Home / Romansa / IZINKAN AKU MENDUA / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of IZINKAN AKU MENDUA: Chapter 41 - Chapter 50

149 Chapters

Bab 41. Aku Tak Mau Sendiri

“Ayah!!” Zayn turun dari gendongan Rayyan dan berlari kecil ke arah sepasang manusia yang sedang berjalan ke arah kami.‘Randy dan Dewi,’ gumamku dalam hati sambil memandangi punggung Zayn yang masih terus berlari ke arah ayahnya.“Hati-hati, Nak!” pekikku tertahan tak ingin Zayn terjatuh akibat berlari.Kulihat di sana Randy tersenyum saat melihat putranya berlari ke arahnya kemudian membungkukkan badannya menyambut Zayn. Randy mendekap tubuh mungil Zayn setelah itu, kemudian menggendongnya sama seperti saat Rayyan menggendongnya tadi. Dari posisiku berdiri, aku melihat Zayn menciumi wajah ayahnya bertubi-tubi, sepertinya putra bungsuku itu sedang merindukan ayahnya.Aku bertatapan dengan Ray sejenak, lelaki itu tersenyum padaku, tatapan matanya seolah mengatakan semua baik-baik saja. Aku membalas senyumnya, kemudian mendekap jas hitamnya lebih erat ke dadaku. Entah mengapa aku merasa membutuhkan kekuatan untuk kembali bertemu Randy dan istrinya.“Hai! Apa kabar, Pak Randy?” Inilah y
Read more

Bab 42. Terima Kasih Sudah Menerimaku

PoV Randy.Hari ini aku menemani Dewi untuk memeriksakan dirinya ke dokter kandungan setelah beberapa alat tes kehamilannya menunjukkan ia positif hamil. Aku mendapat rekomendasi dokter kandungan dari Bu Iin, karyawati divisi marketing di kantorku yang baru selesai menjalani cuti melahirkan. Ia merekomendasikan dr. Novia, Sp.OG sebagai dokter kandungan terbaik karena berhasil menjalani program kehamilannya di sana, mengingat Bu Iin sudah berusia 40 tahun namun belum dikaruniai anak waktu itu. Aku pun berselancar mencari informasi terkait dr. Novia dan ternyata Bu Iin memang benar. Dokter Novia meruapakan salah satu dokter terbaik di kota ini.Aku baru saja melangkahkan kakiku menyusuri koridor rumah sakit bersama Dewi ketika aku mendengar suara mungil Zayn memanggilku.“Ayah!!” Aku segera menajamkan nertraku dan menangkap pemandangan yang sungguh sangat tak ingin kulihat saat ini. Hannan dan dr. Rayyan berjalan beriringan dengan wajah tersenyum ceria, sementara Zayn dalam gendongan dr
Read more

Bab 43. Berharap Rindu Yang Sama

PoV Randy.Zayn terus mendekapku erat ketika aku dan Dewi kembali berjalan beriringan ke ruangan dr. Novia. Sesekali bocah kecil itu mengintip dan melirik Dewi. Aku tak tau apa yang sedang dipikirkannya, mungkin ia merasa aneh melihat ayahnya bersama orang lain, bukan bundanya. Sayangnya Dewi pun tak begitu menggubris Zayn, ia hanya berjalan tanpa ekspresi. Ingin sekali aku menegurnya agar ia bersikap lebih ramah pada putraku, namun kuurungkan sebab kupikir ia sedang mengalami morning sickness. Padahal sebelumnya ia pernah menawarkan padaku agar Zayn tinggal di rumah kami.Dokter Novia menyambut kami dengan sangat ramah.“Wah, ini anak kedua ya?” tanya dr. Novia.“Iya, Dok,” jawabku.“Anak pertama, Dok,” jawab Dewi bersamaan.Dokter Novia terlihat bingung, kemudian melirik Zayn dalam pangkuanku.“Maaf, Dok. Ini anak ketiga bagi saya, tapi anak pertama bagi istri saya.” Aku berusaha menjelaskan, dr. Novia pun hanya tersenyum dan mengangguk. Kurasa ia juga tak ingin tau lebih banyak.“I
Read more

Bab 44

PoV Hannan.Sesampaiku dan Ray di rumahku seusai pembicaraan yang aneh dengan Rayyan dan Pak David tadi, kulihat mobil Randy pun sudah parkir di pinggir jalan tepat di depan rumahku. Rupanya ia menepati janjinya mengantarkan Zayn, bahkan mereka datang lebih awal dari dugaanku. Dari jauh kulihat Zayn sedang tertidur pulas di pangkuan Randy. Ada rasa bersalah dalam hatiku melihat putraku itu harus tertidur di teras karena aku sedang tak di rumah.“Maaf, ya. Zayn sampai tertidur gitu. Udah lama?” sapaku.“Lumayan, Bun eh ... Han. Sepertinya Zayn tertidur karena kecapean, tadi aku membawanya bermain di arena bermain,” jawabnya.Sedangkan Ray ikut duduk di salah satu kursi teras lainnya yang ada di depan rumahku. Tak ada percakapan antara kedua pria itu.“Biar kubawa Zayn ke kamar, ya, Han,” ucap Randy lagi.“Ng—nggak usah. Sini biar aku aja yang membawanya masuk,” jawabku sambil meraih tubuh Zayn dari ayahnya. Sekilas kurasakan punggung tanganku bersentuhan dengan lengan Randy, lalu aku b
Read more

Bab 45

“Nggak, Han. Aku bukan bermaksud seperti itu, kamu jangan salah sangka. Aku tak membencinya, aku tak punya urusan untuk membencinya, toh dia hanya masa lalu kamu. Aku tadi benar-benar hanya ingin menghargainya sebagai ayah Zayn. Aku menyampaikan rencana pernikahan kita padanya karena aku tak berniat untuk mengundangnya di acara kita demi menjaga suasana hatimu dan Zayn. Mengenai urusanmu dengannya di masa depan, aku tak akan pernah melarangnya jika itu menyangkut Zayn. Hanya saja aku minta nantinya jangan pernah menyembunyikan apapapun dariku meski itu adalah urusan Zayn yang harus melibatkannya. Maafkan aku jika sikapku tadi membuatmu ragu, Han. Aku tak akan menunda pernikahan kita yang sudah kita putuskan bersama tadi. Kamu akan segera menjadi Ny. Rayyan Al Fatih. Jangan pernah berpikir untuk menundanya.”***PoV Randy.Sesak kembali memenuhi dadaku setelah mendengar pengakuan dr. Rayyan tadi. Ia akan menikahi Hannan! Seminggu lagi! Gila! Ini benar-benar gila! Dulu aku bahkan memerl
Read more

Bab 46

PoV Hannan.Hari-hariku berlalu begitu cepat, aku dan Ray seolah berkejaran dengan waktu mempersiapkan semua yang perlu dipersiapkan untuk acara pernikahan kami. Kali ini aku benar-benar menyesal mengapa waktu itu melamun saat Pak David mengajak kami berunding, hingga akhirnya beliau menetapkan waktu yang sangat mepet bagiku dan Ray dalam mempersiapkan semuanya.Ada kabut yang memenuhi kelopak mataku saat membaca undangan pernikahan di mana terukir nama Rayyan Al Fatih dan Maysa Hannan. Ini benar-benar seperti mimpi bagiku. Bagaimana mungkin seorang janda sederhana sepertiku namanya bisa tertulis di lembaran undangan mewah yang wangi ini? Aku sendiri tak tau siapa yang mengonsep undangan itu. Namun aku sama sekali tak menyangka jika hasilnya akan seindah itu.“Ray,” gumamku lirih.“Hey, kamu kenapa, Sayang? Kok nangis?” tanya Ray panik saat melihat mataku berkabut.“Aku tidak sedang bermimpi, kan? Mengapa undangannya seindah ini, Ray?”“Ya nggak dong, Sayang. Lagian undangan ini biasa
Read more

Bab 47

Akhirnya hari yang benar-benar mendebarkan itu pun tiba. Aku menunduk dengan wajah tegang sesaat sebelum Rayyan mengucapkan ikrar ijab kabul padaku. Hingga akhirnya kalimat sakral itu benar-benar terucap lantang dengan sekali tarikan napas dari Rayyan. Aku menangis tergugu. Zayn yang sedari tadi terus duduk di sampingku pun ikut menangis saat melihatku meneteskan air mata, sampai-sampai Bu Wulan harus menggendongnya keluar ruangan untuk membujuknya.Semua terasa seperti mimpi bagiku. Mimpi yang sangat indah. Ya Allah, jika ini hanya mimpi, jangan bangunkan aku, aku ingin merasakan mimpi indah ini lebih lama lagi. Tapi sentuhan lembut Rayyan di tanganku membuatku tersadar bahwa ini bukan mimpi. Ini nyata, dan aku sekarang sudah resmi menjadi istri dari pria yang sedang menggenggam lembut tanganku itu, Rayyan Al Fatih.Kuberanikan diri mendongakkan kepalaku, menatap pria yang mulai sekarang akan menjadi imamku itu. Ray pun sedang menatapku, tatapan yang penuh cinta, setetes bening juga
Read more

Bab 48

Sekali lagi aku dibuat terpukau dengan dekorasi mewah di ballroom sebuah hotel bintang lima di mana resepsi diadakan. Semua terlihat begitu sempurna oleh sentuhan tangan pihak Wedding Organizer yang didapuk oleh Pak David untuk menangani pesta ini. Aku benar-benar merasa bak seorang ratu sehari, meski sebenarnya hatiku merasa tak nyaman karena tak sepantasnya aku mendapatkan pesta semeriah ini untuk penikahan keduaku.Namun aku juga sadar posisi Rayyan, ia putra tunggal dari Pak David, dokter senior yang bukan hanya sekedar dokter tapi juga memiliki saham di Health Hospital serta memiliki beberapa apotek besar yang dikelola oleh karyawan-karyawan kepercayaannya. Jangan lupakan pula posisi penting Ray di Health Hospital sebagai Direktur Utama. Maka pesta semewah ini kurasa bukanlah hal yang besar bagi mereka. Bahkan justru keharusan karena tamu yang datang pastilah bukan dari kalangan orang biasa. Berbeda sekali denganku yang hanya seorang wanita biasa yang sebatang kara dan berstatus
Read more

Bab 49

Pria paruh baya itu terkekeh, kemudian melangkah menjauh tanpa menoleh padaku sama sekali.“Siapa dia, Ray?”“Om Bram. Papinya Nadine. Papa yang mengundangnya.”“Kamu nggak boleh bersikap seperti tadi, Ray. Bagaimana pun ia adalah tamu kita.”“Dia merendahkanmu, bagaimana bisa aku bersikap ramah padanya.”“Tapi dia rela datang jauh-jauh ke resepsi kita, Ray. Kurasa itu sangat patut diapresiasi.”“Karena ia akan jadi perbincangan di kalangannya jika ia tak hadir, Han. Jadi ia pasti akan hadir demi menjaga namanya dan agar ia tak kehilangan muka setelah kekalahannya olehku dalam pemilihan direktur kemarin.”“Apa duniamu seribet itu, Ray? Aku belum memahami duniamu.”“Tak perlu memaksakan diri, Han. Kamu hanya perlu memahami semua yang ada di tubuhku.” Ray mulai menggerakkan alisnya naik turun.“Mau ditimpuk?”“Jangan dong, nggak lucu kan kalau kita timpuk-timpukan di pelaminan.”Kami tertawa bersama, kemudian Ray kembali meraih tanganku ke dalam genggamannya.“Mulai sekarang aku bisa me
Read more

Bab 50

PoV Rayyan.“Bunda kenapa kunciin Zayn?” Suara Zayn ketika Hannan membuka pintu. Kulihat Hannan menunduk dan meraih tubuh mungil Zayn.“Maaf, ya, Nak. Bukan Bunda yang ngunci pintu tadi, Bunda enggak mungkin ngunciin Zayn.” Hannan membelai kepala Zayn.Zayn yang masih sesegukan seketika menoleh padaku.“Om Doktel kenapa kunciin Zayn?” Tatapan bocah itu penuh amarah padaku. Astaga! Hannan. Teganya ia membuatku jadi tertuduh, padahal memang akulah yamg mengunci pintunya tadi.“Nak, nggak boleh gitu, Om Dokter pasti enggak sengaja tadi.” Hannan masih membujuk, aku hanya menggaruk tengkukku yang sama sekali tak gatal.“Zayn mau pulang! Zayn enggak mau di sini! Kita pulang ke rumah kita, Bun,” pinta Zayn.Aku bejalan menghampirinya.“Maafkan Om Dokter ya, Zayn. Tadi enggak sengaja ngunci pintunya. Sini Om Dokter gendong.” Aku mengulurkan tanganku padanya. Zayn justru mundur dan semakin memeluk bundanya.“Enggak mau! Om Doktel jahat! Om Doktel mau ambil Bunda! Zayn nggak mau tinggal di sini
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status