pada Bu Yana HRD. Semoga kamu nggak keberatan, ya. Terima kasih sudah memberiku kesempatan bergabung di Health Hospital walau hanya beberapa minggu.”“Aku pun berpikiran seperti itu, Han. Tak akan baik bagimu jika berada di sana. Tak perlu mengajukan pengunduran dirimu, aku yang akan bicara pada Bu Yana. Gajimu dan pesangonmu juga akan ditransfer oleh bagian keuangan.”“Ck!! Kamu ini ngaco deh, Ray. Mana ada sih karyawan kerja nggak sampai sebulan
Read more

Bab 27. Insiden di Balik Tembok

Baru saja aku hendak memesan ojek online melalui applikasi di gawaiku ketika kudengar suara Zayn menyambut seseorang yang muncul di depan pintu toko roti.“Om Dokter jemput Zayn?” Suara Zayn terdengar manja. Tanpa melihat dengan siapa ia berbicara, aku sudah bisa menduganya.“Ngapain repot-repot jemputin kami sih, Ray? Kamu nggak sibuk? Nggak ada pasien?”“Ihh ... Bundanya Zayn ge er ya. Orang Om Dokter ke sini buat jemputin Zayn. Iya kan jagoan?” Ia pura-pura ngobrol dengan Zayn.Aku mencebikkan bibirku kesal. “Ya udah, aku mau pesan ojek dulu.”“Eh ... jangan dong. Gitu aja ngambek. Aku kesini buat jemput Zayn dan juga bundanya,” ucapnya sambil menarik lenganku.“Jangan seperti ini, Ray. Aku nggak enak,” ucapku sambil mengarahkan pandanganku pada lenganku yang sedang dicengkramnya.“Ah, maaf, Han. Ayo kuantar pulang, sekalian bersiap-siap menghadiri undangan tadi.”“Jagoan kita mau duduk di depan atau di belakang nih?” tanyanya pada Zayn yang sedari tadi bergelayut manja dalam gendo
Read more

Bab 28. Serumit Inikah Hidupnya?

Pov Randy.Malam ini aku dan Dewi menggelar pesta syukuran atas keberhasilan operasi transplantasi kornea mata yang telah dilalui Dewi. Wajar memang jika Dewi menggelar acara syukuran ini, karena ia memang telah lama mencari pendonor kornea mata untuknya, bahkan sebelum ayahnya meninggal. Secara kebetulan Dewi mendapatkan kabar dari dr. Willy tentang adanya pendonor kornea tepat ketika putra sulungku Zaid juga tengah menjalani perawatan di rumah sakit pada saat itu.Beberapa kali aku menghadapi dilema ketika aku harus menemani Dewi yang sama sekali tak mau kutinggalkan saat menjalani rangkaian pemeriksaan matanya sebelum operasi dan panggilan hatiku sebagai seorang ayah yang harus menemani putraku yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Namun akhirnya aku lebih sering memilih menemani Dewi, karena kupikir Hannan pasti akan selalu mendampingi putra sulungku itu. Sedangkan Dewi, ia benar-benar sendirian dan sangat tergantung padaku sekarang.Maka ketika Zaid kemudian menyerah terhadap
Read more

Bab 29. Hatiku Masih Ragu

PoV Dewi.Malam ini benar-benar malam yang membuatku sangat bahagia, belum pernah selama hidupku aku merasakan kebahagiaan seperti ini. Dulu, di hari aku menikah dengan Mas Randy, aku juga bahagia. Namun kondisi penglihatanku yang masih gelap saat itu membuat kebahagiaan itu tak sesempurna malam ini. Malam di mana akulah yang menjadi bintangnya, sementara di sampingku Mas Randy dengan setia terus menggandeng tanganku. Jujur, aku semakin mencintai Mas Randy setelah duniaku sudah terang benderang. Ia adalah orang yang pertama kali kulihat meski waktu itu masih samar-samar saat perban mataku dibuka. Ia lelaki yang tampan, sesuai dengan yang ada di dalam benakku selama ini.Hanya satu hal yang membuatku sedikit kesal tadi, di saat aku memergoki Mas Randy dan Mbak Hannan sedang berdebat di balik tembok. Mereka hanya berdua. Apakah mereka sengaja menjauh dari pesta untuk berdebat? Aku menguping beberapa kalimat Mbak Hannan. Berani sekali wanita itu memaki suamiku yang juga adalah mantan sua
Read more

Bab 30. Wajah Datar Tanpa Ekspresi

PoV Randy.“Kenapa harus balik ke Jayapura sih, Sayang?” tanyaku pada Dewi. Istriku itu terlihat sudah bangun dan menyiapkan trolly bag nya. Hari ini ia berencana akan kembali ke Jayapura. Sementara aku sendiri masih bergelung di dalam selimut dan masih dengan tubuh polos setelah aktivitasku dan Dewi semalam.“Aku nggak betah di Jakarta, Mas. Aku lebih senang di kota kelahiranku. Lagian Mas Randy kan juga bisa terbang ke Jayapura kapan aja Mas kangen,” jawabnya.“Tapi aku kadang lelah, Wi. Setelah seharian mengurus perusahaan dengan berbagai masalahnya, lalu harus terbang ke ujung timur Indonesia hanya karena kangen istriku. Waktuku untuk bertemu putraku Zayn juga jadi sangat terbatas." Dewi menghentikan aktivitasnya lalu menoleh padaku.“Bagaimana jika Zayn tinggal di sini aja bersama Mas Randy. Aku akan membayar baby sitter untuk mengurusnya, agar Mas bisa bertemu dengannya setiap hari tanpa harus datang ke rumahnya.”“Nggak, Wi. Mas nggak mungkin tega mengambil Zayn dari bundanya.
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status