Beranda / Romansa / IZINKAN AKU MENDUA / Bab 25. Seseorang Dari Masa Lalu

Share

Bab 25. Seseorang Dari Masa Lalu

Penulis: Aina D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PoV Rayyan.

Satu lagi penyesalan terbesar dalam hidupku. Aku gagal menyelamatkan Zaid, si calon dokter yang menggemaskan dan begitu mengagumiku. Selama menjadi dokter, ini adalah tindakan medis terberat yang pernah kulakukan. Aku harus menyaksikan di depan mataku ketika tubuh mungil itu perlahan-lahan menyerah pada ganasnya sel kanker yang makin menyebar luas menggerogoti organ-organ vital tubuhnya. Beberapa perawat dan asisten yang membantuku melakukan penanganan pada pasien cilik itu bahkan ikut tegang ketika melihatku tak seperti biasanya.

Tubuhku gemetar hebat ketika menyaksikan detik-detik putra sulung Hannan menyerah kalah. Hal yang benar-benar baru pertama kali kualami, padahal aku sudah sering menghadapi situasi seperti ini. Namun kali ini berbeda, asistenku bahkan harus menopang tubuhku ketika aku histeris di dalam ruang tindakan.

“Bangun, Nak! Bangun! Kamu pasti bisa! Om Dokter sudah berjanji akan mengajarimu banyak hal! Om Dokter janji akan membantumu menggapai cita-citamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 26. Seseorang Dari Masa Lalu (2)

    Pov Hannan.“Nggak kerja, Ray?” tanyaku saat melihat pria itu masih duduk sambil menemani Zayn bermain. Bang Randy serta kedua orangtuanya sendiri sudah pulang meski kulihat dari tatapan matanya, mantan ibu mertuaku seakan masih tak rela berpisah dengan cucunya Zayn.“Kamu sendiri?” Ray balik bertanya.“Oh iya, sepertinya aku tak bisa lagi bekerja di sana, Ray. Berada di sana pasti akan selalu mengingatkanku pada Zaid. Aku juga tak bisa meninggalkan Zayn bekerja seharian, ia masih terlalu kecil. Aku akan mengajukan pengunduran diriku segera pada Bu Yana HRD. Semoga kamu nggak keberatan, ya. Terima kasih sudah memberiku kesempatan bergabung di Health Hospital walau hanya beberapa minggu.”“Aku pun berpikiran seperti itu, Han. Tak akan baik bagimu jika berada di sana. Tak perlu mengajukan pengunduran dirimu, aku yang akan bicara pada Bu Yana. Gajimu dan pesangonmu juga akan ditransfer oleh bagian keuangan.”“Ck!! Kamu ini ngaco deh, Ray. Mana ada sih karyawan kerja nggak sampai sebulan

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 27. Insiden di Balik Tembok

    Baru saja aku hendak memesan ojek online melalui applikasi di gawaiku ketika kudengar suara Zayn menyambut seseorang yang muncul di depan pintu toko roti.“Om Dokter jemput Zayn?” Suara Zayn terdengar manja. Tanpa melihat dengan siapa ia berbicara, aku sudah bisa menduganya.“Ngapain repot-repot jemputin kami sih, Ray? Kamu nggak sibuk? Nggak ada pasien?”“Ihh ... Bundanya Zayn ge er ya. Orang Om Dokter ke sini buat jemputin Zayn. Iya kan jagoan?” Ia pura-pura ngobrol dengan Zayn.Aku mencebikkan bibirku kesal. “Ya udah, aku mau pesan ojek dulu.”“Eh ... jangan dong. Gitu aja ngambek. Aku kesini buat jemput Zayn dan juga bundanya,” ucapnya sambil menarik lenganku.“Jangan seperti ini, Ray. Aku nggak enak,” ucapku sambil mengarahkan pandanganku pada lenganku yang sedang dicengkramnya.“Ah, maaf, Han. Ayo kuantar pulang, sekalian bersiap-siap menghadiri undangan tadi.”“Jagoan kita mau duduk di depan atau di belakang nih?” tanyanya pada Zayn yang sedari tadi bergelayut manja dalam gendo

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 28. Serumit Inikah Hidupnya?

    Pov Randy.Malam ini aku dan Dewi menggelar pesta syukuran atas keberhasilan operasi transplantasi kornea mata yang telah dilalui Dewi. Wajar memang jika Dewi menggelar acara syukuran ini, karena ia memang telah lama mencari pendonor kornea mata untuknya, bahkan sebelum ayahnya meninggal. Secara kebetulan Dewi mendapatkan kabar dari dr. Willy tentang adanya pendonor kornea tepat ketika putra sulungku Zaid juga tengah menjalani perawatan di rumah sakit pada saat itu.Beberapa kali aku menghadapi dilema ketika aku harus menemani Dewi yang sama sekali tak mau kutinggalkan saat menjalani rangkaian pemeriksaan matanya sebelum operasi dan panggilan hatiku sebagai seorang ayah yang harus menemani putraku yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Namun akhirnya aku lebih sering memilih menemani Dewi, karena kupikir Hannan pasti akan selalu mendampingi putra sulungku itu. Sedangkan Dewi, ia benar-benar sendirian dan sangat tergantung padaku sekarang.Maka ketika Zaid kemudian menyerah terhadap

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 29. Hatiku Masih Ragu

    PoV Dewi.Malam ini benar-benar malam yang membuatku sangat bahagia, belum pernah selama hidupku aku merasakan kebahagiaan seperti ini. Dulu, di hari aku menikah dengan Mas Randy, aku juga bahagia. Namun kondisi penglihatanku yang masih gelap saat itu membuat kebahagiaan itu tak sesempurna malam ini. Malam di mana akulah yang menjadi bintangnya, sementara di sampingku Mas Randy dengan setia terus menggandeng tanganku. Jujur, aku semakin mencintai Mas Randy setelah duniaku sudah terang benderang. Ia adalah orang yang pertama kali kulihat meski waktu itu masih samar-samar saat perban mataku dibuka. Ia lelaki yang tampan, sesuai dengan yang ada di dalam benakku selama ini.Hanya satu hal yang membuatku sedikit kesal tadi, di saat aku memergoki Mas Randy dan Mbak Hannan sedang berdebat di balik tembok. Mereka hanya berdua. Apakah mereka sengaja menjauh dari pesta untuk berdebat? Aku menguping beberapa kalimat Mbak Hannan. Berani sekali wanita itu memaki suamiku yang juga adalah mantan sua

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 30. Wajah Datar Tanpa Ekspresi

    PoV Randy.“Kenapa harus balik ke Jayapura sih, Sayang?” tanyaku pada Dewi. Istriku itu terlihat sudah bangun dan menyiapkan trolly bag nya. Hari ini ia berencana akan kembali ke Jayapura. Sementara aku sendiri masih bergelung di dalam selimut dan masih dengan tubuh polos setelah aktivitasku dan Dewi semalam.“Aku nggak betah di Jakarta, Mas. Aku lebih senang di kota kelahiranku. Lagian Mas Randy kan juga bisa terbang ke Jayapura kapan aja Mas kangen,” jawabnya.“Tapi aku kadang lelah, Wi. Setelah seharian mengurus perusahaan dengan berbagai masalahnya, lalu harus terbang ke ujung timur Indonesia hanya karena kangen istriku. Waktuku untuk bertemu putraku Zayn juga jadi sangat terbatas." Dewi menghentikan aktivitasnya lalu menoleh padaku.“Bagaimana jika Zayn tinggal di sini aja bersama Mas Randy. Aku akan membayar baby sitter untuk mengurusnya, agar Mas bisa bertemu dengannya setiap hari tanpa harus datang ke rumahnya.”“Nggak, Wi. Mas nggak mungkin tega mengambil Zayn dari bundanya.

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 31. Pelukan yang Menyesakkan

    Mobil mewah yang membawaku dan Zayn berhenti tepat di salah satu deretan rumah mewah. Aku tau, ini adalah rumah yang kudatangi waktu itu bersama Ray ketika ia menjemput gadis bernama Nadine dari bandara. Ada sebersit rasa ragu di hatiku setelah membaca deretan pesan dan Ray tadi. Sekali lagi aku melirik pria paruh baya yang masih duduk di kursi depan, mungkin sedang menunggu sang supir membantunya untuk keluar. Lalu sang supir pun terlihat membuka pintu depan mobilnya.“Bukakan pintu untuk Hannan dan putranya dulu. Mereka adalah tamu istimewa kita hari ini. Aku belakangan saja,” perintahnya pada si supir.“Baik, Pak.” Lalu si supir pun beralih ke pintu belakang di mana aku dan Zayn duduk.“Silahkan, Nona,” ucapnya dengan sangat sopan sambil mengulurkan tangannya mempersilahkanku dan Zayn keluar. Naluri keibuanku membuatku mendekap Zayn dan keluar dari mobil dengan menggendongnya.“Panggil Bi Inah, suruh Bi Inah menyambut Hannan,” perintah Pak David lagi pada supirnya. Sementara aku m

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 32. Berbagilah Denganku

    “Nadine! Kamu tidak akan menjadi tinggi karena merendahkan orang lain. Om tak suka kamu berbicara seperti itu pada Hannan,” kata Pak David dengan penuh penekanan.“Oh, iya. Aku baru ingat namanya Hannan. Kamu kan yang menemani Ray menjemputku di bandara waktu itu? Kamu dibayar berapa sama Ray, hah?”“Nadine! Kamu sudah keterlaluan! Kamu ... kamu mabuk?” Rayyan tiba-tiba saja mendekati Nadine. Sebenarnya aku pun sedari tadi sudah merasakan aroma tajam alkohol dari gadis itu, tapi aku tak berani untuk menduga-duganya.“Ya Allah, Nadine. Kamu mabuk siang-siang begini? Apa kata Papamu nanti kalau tau kamu begini?”“Aku begini karenamu, Ray. Aku frustasi mencarimu, kamu sepertinya sengaja menghindariku.”“Maka tak perlu mencariku, Nad. Kamu sudah tau bagaiamana keputusanku tentang hubungan kita. Tak ada yang bisa dipertahankan, Nad.”“Tapi aku mencintaimu, Ray. Aku juga sudah meminta maaf atas kesalahanku waktu itu. Mengapa kamu sama sekali tak bisa memaafkanku?”“Aku tak bisa memaafkan se

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 33. Penasaran

    PoV Dewi.Suara ketukan di pintu kamarku membuatku terpaksa membuka mataku yang masih terasa berat.“Non ... Non Dewi!”Aku kembali menggeliat, rasanya tubuhku masih pegal-pegal setelah semalam dan lanjut tadi pagi menjalani aktivitas bersimbah peluh bersama Mas Randy. Namun sepertinya aku memang harus segera bangun dan membersihkan tubuhku karena aku harus segera ke bandara.Aku membelit tubuh polosku dengan selimut, kemudian membuka pintu kamarku dengan malas.“Maaf, Non. Bibi bangunin Non Dewi karena Pak Randy tadi sudah berpesan pada asistennya untuk menyuruh Bibi bangunin Non Dewi jika Non masih tidur.” Bik Sum berdiri di depan pintu kamarku.“Asisten Mas Randy sudah datang, Bik?” tanyaku.“Sudah, Non. Beliau sudah di sini sebelum Pak Randy tadi berangkat. Beliau yang ditugaskan untuk mengantar Non Dewi ke bandara.”“Iya, aku tau, Bik. Mana orangnya?” tanyaku lagi. Namun aku tak menunggu jawaban Bik Sum lagi ketika melihat sesosok tinggi tegap berdiri di ruang tengah. Lelaki yang

Bab terbaru

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 149

    Sherin terkejut mendapati sebuah kotak kecil terselip pada buket bunga yang diberikan oleh Randy tadi. Ia baru memperhatikannya setelah randy berpamitan pulang dan ia masuk ke dalam rumahnya. Perlahan wanita itu membuka kotak kecil itu, mulutnya ternganga lebar melihat isi kotak. Sebuah cincin berlian bermata putih yang berkilau memanjakan mata. Benda kecil yang Sherin mungkin tak akan bisa menebak harganya, cincin keluaran brand perhiasan kelas internasional. Sungguh benda yang sangat mahal untuk wanita biasa sepertinya.“Cincin ini menandakan perasaan tulusku padamu, Sherin. Seprestisius benda ini, sedalam ini pula perasaanku padamu.”Begitu isi tulisan di kartu yang terselip di sana. Sherin menghela napas panjang, lalu teringat kotak pemberian Tian padanya. Buru-buru Sherin membuka tas nya dan mengeluarkan benda yang diambil Tian dari laci dashboard mobilnya tadi, yang tadi membuatnya merasa merinding dan memejamkan mata karena mengira Tian hendak menciumnya.Jantung Sherin berdeta

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 148

    “Pak Randy?!” pekik Sherin saat mendapati mantan suaminya duduk di kursi teras depan rumahnya dengan mata terpejam.Pria yang pernah menikahi Sherin itu terkejut membuka matanya.“Ah, aku tertidur,” gumamnya.“Pak Randy ngapain?” Sherin mulai merasa tak nyaman melihat buket bunga yang diletakkan pria itu di atas meja.“Selamat ulang tahun, Sherin!” Randy menyodorkan buket bunga padanya. Pria itu tersenyum dengan lebar.“Dari mana tadi?” tanyanya.Sherin tak menjawab.“Tadi aku ke kantormu tapi kata karyawanmu, kamu lagi keluar dengan seseorang.”Sherin mematung.“Tadi pergi dengan siapa?” Lagi-lagi Randy bertanya, tapi Sherin tak menjawabnya.“Terima kasih bunganya, Pak. Terima kasih juga ucapannya. Kalau nggak ada yang mau diomongkan lagi Bapak boleh pulang sekarang, aku lelah,” pintanya.Namun pria di depannya tertawa sumbang.“Aku boleh masuk, Sher?”“Nggak, Pak! Aku wanita single, apa kata orang nanti kalau melihat aku menerima tamu lelaki.”“Tapi aku sua ... aku mantan suamimu,

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 147

    Sherin diam mendengarkan.“Hingga akhirnya aku bertemu Dinda, dia kakak dari salah satu muridku. Dia sangat perhatian pada Syifa, dari Syifa umur setahun dia sudah dekat dengan gadis itu.”Sekali lagi ada nyeri yang menyusup di hati Sherin. Setelah tadi bercerita tentang istrinya, kini pria yang dicintainya itu bercerita tentang gadis lain.“Semua yang melihat kebersamaan kami mengira aku dan Dinda punya hubungan khusus. Mungkin juga termasuk kamu, Sherin.” Tian menatap.“Kenapa kamu tak memilih bersamanya, bukankah dia sudah dekat dengan Syifa?” tanya Sherin ragu-ragu.“Sejak kepergian Lia, prioritasku hidupku adalah Syifa. Dan melihat kedekatan Syifa dengan Dinda, terus terang saja aku pernah berpikir untuk menawarkan hubungan yang lebih serius padanya.”Hati Sherin kembali tergores mendengarnya.“Lalu kenapa tak kamu lakukan? Sepertinya Dinda juga menyukaimu.” Akhirnya Sherin menyebut nama gadis itu.Tian menggeleng.“Keyakinan kami berbeda, Sherin. Dinda penganut agama lain. Dia s

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 146

    Sepanjang perjalanan Sherin terus menyimpan banyak pertanyaan di dalam benaknya. Salah satunya adalah kendaraan roda empat yang tadi dipakai Tian untuk menjemputnya. Mungkin mobil Tian tak semahal mobil milik dr. Rayyan, suami atasannya, dah tak sekeren mobil milik Randy, mantan suami sirinya. Namun, memiliki kendaraan pribadi seperti ini bagi Sherin adalah prestasi mantan kekasihnya itu. Karena dulu, sewaktu dirinya dan Tian masih menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, hidup mereka sangat sederhana. Dulu, hanya kendaraan roda dua milik Tian yang setia menemani mereka berdua menjalani hari-hari memadu kasih.Impian mereka saat itu pun sangat sederhana, hanya ingin menikah dan hidup bersama saling memberi semangat dalam karir. Sherin tau, Tian hanyalah seorang guru biasa yang bahkan baru beberapa bulan sebelum hubungan mereka berakhir pria itu diangkat secara resmi sebagai guru tetap. Maka, jika Tian bisa memiliki kendaraan roda empat seperti saat ini, tentu lah pria yang sedang b

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 145

    Seminggu setelah bertemu Tian di lokasi outbond, tak ada komunikasi apa pun lagi di antara sepasang manusia yang pernah begitu dekat itu. Sherin yang awalnya menaruh harap, kini memilih membuang jauh-jauh harapan itu. Dia menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia berharap sedang Tian hanya menegur dan menanyakan kabarnya. Bukan kah itu hal yang wajar dilakukan oleh seseorang setelah bertahun-tahun tak berjumpa? Bahkan Tian sama sekali tak menanyakan nomor ponselnya saat itu.Wanita yang sehari-harinya kini mengenakan jilbab itu beberapa kali menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri, menepis sisa-sisa tatapan Tian yang masih lekat di kepalanya. Tatapan mata yang menyembunyikan luka, mungkin luka karena ditinggal oleh istrinya. Betapa bodohnya pikirannya waktu itu yang dengan cepat menyimpulkan jika komunikasi keduanya akan terus berlanjut setelah pertemuan di area outbond. Pun betapa malunya ia pada Hannan ketika atasannya itu dengan mudah membaca pikirannya jika Sherin masih berh

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 144

    Kegiatan family day karyawan ZaZa berjalan lancar, meski Sherin sendiri tak begitu menikmatinya. Kehadiran sosok dari masa lalunya yang juga tengah berada di area outbond bersama rombongannya mengalihkan konsentrasi Sherin. Terlebih lagi, ada sesosok wanita yang selalu terlihat berada di dekat mantan kekasihnya itu. Wanita yang terlihat sangat dekat dengan bocah kecil bermata sendu seperti ayahnya.Kegelisahan Sherin tak luput dari perhatian Hannan. Hannan memang selalu menjadi wanita yang penuh perhatian. Meski disibukkan dengan mengurus ketiga buah hatinya, namun wanita tegar itu juga tak begitu saja mengabaikan karyawannya. Hannan tau apa yang menyebabkan Sherin gelisah, karena dia pun tadi sempat berpapasan dengan Tian yang diketahuinya adalah mantan kekasih Sherin. Maka wanita elegan itu mendatangi Sherin, karyawan sekaligus sahabatnya, sambil menggendong Zara.“Sher, kalau masih ada yang ingin dibicarakan atau ditanyakan sebaiknya temui dia. Tak baik menyimpan semuanya sendirian

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 143

    “Tadi anak ini kehilangan balonnya, Mbak. Terbang ke atas pohon tadi.” Sherin menjelaskan tanpa diminta.“Oh, iya. Terima kasih, ya, Mbak.”Si wanita cantik berkulit putih dengan rambut sebahu itu tersenyum pada Sherin, lalu kemudian meraih bocah kecil tadi dan menggendongnya.“Yuk, balik. Ayah nyariin Syifa loh. Eh ... itu ayah nyusul.” Wanita itu terus berucap sambil menggendong sang bocah.Sherin ikut menoleh saat mendengar suara seseorang dari arah belakangnya.“Syifa ... kok mainnya sampai jauh gini, Nak?”Sherin terkejut, bukan hanya kerena merasa tak asing dengan suara itu tapi tatapan mata pria yang baru saja datang itu mengunci pergerakannya. Sherin terpaku, tak dapat bergerak, apalagi berkata-kata. Pria yang baru datang itu pun sama terkejutnya dengan Sherin. Keduanya saling menatap beberapa saat seolah waktu sedang berhenti berputar bagi keduanya.“Sherin!”Kini Sherin tau kenapa tadi seolah mengenal tatapan mata di bocah yang menangis kehilangan balonnya.“Hai, Tian. Dia .

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 142

    Lima Tahun Kemudian.Hari ini seluruh karyawan ZaZa dia ajak oleh Hannan untuk rekreasi. ZaZa kini tak lagi hanya sekedar toko bakery, Hannan membeli beberapa unit ruko di deretan ZaZa bakery dan melebarkan usahanya dengan membuka swalayan dan butik yang semuanya diberi nama ZaZa. Hannan sendiri tak pernah turun tangan langsung tapi hanya memantau usaha yang dipercayakannya pada Sherin.Sherin pun kini menjelma menjadi wanita karir yang membawahi ratusan karyawan ZaZa. Wanita mandiri itu pun sudah mampu membeli rumah sendiri dan tak lagi tinggal di rumah yang diberikan Randy padanya. Sherin mengembalikan semuanya karena tak ingin terhubung lagi dengan mantan atasannya itu.Bagi Hannan, Sherin adalah tangan kanannya dalam bekerja memperluas usahanya sementara Hannan adalah otak utamanya. Perpaduan dua wanita pekerja keras membuahkan hasil yang gemilang di bawah nama ZaZa. Sherin bukan digaji tetap oleh Hannan, tapi digaji berdasarkan omzet yang dicapai oleh bisnis ZaZa. Maka, Sherin me

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 141

    “Sher, please. Cuma kamu yang bisa menolongku. Tolong menikah lah dengan suamiku.” Dewi sengaja menyela sebelum Sherin menjawab.Sherin menghela napas. Dia masih ingat betapa berangnya wanita di hadapannya ini dulu ketika mengetahui Sherin mengandung anak suaminya. Betapa teganya wanita yang tak berdaya di hadapannya ini waktu itu memaksanya untuk menggugurkan kandungannya. Betapa berkuasanya seorang Dewi saat melemparkan segepok rupiah di hadapannya dan ibunya waktu itu. Betapa keangkuhan yang dulu nampak jelas pada wanita itu kini berubah menjadi kelemahan.“Sher, meski kamu tak mencintai Mas Randy, tapi setidaknya kalian pernah menikah dan kamu pernah mengandung bayinya. Aku ... aku tak bisa membayangkan jika dia harus bersama wanita lain lagi selain kamu, Sher.”Ternyata wanita di hadapan Sherin itu masih Dewi yang dulu. Dewi yang egois, yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dia meminta Sherin kembali pada suaminya hanya agar suaminya tak melirik wanita lain lagi. Sungguh pemik

DMCA.com Protection Status