Home / Romansa / IZINKAN AKU MENDUA / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of IZINKAN AKU MENDUA: Chapter 81 - Chapter 90

149 Chapters

Bab 81

Rasa penat setelah antri untuk diwawancara di sebuah perkantoran membuatku melirik sebuah toko roti yang terletak di seberang perkantoran tempatku diwawancara. Sepertinya di sana juga menyediakan minuman dingin dan aku bisa sekaligus istirahat sebentar di sana dan memilih beberapa roti untuk makan siang. Entah mengapa belakangan ini aku merasa cepat lelah dan tak begitu berselera makan. Maka gambar roti dan minuman dingin di spanduk depan toko roti tadi membuat liurku menetes. Sepertinya menu yang pas untuk makan siang, pikirku.Perlahan aku memasuki toko dan memesan beberapa potong roti serta jus alpukat kesukaanku. Lalu kemudian aku duduk di kursi yang ada di pojok sambil menikmati potongan demi potongan roti yang kupesan tadi. Setelah merasa kenyang dan kerongkonganku pun sudah kembali segar, aku segera keluar dari toko roti dan menuju ke motor maticku. Saat hendak mencari kunci motor di dalam tas ku, gawaiku berdering. Panggilan dari nomor tak dikenal, segera ku-reject dan kembali
Read more

Bab 81

PoV HannanMenjalani hidupku di rumah besar milik Pak David sebagai istri Ray, putra tunggal Pak David, membuat hidupku terasa tak ada tantangan. Semua sudah tersedia di rumah ini, nafkah dari Ray pun tak pernah berhenti mengalir ke rekeningku, meski sudah berulang kali kukatakan padanya untuk menguranginya karena aku hampir tak pernah menggunakannya. Randy pun masih rutin mengirim uang tiap bulan ke rekening Zayn, pria itu tak pernah lalai menafkahi putranya, ia selalu menepati janjinya jika menyangkut Zayn.Kehidupanku pun berjalan sangat indah, hubunganku dan Ray juga semakin hari semakin mesra. Zayn pun tak pernah lagi meminta untuk tidur di kamar kami. Ia lebih memilih tidur di kamar Opa David, atau sesekali minta tidur di kamarnya sendiri yang terletak di samping kamarku dan Ray. Sungguh kehidupanku saat ini terasa sangat jauh berbeda dengan kehidupanku dan anak-anakku di rumah sederhanaku dulu. Di sini, aku diperlakukan bak ratu. ART yang bekerja di rumah Pak David selalu siap
Read more

Bab 83

“Aku mau buka toko roti seperti toko rotinya Bu Sri, aku ingin punya kegiatan dan juga bisa membuka lapangan pekerjaan. Apa Mas setuju? Aku bisa menggunakan uang tabunganku untuk membuka toko roti, uang selama ini Mas Ray berikan padaku tak pernah berkurang karena semua sudah tersedia di rumah ini. Aku berpikir untuk menggunakan uang itu jadi modal usaha toko roti.” Aku berbicara sambil menatap matanya, agar ia bisa merasakan keseriusanku.“Untuk apa capek-capek sih, Sayang. Kamu urus Zayn aja di rumah.”“Tapi niatku bukan semata-mata untuk diriku, Mas. Aku benar-benar ingin berguna bagi orang lain, dengan membuka toko roti aku bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain yang memerlukan pekerjaan. Kamu, Zayn dan juga Papa tetap akan menjadi prioritasku. Aku berjanji akan membagi waktuku sebaik mungkin.”“Apa kamu sudah punya bayangan mau buka toko di mana?” tanya Ray. Aku terdiam.“Pikiranku belum sejauh itu, Mas. Aku berharap restumu dulu, jika Mas mengizinkan barulah aku akan mencar
Read more

Bab 84

PoV SherinAku tak pernah menyangka mendapatkan pekerjaan di sebuah toko roti milik Mbak Hannan, begitu beliau meminta kami memanggilnya, menurutnya panggilan itu bisa membuat kami para karyawannya lebih akrab dengannya ketimbang memanggilnya dengan panggilan Ibu. Beruntung sekali aku bertemu dengan wanita cantik nan anggun itu. Di saat aku mulai lelah mengikuti wawancara dan tes di beberapa perkantoran, aku justru mendapatkan tawaran pekerjaan dari pemilik “ZaZa Bakery” itu.Kurasa ini juga berkat doa dari Ibuku, beliau selalu mendoakan kebaikan untukku setiap saat. Maka ketika aku mengabarkan bahwa aku telah diterima bekerja di sebuah toko roti, di tempat yang bakan aku tak memasukkan lamaran kerjaku di sana, Ibuku berlinangan air mata. Dengan panuh haru aku dan Ibu berpelukan, merasakan bahwa Allah tak pernah meninggalkan kami meski semua yang ada di depan mata seolah gelap dan tak memiliki jalan.“Mbak Hannan mengajukan satu syarat untuk para karyawannya di toko roti, Bu,” ucapku
Read more

Bab 85

“APA?? Hamil? A—aku hamil?” tanyaku terbata-bata ketika seorang wanita berpakaian khas tenaga kesehatan menjelaskan hasil pemeriksaan urin padaku.Sesaat setelah terbangun tadi, mereka memang memintaku melakukan tes urin. Meski awalnya aku menolak karena merasa sudah baik-baik saja. Namun Mbak Hannan yang juga ada di sana menungguku menyuruhku untuk mengikuti instruksi dari petugas rumah sakit.“Iya, Mbak. Dari hasil periksaan urine Mbak Sherin dinyatakan positif hamil. Boleh tau kapan HPHT* nya Mbak?” tanya si petugas yang ternyata adalah seorang Bidan.(HPHT: Hari Pertama Haid Terakhir)Aku tak menjawab, selain tak mengerti apa yang dimaksud oleh si petugas, aku pun masih sangat syok mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh petugas tadi.“A—aku hamil?” Aku kembali bergumam mengulang pertanyaanku. Air mataku mulai menetes tanpa bisa kutahan lagi.Aku tau petugas di hadapanku memandangku penuh tanya namun aku tak sanggup lagi menahan bening yang satu persatu mulai menetes dari kelo
Read more

Bab 86

PoV Randy.Hari-hariku berlalu begitu ruwet sejak pengakuanku pada Dewi mengenai kejadian malam itu di kantorku. Sejak saat itu, istriku yang sedang hamil itu semakin ketat mengawasiku. Aku pun sudah jarang mendebat Dewi, terlebih setelah hasil tes DNA janinnya memang membuktikan jika bayi yang sedang dikandungnya adalah darah dagingku. Maka aku membiarkan saja Dewi bersikap sangat protektif padaku. Ia tak segan-segan membuka semua chat yang masuk ke ponselku, bahkan sesekali ia tiba-tiba muncul di kantorku.Darinya pengakuannya pula aku tau jika ia mendatangi Sherin dan meminta gadis itu untuk menjauhiku. Benar saja, beberapa hari kemudian aku mendapat kabar dari orang suruhanku yang kutugaskan untuk mengawasi Sherin mengabarkan jika gadis malang itu telah pindah dari kontrakannya. Dari orang suruhanku pula aku mengetahui jika sejak Dewi datang ke sana, Sherin dan ibunya menjadi bahan omongan para tetangga sehingga membuat mereka memilih pindah dari sana.“Aku sudah memberikan imbala
Read more

Bab 87

Aku tau apa yang bisa menghiburku, aku akan menemui Zayn dan menghabiskan waktu bersama putraku itu. Dewi tak akan pernah protes padaku jika menyangkut Zayn, meski sesekali ia juga menunjukkan kecemburuannya pada Hannan jika aku mengubunginya untuk bertemu Zayn. Kuraih gawaiku dan mencari nomor Hannan, kukabarkan padanya bahwa aku ingin bertemu Zayn. Hannan menyetujuinya dan mengizinkanku bertemu dengan putra kami itu di toko rotinya.Sejujurnya aku merasa takjub dengan Hannan sekarang, ia terlihat semakin dewasa dan semakin anggun. Terlebih ia sekarang sudah menjadi pemilik sebuah toko roti yang selalu ramai dikunjungi pembeli. Aku sudah dua kali datang ke toko rotinya untuk bertemu Zayn, dan bocah itu pun terlihat sangat menikmati berada di sana bersama bundanya. Ah, Hannan. Kamu semakin bersinar dan semakin sulit untuk kugapai. Sesekali jika berkunjung ke sana aku masih sering mencuri-curi pandang pada wanita itu. Rasa cinta dan rasa sesal di dalam dadaku sama besarnya ketika menat
Read more

Bab 88

“Kenapa ia histeris melihatmu tadi?”“A—aku enggak tau, Han.” Tatapan Hannan tajam menembus ulu hatiku. “Apa Sherin karyawanmu? Sejak kapan dia bekerja di sini?” tanyaku berusaha menetralkan debaran jantungku setelah terkejut tadi.“Ya, Sherin karyawanku, dia baru seminggu ini bergabung dengan kami.” Hannan masih menatap tajam padaku. Ia seolah masih ingin mengatakan sesuatu tapi ditahannya.“Kenapa kamu memandangku seperti itu?” tanyaku.“Entahlah. Aku merasa ada yang kamu sembunyikan. Apa aku boleh tau kenapa Sherin mengundurkan diri dari posisi sektretaris di kantormu?”“Ck!! Tidak biasanya kamu mencampuri urusanku seperti ini, Han.”“Bukan tanpa sebab aku bertanya seperti ini. Sherin karyawanku, dan aku melihat ada yang aneh di antara kalian. Dia histeris saat melihatmu tadi, apalagi saat kamu mendekatinya. Lagipula, ia masih belum pulih karena tadi pagi sempat pingsan di toko ini dan menjalani beberapa pemeriksaan di rumah sakit.”“Apa? Sherin pingsan?”“Ya. Dia pingsan di sini l
Read more

Bab 89

“Ada yang ingin kamu sampaikan, Sherin?” sapanya lembut. “Jangan takut. Anggap aku ini adalah kakakmu ataupun sahabatmu. Kamu bisa menceritakan apa pun padaku, jangan menyimpan masalahmu sendiri, itu akan membuatmu semakin tertekan.”Aku mengangguk lemah, tetesan demi tetesan bening mulai mengalir dari kelopak mataku yang beberapa waktu belakangan ini kurasa telah bekerja keras untuk menghasilkan air mata. Mbak Hannan hanya terdiam tanpa kata, namun tatapan lembutnya tetap membuatku merasa sangat nyaman.“Menangislah jika kamu masih ingin menangis, keluarkanlah semua emosimu. Namun jangan lupa untuk beristighfar, agar air matamu tak hanya terbuang sia-sia namun mampu membantumu menghapus kesedihanmu.”Aku semakin terisak, bahuku naik turun menahan emosiku yang meluap-luap. Hingga akhirnya aku merasa lega dan mulai menghentikan tangisku. Mbak Hannan menepuk-nepuk pundakku dan menyodorkan segelas air mineral padaku. Tanpa kata, wanita itu tak berkata apapun selain tersenyum. Ia seolah m
Read more

Bab 90

PoV RandyAku menatap tak percaya saat Hannan memintaku masuk ke dalam ruangannya saat aku hendak berpamitan padanya setelah puas menemani Zayn bermain. Tak biasanya Hannan memanggilku ke dalam ruangannya, biasanya ia hanya mengangguk lalu membalas salamku ketika aku berpamitan padanya. Apa ini ada hubungannya dengan Sherin? Hatiku bertanya-tanya.Benar saja, saat memasuki rungan yang kurasa adalah ruangan Hannan sebagai pemilik ZaZa Bakery, sudah ada Sherin di sana. Gadis itu tertunduk saat aku dan Hannan masuk. Kulihat Sherin sudah tak lagi syok seperti tadi. Namun yang mengganggu pikiranku sekarang adalah Hannan. Dia pasti punya tujuan memanggilku ke sini, dan dengan adanya Sherin, aku sudah bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Hannan. Kurasa mantan istriku itu sudah tau semuanya."Ada apa memanggilku kemari, Bun?" tanyaku berbasa-basi. Hannan mendelik, sepertinya karena aku kembali memanggilnya "bun"."Duduklak. Maaf aku hanya minta waktumu sebentar. Kurasa ada yang perlu ka
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status